11 - The Burden

56 6 26
                                    

          Terhitung sudah dua bulan Silvanna meresmikan hubungannya dengan Granger. Gadis itu tampak lebih bahagia dari biasanya. Menjalani hubungan bersama orang dewasa dan saling mengerti kemauan masing-masing ternyata terasa lebih menyenangkan. Tidak harus menjadi posesif dan mengatur segalanya, sehingga mereka bisa menjalani aktivitas sehari-hari tanpa terganggu. Tapi, selama dua bulan mereka meresmikan hubungan, masih tidak ada satu orang pun di luar Zilong dan Alucard yang mengetahui berita ini. Hanya mereka orang-orang yang mereka percaya untuk tahu perihal ini. Jauh di dalam hati Silvanna, ia juga masih merasa takut dan sedikit terancam akibat Eze yang seolah tahu tentang segala keadaannya di waktu itu. Tapi ia belum ingin menceritakan hal itu pada siapapun, termasuk Granger. Nanti, lah. Nanti ia akan menceritakan semuanya sekaligus meminta perlindungan pada ketiga abang kesayangannya itu.

          Sore ini Granger sedang berada di unit apartemen yang ditinggali Silvanna. Tadi, Silvanna mengundangnya untuk menemaninya sekaligus mengajaknya untuk bicara lebih banyak karena hanya ini cara mereka untuk menghabiskan waktu bersama dan Granger akan ada di sana hingga pukul enam nanti sewaktu ia akan berangkat bekerja. Masih ada waktu sekitar empat jam lagi.

"Gran, kamu tadi bawa apa?" Tanya Silvanna sambil membuka bungkusan paper bag yang tadi dibawanya.

"Buka aja, sayangku."

"Wah! Smoothies strawberries sama mangga!" Silvanna berseru senang. Ia segera mengeluarkan dua gelas berukuran jumbo berisi minuman yang sangat digemarinya itu.

"Punya kamu yang mana, yang?"

Granger tersenyum pada kekasih hatinya. Menurutnya, Silvanna tampak lucu jika sudah menyangkut makanan seperti ini.

"Aku apa aja, sayang. Yang penting kamu pilih duluan."

"Oke, aku ambil yang rasa mangga ya!"

Granger mengangguk. Diterimanya smoothies rasa stroberi itu dari tangan sang kekasih kemudian meminumnya.

"Sayang, sayang," Silvanna membuka suaranya, "Kenapa kamu dulu milih jurusan musik? Apa yang bikin kamu sesuka itu sama musik?"

Granger diam sejenak untuk berpikir, "Dulu, dari kecil udah diajarin main biola sama ibu. Kalau gitarnya belajar di sekolah, sih."

Ada tatapan kagum Silvanna di situ, "Kok aku baru tau kalau kamu bisa main biola juga? Kenapa kamu gak coba buat perform biola aja?"

"Ah itu..." Granger mengusap tengkuknya, "Coba nanti aku tanyain Bang Ceci, punya biola apa nggak. Biola di rumah udah dijual, sih."

Kini terlihat gurat sedih yang terpancar di tatapan hangat Silvanna. Dalam hatinya ia bertekad untuk mendukung semua hobi Granger setelah ini.

"Pelan-pelan aja, sayang. Aku dukung kamu seratus persen kok!"

Granger memberikan jempolnya pada gadis pujaannya itu.

Silvanna menghela napasnya pelan, "Sebenarnya, kerja di bidang keuangan sama sekali bukan passion-ku. Tapi orang tuaku menganggap kalau perempuan itu harus finance, harus kerja bersih, nggak boleh di lapangan. Aneh, kan? Padahal aku lebih suka kerja di lapangan, kayak kerjaan kamu. Less pressure, apalagi kalau atasan dan teman kerjanya baik semua. Kadang orang kantor itu jadi munafik demi dapat perhatian dari bos-nya."

Sang pemuda mendengarkan curhatan itu dengan seksama. Sambil sesekali ia membelai rambut krem gadis yang sedang bersandar di dadanya itu.

"Untung aja atasanku tuh orangnya gak gampang terpengaruh, lempeng banget kayak rel kereta tuh! Dia tegas betul juga sih jadi semua perlakuan adil. Empat bulan lalu ada staff yang dikeluarin juga karena terlalu caper sampai merugikan semua orang tuh."

Black and White [Granger x Silvanna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang