"Crystal, kamu keliru, hasilnya 4951, bukan 4950." [Name] mengoreksi hasil jawaban latihan matematika Crystal.
"Oh ya? Aku yakin sudah menghitungnya dengan benar kok"
[Name] menunjuk hasil hitungannya, "disini yang salah. Kamu ketinggalan ini."
"Kau benar! Oke, makasih koreksinya, [Name]-ssi" Crystal membetulkan cara menghitungnya, lalu menulis ulang jawabannya. Setelah beberapa saat, pelajaran pun selesai. Crystal pamit karena ada urusan. Jadi sekarang tersisa [Name], Jonggun dan Jungoo.
[Name] melepas lensa matanya yang berwarna coklat. Dia lebih nyaman melihat tanpa lensa. Jungoo sedikit terkejut dengan warna mata asli [Name], tapi menganggapnya menakjubkan.
"Aku benar. Matanya putih." Jonggun kembali mengingatkan Jungoo pada pembicaraan mereka minggu lalu. "Woah, itu asli?" Tanya Jungoo berbinar.
"Iya. Kalian tidak akan memberitahu orang lain tentang ini kan?"
"Untuk apa aku melakukannya? Tidak ada untungnya." Jawab Jonggun dingin.
"Tentu saja tidak! Itu keren!" Kemudian, Jungoo mengambil buku matematika Crystal yang tergeletak di atas meja, "[Name]-chan! Aku akan menguji mu, coba jawab soal di buku ini dengan cepat dan tepat!" Jungoo memperlihatkan soal latihan matematika berjumlah 30.
"Mudah saja, sini." [Name] membaca soal itu sebentar, lalu menyilang jawabannya. Jungoo keheranan karena dia tidak melihat [Name] menghitung jawaban soal-soal tersebut.
"Kau ngasal." Ucap Jonggun.
"Kata siapa?" [Name] hanya terdiam selama sepuluh detik, lalu menyilang jawaban. Dia menghitung di dalam hati, setidaknya itulah pikir Jungoo.
Setelah beberapa menit berlalu, Jungoo mengecek kunci jawaban pada kertas di tangannya. "Gila! Bagaimana bisa-!"
Jonggun menaikkan satu alisnya, iris putih yang tersembunyi dibalik kacamata melirik sumber yang membuat Jungoo terkejut.
"Benar semua." Jonggun hanya diam mengamati Jungoo yang mengecek berkali-kali hanya untuk mengetahui fakta bahwa [Name] tidak salah di soal manapun.
"Kau mungkin menang, tapi aku yakin kau tidak akan menang di permainan ini!" Jungoo mengeluarkan kartu dari kantong celananya. Dengan bangga mempersembahkan permainan tersebut untuk menguji kemampuan [Name].
"Kartu?" [Name] menarik sudut bibirnya hingga membentuk seringai. "Kamu salah sasaran, nak."
"Kau berucap seolah kau sudah tua." Tutur Jonggun menimpali.
"Bagaimana kalau kita taruhan? Akan sangat menyenangkan jika ada hadiah~" [Name] duduk di lantai bersama Jungoo. Pria pirang itu juga meminta Jonggun untuk duduk di antara mereka.
"Yang kalah harus memberikan uang 5.000 won pada orang yang menang!" Jungoo berucap enteng. Lagipula dia kaya. Dan dia yakin tidak akan kalah dipermainan kartu. Ini adalah solusi yang menurutnya menguntungkan.
Jonggun hanya mengangguk mengiyakan, dia berpikiran sama seperti Jungoo. Sedangkan [Name] 10000000% percaya diri akan memenangkan permainan kartu. Selain karena title nya di jaman dulu adalah 'ratu judi', dia juga suka uang.
Sembari memulai permainan babak pertama, [Name] mengoceh, "dulu ada permainan kartu khusus kelas bangsawan, namanya Baccarat~"
"Hah? Seriusan? Kok aku baru tahu?" Jungoo menanggapi. Sedangkan Jonggun tetap menyimak dengan lirikan.
"Iya, setahuku Baccarat itu diciptakan di Italia, sekitar tahun 1400an. Terus menyebar ke Prancis, dan negara-negara lain, lalu berkembang sampai sekarang~ masih ada dimainkan di kasino loh." Jelas [Name].
KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption [Lookism X Reader]
Fanfiction[VER. REVISI] Dia...sendiri, dia bukan siapa-siapa. Sejak awal, seharusnya atensinya tidak ada. Dia adalah bug dunia ini yang muncul untuk menebus dosa. Yang tidak ada, teruslah seperti itu. Jangan ikut campur dengan urusan dunia, dan kau malah men...