10. Cantik

603 103 6
                                    

Kale mengacak-acak rambutnya frustasi sebab merasa bersalah sudah berlaku kasar pada Helen saat di sekolah tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kale mengacak-acak rambutnya frustasi sebab merasa bersalah sudah berlaku kasar pada Helen saat di sekolah tadi. Padahal ucapan Helen juga wajar. Dia menjawab seadanya.

Namun karena suasana hati Kale sedang tidak bagus dan dia tengah merasa gelisah, jadilah dia reflek mencengkram kuat pergelangan tangan Helen.

Kale sedang sangat cemas. Dia duduk di depan meja belajar sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja tersebut.

Belakangan banyak yang dia pikirkan. Soal OSIS, nilai pelajaran dan juga keluarga.

Dari itu semua yang paling mendominasi kepalanya adalah perihal orang tuanya. Lebih tepatnya orang tua angkat.

Semua orang hanya tahu kalau Kale merupakan anak dari sepasang orang tua kaya raya dan memiliki seorang adik dengan jarak usia satu tahun di bawahnya.

Tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya Kale hanyalah anak adopsi. Kecuali keluarga dekat mereka dan juga Elang.

Dan orang tuanya akan selalu marah jika Kale terus mengungkit perihal latar belakangnya. Karena mereka tidak pernah membeda-bedakan Kale dengan Orel.

Akan tetapi Kale tentu saja masih ada perasaan tidak nyaman. Dia merasa asing dan sadar diri bahwa dirinya hanya orang asing di dalam keluarga tersebut.

Dia selalu berusaha menjadi anak yang baik. Selalu berusaha mendapatkan nilai yang bagus untuk membanggakan kedua orang tuanya itu, sebagai bentuk balas budi. Walaupun mereka tidak pernah menuntut apapun.

"Kale! Turun ke bawah, Nak. Makan malemnya udah siap."

"Iya!" sahut Kale, kemudian segera beranjak.

Saat keluar kamar dia berpapasan dengan Orel yang baru saja pulang dan hendak masuk ke dalam kamarnya. Sejak masuk SMA, gadis itu banyak mengikuti kegiatan di sekolah. Salah satunya ekstra judo.

"Kok sampe malem pulangnya, Rel? Harusnya tadi telpon Kakak. Biar Kakak jemput."

"Gak usah sok peduli," jawab Orel dengan wajah datar lalu menutup pintu kamarnya dengan kencang sampai menimbulkan bunyi debaman. Membuat Mamanya naik ke atas sambil berkacak pinggang.

"Orel jangan banting-banting pintu. Cepet bersih-bersih, terus turun ke bawah. Mama tunggu di meja makan."

Tidak ada sahutan.

"Orel, jawab Mama."

"Aku udah makan!"

Kalau Papanya sedang tidak di rumah, biasanya Kale hanya akan makan malam dengan sang Mama. Karena Orel sering kali berkata sudah makan di luar. Jarang sekali gadis tersebut ikut gabung bersama mereka.

Dulu Orel tidak seperti itu. Dia gadis yang periang dan cerewet. Tapi semakin bertambah usia, semakin dia sering melihat Kakaknya dibangga-banggakan setiap mendapat nilai tinggi, dan Mamanya selalu membanding-bandingkan Kale dengannya. Perlahan senyum di wajah Orel kian pudar.

Pacar Tengilku Ketos Posesif | Jeonghan x LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang