20 - The Truth Untold #2

30 3 9
                                    


          Hari ini Silvanna berangkat ke kantor seperti biasa. Konon katanya, menurut desas desus beberapa pegawai di sana, hari ini akan banyak pekerjaan karena sang pemilik perusahaan akan melakukan inspeksi dadakan dan mempersatukan beberapa departemen menjadi satu ruangan dalam seminggu ini sebagai percobaan untuk mempermudah pengawasan sekaligus penggantian tata letak kantor agar semuanya merasakan perubahan yang cukup menyenangkan. Ya, Silvanna sebagai pekerjanya hanya bisa mengiyakan saja apa yang diucapkan sang atasan selagi Aamon tidak memintanya untuk menjadi istrinya.

Tidak lama, saat menegangkan itu pun dimulai.

"Semuanya dimohon berdiri dan tetap pada posisi sekarang!"

          Terdengar suara dua pria asing diikuti dengan kedatangan mereka bersama sang atasan. Silvanna yang tidak tahu ada apa hanya menghela napas pasrah. Aamon memang pernah dan tergolong sering melakukan sidak, akan tetapi kalau sudah membawa pihak ketiga, mereka merasa memang ada yang salah.

"Buset, apaan nih?" Fanny yang tampak sedikit terkejut itu pun hanya bisa pasrah juga seperti yang lainnya.

"Hari ini istrinya adikku gak masuk kerja lagi, ya?"

"Hah?!" Sahut empat gadis itu.

Tentu saja sekumpulan perempuan itu tidak tahu menahu tentang siapa orang yang dimaksud.

"Bapak punya adik?"

"Istri adiknya bapak kenal sama kita?"

Ya, bukannya jawaban yang didapat, malah balasan pertanyaan bodoh yang diucapkan oleh Novaria dan Fanny atas ketidak tahuan mereka mengenai apa yang terjadi.

"Kita beneran gak tau siapa orangnya, pak," pungkas Silvanna pada ketiga orang pria yang ada di depan mereka.

"Okelah, kalau begitu mereka memang udah merencanakan buat menyembunyikan hal ini dari kalian semua."

Ujaran Aamon barusan membuat para wanita itu semakin bingung.

"Yang Bapak maksud itu Lesley, ya?"

          Tiga puluh menit kemudian, sidak selesai dilakukan. Ruangan Silvanna, Novaria, Fanny, dan Natalia yang semula terpisah pun hari ini disatukan. Namun di balik semua ini, mereka merasa bahwa mereka dikumpulkan untuk satu tujuan.

"Jadi gini. Teman dekat kalian itu sudah melakukan perbuatan yang melanggar nilai-nilai yang dijunjung di kantor. Teman kalian itu udah nyakitin hati orang lain dengan ikut-ikutan orang yang katanya suaminya itu untuk mengkhianati temannya sendiri,—"

"—Dan mereka juga udah bekerjasama dalam melanggar peraturan asrama putra di Eruditio University dengan nginep bareng dan entah berbuat apa. Dan perlu kalian tau, entah kenapa mereka ini merahasiakan hubungan mereka banget sampai saya sendiri aja mau dihabisi nyawanya sama orang yang sudah jelas punya hubungan darah dengan saya itu cuma karena saya kepo. Padahal saya pengen tau karena dia adik saya dan saya masih mau peduli sama dia."

Keempat wanita itu menatap sang atasan dengan wajah yang sama, semua heran karena kejadian yang sejauh ini disembunyikan oleh sang kawan.

"Jadi, selama ini Lesley udah bohongin kita dong, girls? Dia bilang kalau dia tunangan dan tunangannya lagi pendidikan dokter spesialis. Beberapa bulan lalu juga dia masih nganter tunangannya ke kampusnya gitu."

"Gila sih Lesley, Nov. Gue kepikiran gimana rasanya jadi Natalia sama Silvanna yang temenan sama dia dari masa sekolah gitu."

Sementara Silvanna dan Natalia hanya mampu menghela napasnya.

          Tapi siapa sangka bahwa memang informasi yang mereka terima belum lengkap. Karena di belakang sana, beberapa pemuda yang berstatus sebagai saksi siap menghancurkan kehidupan mereka yang berkhianat dengan fakta yang menjijikkan yang siap dibeberkan kapan saja.

Flashback...

"Lo semua yakin kan, kalau orang yang dimaksud si Aamon ini adalah orang yang sama dengan orang yang nyakitin Silvanna beberapa taun yang lalu?"

"Gue berani bersumpah, bener bang! Persis dan gue yakin dia gak punya kembaran juga. Ezekhiel kan ya, namanya?"

"Iya, Dy. Ezekiel Gusion Paxley."

"Tapi gue masih pengen merahasiakan tentang siapa yang jadi masa lalunya Gusion ini dari abangnya, karena gue tau kalau Aamon pasti bakal cerita di kantor karena istri adiknya juga kerja di sana. Terlebih di sana ada Silvanna juga."

"Jadi, gimana rencana lo, Gran?" tanya Zilong penasaran.

"Loh, gue di sini orang baru sih! Jadi gue gak tau banyak hal. Tapi gue udah punya rekaman suaranya Silvanna yang cerita sesuatu," Granger menghela napas pelan, "Jadi bantuin gue buat bersaksi ke Pak Fred sama Pak Clint biar dia bisa segera diproses."

"Tapi gimana caranya, Gran? Gue takut kalau gak bilang sejujurnya malah kita yang kena pasal."

Granger tampak diam berpikir sejenak menanggapi ujaran Alucard barusan.

"Gini deh, Alu. Zilong kan bestie tuh sama Pak Fred sama Pak Clint, jadi kalian ngaku aja yang sebenarnya. Sebut nama dan identitasnya Silvanna juga gak masalah, tapi tolong sampaikan ke polisinya kalau semua soal Silvanna jangan sampai kebuka dulu di depan Aamon karena pertimbangan-pertimbangan tadi."

Dan pada akhirnya semua menyetujui saran dari Granger itu. Mereka yakin akan ada titik terang di suatu harinya yang akan membuat Silvanna dan Aamon benar-benar lepas dari ancaman yang mungkin akan membahayakan kesehatan dan keselamatan mereka.

.

.

.

To be continue,

(Next chapter uwu-uwuan dulu ya.)

Black and White [Granger x Silvanna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang