"nyatanya bahagia kita waktu itu benar benar sementara, sekarang semesta memberi ku lara yang akan terus berdarah hingga raga ku bersemayam di balik tanah merah".
~oOo~
___________________~oOo~
Anin tampak cantik dengan balutan gaun putih pemberian byan, rambut nya di sanggul rapi dengan beberapa helai di biarkan menjuntai menambah kesan anggun . semua ini dipta yang menyiapkan, meskipun mustahil namun anin masih berharap mama nya datang mendampingi dirinya di hari pertunangan ini. Dipta sengaja menyewa gedung sederhana untuk acara sang adik.
Anin melangkah mengambil kamera pemberian byan yang ada di nakas nya, rasanya seminggu lalu anin benar benar menemukan bahagia nya yang nyata, semoga saja mulai hari ini segala angan anin tentang bagian indah benar benar menjadi miliknya.
Di pandangi foto foto yang mereka ambil bersama ketika di pantai kala itu, ntah kenapa anin justru ingin menangis saat ini ada perasaan aneh yang menjalari dadanya, menatap wajah byan yang tersenyum ke arah kamera membuat anin ingin segera bertemu byan, bukan karena tak sabar tentang pertunangan nya hanya saja ntah lah anin juga tidak mengerti.
"byan kamu bakal slalu jadi rumah aku kan?, tetep jadi tujuan di saat aku kehilangan arah kan?, ntah kenapa saat ini perasaan ku di grayangi khawatir tanpa alasann yang jelas". Lirih anin masih dengan mentap dalam foto abyan darsana yang tampak tersenyum indah itu.
"buku kita hampir rampung byan, hanya tinggal menulis akhir indah yang akan terjadi hari ini lalu setelahnya kita ciptakan bait baru tentang keluarga kecil yang kita bicarakan di bawah senja kala itu". Anin terus meyakinkan dirinya bahwa lembaran yang akan tulis setelah ini nanti adalah epilog bahagia.
"nin udah selesai belom , kita jalan sekarang takutnya nanti telat". Panggil dipta dari luar membuyarkan lamunan anin.
"iya a' ini udah siap". Sahut anin kemudian ia meletakkan kamera yang ia pegang kembali ke tempat nya, lantas dirinya melangkah keluar menemui dipta.
" anin deg deg an a' ". Adu anin pada kakak laki laki yang sekarang slalu ada untuknya.
"tunangan doang nin bukan langsung ijab kabul ". Goda dipta membuat anin mendengus.
"mamah beneran gak ikut ya a'?, a' harsa juga?". Tanya ani dengan sedikit harapan.
"sekarang sama aa' dulu ya, nanti kita usahakan untuk utuh". Jawab dipta membuat anin dejavu akan ucapannya, ini sama persis seperti ucapan ayahnya sebelum sang ayah pergi ke pangkuan semesta.
"anin gamau kalau Cuma untuk sekarang, anin mau untuk selamanya sama aa', temani anin a' , jangan pergi kaya ayah, karena sebelum ayah pergi ke tempat abadi itu ayah ngucapin kalimat yang sama kaya yang aa' ucapin, anin takut hancur anin terulang lagi". Anin bingung ntah apa yang terjadi pada dirinya yang terlalu sesnsitif saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAIT TERLUKA
Ficção Adolescente"bagaimana jika pada akhirnya kita tidak akan pernah bertemu dengan bahagia?" "siapkah untuk terus bersahabat dengan luka?" "bait kita akan terus abadi untuk berdarah"