7 - Petaka atau Anugrah?

45 6 31
                                    

          Hari Senin ini Silvanna datang ke kantor diantar oleh adiknya, Dyrroth, dengan menaiki sepeda motor. Mobil yang biasa ia pakai untuk bekerja kali ini sedang masuk bengkel untuk perbaikan rutin tiga bulanan dan dilaporkan memang ada beberapa masalah yang menyebabkan mobilnya bisa lebih lama 'menginap' di bengkel. Jadi dengan sangat terpaksa beberapa minggu ini Silvanna akan menggunakan jasa ojek online untuk berangkat dan pulang kantor, karena ia memang tidak begitu suka merepotkan teman-temannya yang sudah lelah bekerja.

         Ya, selama beberapa minggu ke depan. Bisa jadi hingga beberapa bulan kedepan jika Silvanna malas kembali ke Lumina City. Toh, terkadang ia lelah mengemudi dan ingin menjadi passenger princess saja.

"Morning, girls!" sapa Silvanna di pagi yang cerah ini pada kawan-kawannya yang baru saja akan melakukan scan ID Card di gate utama. Semua tersenyum padanya dan mereka berjalan bersama masuk ke dalam kantor.

"Pagi, manajer-manajer hebat!"

"Pagi, Pak Aamon!" balas beberapa dari mereka dengan tak kalah bersemangatnya.

"Oh iya, mau kasih info hari ini Bu Freya lagi cuti sehari, kemarin Pak Zilong kasih kabar. Jadi nanti tolong ajarin Joy ya, gimana caranya bikin jadwal meeting dan sebagainya sebagai sekretaris magang. Tugas kali ini saya minta tolong ke Fanny ya."

          Beberapa dari mereka kecuali sang empunya nama menghela napas lega. Mereka bahagia karena tidak mendapat tugas tambahan disaat pekerjaan awal bulan sudah mulai sibuk-sibuknya. Maka setelah Pak Aamon meninggalkan mereka, mereka segera masuk ke dalam ruangan masing-masing dan memulai bekerja.

"Les," panggil Silvanna pada gadis berambut magenta panjang dikepang satu yang sedang duduk di sebelahnya. Menimbulkan tatapan bertanya dari sang pemilik nama.

"Iya, Sil? Ada apa?"

"Maaf sebelumnya kalau gue terkesan mengungkit privasi lo sama tunangan lo, tapi kenapa lo nyembunyiin banget hubungan lo sama tunangan lo ini, Les?"

Yang diberi pertanyaan mengernyitkan dahinya, "Oh itu... iya sih sejak pacaran, gue sama dia memang sepakat buat backstreet begini karena trauma banget waktu itu ada perusak hubungan orang yang hampir ngehancurin hubungan gue sama dia. Takutnya si PHO ini masih terobsesi gitu loh, Sil. Jadinya gue sama dia memilih untuk menutup rapat-rapat soal ini."

          Silvanna sedikit bergidik ngeri. Ia ingat betul memang bagaimana perjuangan Lesley dan pria misteriusnya itu di waktu dulu saat mereka masih sering bertengkar sehingga Lesley sering terlihat lesu di kampus maupun di kantor. Ya, sudah saatnya ia merasakan kebahagiaan sekarang.

"Makasih ya, Les. Gue harap lo selalu baik-baik aja sama dia. Kalau nikah jangan lupa lo undang gue, ya?"

Lesley terkekeh, "Masih jauh. Iya, sama-sama, Silvanna cantik!"

|•••|

          Sore ini langit terlihat sendu. Tak ada cerah biru, justru warnanya berubah kelabu. Padahal Silvanna tidak lembur dan jam masih menunjukkan pukul empat sore. Dapat dipastikan hujan akan turun setelah ini.

          Ah, sial. Ia tidak membawa payung atau apapun yang bisa dijadikan sebagai alat perlindungan diri dari hujan, jadi sebelum hujan benar-benar turun ia harus segera pergi ke tujuan selanjutnya. Ia tidak ingin terjebak hujan dengan dirinya yang masih stuck di kantor.

'Ting'

          Bel yang beberapa waktu ini familiar di telinganya kembali berbunyi saat ia membuka pintu kaca yang selalu bersih mengkilap itu. Diikuti dengan tatapan dan senyuman ramah beberapa orang yang sedang melakukan pekerjaan mereka masing-masing.

Black and White [Granger x Silvanna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang