8 - Kawan Baik itu Benar Ada!

34 5 31
                                    

          Rabu yang cukup indah untuk Granger. Hari ini dia mengambil cuti kerjanya selama seminggu setelah dua bulan penuh bekerja tanpa absen sehari pun. Benar-benar pria pekerja keras. Tapi hari ini juga hari yang menandakan bahwa ia akan kembali tinggal di kontrakan itu sendirian sampai ada penyewa lain yang akan berbagi rumah dengannya nanti.

"Barang lo udah semuanya, Yin?"

"Udah, bang. Andai ada yang ketinggalan juga gapapa dah, tolong simpenin dulu. Wong gue sekarang pulang ke Monastery of Light, di dekat situ, bukan ke Cadia Riverlands lagi."

Granger terkekeh pelan lalu mengangguk.

"Gue seneng lo udah mau nemenin gue selama empat tahun studi lo di Moniyan. Maaf ya kalau selama tinggal sama gue, gue sering mimpi buruk, gangguin lo tidur karena gue balik malem. Sial, lah! Bakalan kangen sama lo, Yin!"

"Bang, sumpah lo jangan bikin gue sedih! Monastery of Light dekat situ aja, bang. Gue bareng Bang Xavier, Julian, sama Melissa juga bakal bisa tetap main ke tempat kerja lo, bang."

Mereka berpelukan sejenak, seperti adik kakak yang akan terpisah jarak karena sang adik memiliki keperluan lain di luar kota.

"Nanti lo dijemput Xavier?" Tanya Granger.

"Kayaknya semua, bang. Sekalian mau ngucapin terima kasih ke lo karena berkat lo, makan gue teratur, tugas gue juga selalu selesai."

          Tiba-tiba mereka yang dibicarakan sudah ada di depan kontrakan. Seorang pria tinggi berbaju dominan putih biru turun dari mobil bersama dua orang berusia remaja akhir lainnya, satu berambut merah, satu lagi berambut blonde dengan highlight pink. Granger mengenali mereka semua tapi tetap saja ia lebih dekat dengan Xavier. Mereka berdua sudah seperti bapak-bapak beranak satu yang saling membicarakan soal bagaimana sikap dan tingkah laku adik mereka itu hampir di setiap kali Xavier mampir ke kontrakan untuk mengecek keadaan dan perkembangan Yin.

"Hai, Gran! Lama gue gak mampir ke sini ya?"

Granger membalas jabatan tangan itu. Mengabaikan Yin dan kedua saudaranya yang tengah memasukkan barang-barang Yin ke dalam mobil milik Xavier.

"Makasih ya empat tahun ini lo udah jagain Yin sebaik mungkin. Sampai gue sendiri jarang dengar kabar Yin lagi sakit atau apa. Apalagi dia susah banget disuruh makan dan istirahat."

Granger mengulas senyumnya, "Santai aja, Xav. Dia udah kayak adik gue sendiri. Selamat atas kelulusan Yin! Gue harap masa depan cerah nungguin dia dimanapun dia stay nanti.."

"Amin! Ah, ini semua gak ada apa-apanya kalau bukan berkat bantuan lo, Gran. Yin sering cerita kalau tugas dia banyak dibantuin sama lo. Sekali lagi makasih, ya! Oh ya, sebagai bentuk terima kasih gue sebagai abangnya Yin, gue cuma bisa kasih ini."

Oh wow, sebuah cek yang bernilai cukup besar bagi Granger.

"Xav, gue ngerasa ini berlebihan sih."

"Gapapa, itu wujud terima kasih gue ke lo. Dan biaya kontrakan bulan ini udah gue kasih ke pemilik kontrakannya. Jadi uang itu udah sepenuhnya milik lo tanpa lo ada kewajiban untuk menyisihkan untuk bayar kontrakan bulan ini. Gue doain semoga cepet ada orang baru yang bisa temenin lo lagi ya, Gran. Gue pamit, see you soon!"

"Makasih, Xav! Main-main ke Valentine's Café lebih sering ya!"

          Granger mengantar mereka sampai ke gerbang depan. Ia tersenyum sambil sesekali membantu Yin dan dua saudaranya untuk menata barang di bagasi. Sampai pada saat Xavier hendak menjalankan mobilnya, seorang gadis blonde yang ia ketahui bernama Melissa itu kembali turun dan menghampiri Granger. Gadis itu memberikan sebuah boneka teddy bear kecil dan juga beberapa batang coklat.

Black and White [Granger x Silvanna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang