Bab 11

8 3 4
                                    


"Lo kenapa?" Fadly yang juga memperhatikan sikap Dhira hari ini memberanikan diri untuk menghampirinya setelah selesai berlatih. Dhira hanya menggeleng tertunduk saat berjalan keluar lapangan GOR.

"Yakin gak mau cerita?" Dhira mengangguk masih menunduk. Fadly tidak lagi memaksanya, dia berbalik badan untuk keluar dari lapangan tersebut yang sudah tidak ada siapapun kecuali mereka berdua.

Dhira yang berada dibelakang Fadly langsung menarik baju belakangnya dan menempelkan dahinya.

"Pinjem sebentar, Kak." Katanya terdengar lirih. Kemudian Dhira menangis lama tanpa suara, hanya terdengar suara sesegukan nafasnya.

Fadly meskipun memiliki keinginan besar untuk memeluknya tidak berusaha untuk menoleh. Dia membiarkan punggungnya menjadi sandaran Dhira yang sedang menangis. Tapi Fadly yang sejak tadi menahan amarah hanya bisa mengepalkan tangannya.

'Siapa yang bikin lo jadi begini, Ra?'

***

"Mata kamu kenapa, sayang? Habis nangis?" Dhira yang sudah tiba dirumah dan selesai membersihkan diri langsung menuju ruang santai untuk melanjutkan nonton drakor yang sedang ditonton di Netflix.

Ibu Dhira yang baru saja keluar dari dapur melihat wajah sembab anak perempuan satu-satunya itu. Dhira mengangguk memaksa untuk tersenyum.

"Kenapa? Ada kejadian apa di sekolah sama di Tempat Latihan?" Tanyanya penasaran.

"Biasa, salah paham ma." Jawabnya santai. Ibu Dhira bingung dengan jawaban anaknya.

Setelah Dhira menangis di punggung Fadly tadi perasaannya langsung sedikit lega karena sudah meluapkan semua kesedihannya dengan menangis.

"Mau cerita ga ke mama, kamu kenapa bisa nangis?" Dhira berpikir sejenak apakah sebaiknya dia bercerita atau tidak.

"Ma, kenapa sih orang bisa pake topeng?" Ibu Dhira bingung dengan pertanyaan anaknya.

"Topeng apa maksud kamu?"

"Topeng yang menutupi mukanya. Jadi bikin kita bingung dia orang seperti apa. Apakah dia sebenernya baik atau jahat?"

"Siapa yang pakai topeng? Temen kamu?" Tanya Ibunya mencoba menerka.

"Apa sekarang dia pantas aku panggil teman. Teman kan ga saling ngejahatin, ya kan ma?" Ibunya mengangguk.

"Dia jahat banget emangnya sama kamu?" Dhira mengangguk.

"Padahal dia biasanya baik sama aku ma. Udah aku anggap kayak kakak perempuan juga soalnya dia baik banget. Tapi tiba-tiba dia berubah cuma gara-gara cowok."

"Cowok yang dia suka naksir kamu?" Dhira langsung kaget.

"Kok mama tau sih?"

"Biasanya sih emang gitu, sayang. Pertemanan berubah karena masalah cowok." Dhira mengangguk mengerti.

"Terus kamu suka juga sama cowok itu?" Tanya Ibu Dhira sambil menyipitkan mata dan melirik anaknya.

"Aku bingung, aku suka atau ga sama cowok itu. Tapi dia baik banget sama aku. Dia pernah ajak aku pacaran juga. Tapi aku tolak."

"Kenapa?" Tanya Ibunya kaget.

"Aku tanya ke cowok itu. Kalo sayang emang harus pacaran? Trus fungsinya pacaran apa? Abis aku tanya itu dia langsung cuekin aku." Ibu Dhira tertawa.

"Aku masih belum nemu manfaatnya apa, ma." Jelas Dhira lagi. Kali ini Ibunya mengangguk setuju.

"Sekarang kamu mau jadi High Quality Jomblo berarti? Mama sih setuju aja. Kamu mau pacaran juga mama ga ngelarang asal ga ganggu kegiatan belajar dan hobi kamu." Jelas Ibu Dhira.

"Nah itu dia maksud aku ma. Kayaknya aku masih suka dengan kesendirian dan kesibukan aku deh. Kayak sekarang aku lagi ngejar pertandingan tingkat provinsi. Ada Cita-cita yang masih mau aku kejar, bisa ikut Olimpiade." Ibu Dhira mengangguk lalu menggelengkan kepala.

"Kamu udah berpikir sampe situ sayang, mama ajah belum kepikiran sejak kamu pertama kali minta ikut latihan Taekwondo waktu kelas lima dulu. Tapi Mama pasti dukung sepenuhnya, semoga cita-cita kamu tercapai."

"Amiinn... Makasih, ma." Dhira langsung memeluk erat Ibunya.

"Terus masalah salah paham sama temen kamu itu gimana?" Tanya Ibu Dhira kembali ke topik awal. Dhira menghela nafasnya.

"Aku masih bingung. Dia sih minta aku ngejauhin cowok itu. Sekarang ajah aku udah jauh dari cowok itu. Seharusnya sih ga jadi masalah. Tapi aku ga mau temenan lagi sama dia. Dia jahat, aku ga suka." Ibu Dhira membelai kepala Dhira dan mengangguk.

"Kalau dia memang begitu nyakitin kamu, memang sebaiknya dijauhin. Setidaknya biar dia ga bisa nyakitin kamu lagi." Dhira mengangguk.

"Terima kasih, ma. Udah mau dengerin aku dan kasih saran yang terbaik. Mama emang the best banget." Jawab Dhira sambil memberikan jari telunjuk dan ibu jari yang ditempel membentuk love. Ibu Dhira juga ikut memberikan jarinya

-----

Wingzzzz.....

Cerita ini sudah tamat loh di KaryaKarsa dengan judul sama.

Cari nama akun @wingz35 atau judul karya High School Love Story?

Enjoy!

Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏

High School Love Story?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang