perihal takdir

40 6 0
                                    

" byan jika nanti akhirnya semesta duluan yang memanggil ku pulang, tolong antar raga ku ke pemakaman dengan senyum kamu yang paling indah, jangan ada tangis sebab aku ingin berpulang dengan jiwa yang berbunga"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" byan jika nanti akhirnya semesta duluan yang memanggil ku pulang, tolong antar raga ku ke pemakaman dengan senyum kamu yang paling indah, jangan ada tangis sebab aku ingin berpulang dengan jiwa yang berbunga".

~anindita cahyaningrum




Dipta berlari di koridor rumah sakit membopong tubuh sang adik tak ia pedulikan baju nya sekarang kotor akibat darah yang keluar dari pelipis anin.
para perawat kini menghampiri nya, lalu mengambil alih tubuh Anin yang tak sadarkan diri untuk segera di tangani.

di luar ruangan Dipta resah akan kondisi Anin saat ini. ia berjalan mondar mandir menunggu dokter keluar untuk bertanya bagaimana keadaan sang adik.

"gimana dok keadaan adik saya". Dipta langsung menghadang dokter yang baru saja keluar dari ruangan tempat di mana Anin sedang di periksa dengan pertanyaan.

"kondisi nya tidak terlalu menghawatirkan, hanya saja luka di kepala nya cukup lebar ada banyak juga pecahan kaca yang menancap disana, jadi kami sedang membersihkan nya lalu nanti luka nya akan kami jahit". jelas dokter membuat Dipta menghela nafas lega.

"tapi saat ini kami butuh pendonor darah untuk pasien sebab luka di kepala nya terlalu banyak mengeluarkan darah jika tidak dapat pendonor maka kondisi nya berbalik menjadi mengkhawatirkan". lanjut dokter lagi membuat Dipta kembali gusar.

darah miliknya dan Anin tidak cocok, setahu Dipta Anin dan mama lah yang memiliki golongan darah yang serupa tapi bisa Dipta pastikan mama tidak akan mau mendonorkan darah untuk Anin.

Dipta benar benar bingung sekarang harus kemana mencari pendonor darah untuk Anin. ia juga bingung kenapa bisa se khawatir ini dengan anin, sebelum sebelumnya Dipta tidak pernah merasa hal seperti ini.

mau tidak mau Dipta kini menghubungi mama nya untuk datang ke rumah sakit, terjadi perdebatan cukup alot hingga akhirnya sang mama mau datang ke rumah sakit dan lebih memilih mengalah.

"mah tolong ya kali ini aja ". mohon Dipta agar mamanya mau mendonorkan darah nya untuk Anin.

"mama ga Sudi Dipta!, mama ga Sudi darah mama mengalir di tubuh nya!".tekan Yuna kepada putra sulungnya itu.

"maksud mama apa? gimana ceritanya mama bisa ga Sudi darah mama mengalir di tubuh Anin sedangkan Anin itu anak mama!!,". ujar Dipta dengan nada yang naik satu oktaf, merasa heran dengan mamanya.

"dia bukan anak mama Dipta!!". balas yuna di balas kekehan remeh dari Dipta.

" mama cukup mah, dia itu anak mama, anak dari hasil perbuatan haram mama!". tekan dipta, urat urat di leher nya tercetak jelas menggambarkan betapa keras nya ia menahan emosi saat ini.

BAIT TERLUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang