Sasuke mengerjapkan matanya saat rasa sesak melandanya. Dapat ia lihat sebuah tangan memeluknya dengan sangat erat. Melirik ke samping, ia melihat dengan jelas orang yang memeluknya, membuatnya menahan napas.
"Itachi-nii..."
Benar, orang yang memeluknya adalah sang kakak. Itachi yang menyadari adiknya bangun segera memanggil Shisui yang sedang berada di kamar mandi. Mereka berdua memeluk Sasuke dengan sangat erat sampai membuat sang empunya sesak napas.
"Nii... aku tidak bisa bernafas."
Itachi menyengir, ia melonggarkan pelukannya tapi tak melepasnya. Sedangkan Shisui mengusap-usap rambut Sasuke dengan penuh sayang.
"Oh dear, kau membuat kami berdua ketakutan," Shisui mengecup puncak kepala Sasuke. Orang-orang akan melihat betapa mereka sangat menyayangi adik bungsu mereka.
"Kami memang mengharapkan kejutan darimu, tapi..." Raut wajah Itachi sedih. "Bukan seperti ini, otouto."
"Benar, kau harus menjaga kesehatan. Apalagi kami akan ada di sini..." tambah Shisui.
Sasuke tersenyum, mengangguk dengan terpaksa. Ia memeluk kedua saudaranya saat tubuhnya mulai bergetar dan mengeluarkan air mata. Itachi dan Shisui bertatapan, tapi mereka membalas pelukan Sasuke.
Tidak ada yang tahu kalau mata Sasuke berubah redup, otaknya berusaha keras agar ia tidak bertingkah gila.
"Te-terima kasih sudah kembali," gumamnya.
Tangannya terkepal kuat.
Kenapa kalian harus kembali?
***
Sasuke menatap jengah kedua kakaknya yang selalu berada di sisinya 24 jam. Bahkan untuk ke kamar mandi mereka akan mengantarnya. Menyebalkan, ia hanya kelelahan bukannya lumpuh.
"Nii-sama, memangnya Nii-sama tidak memiliki pekerjaan?"
Itachi menggeleng, tangannya mengisyaratkan agar Sasuke kembali berbaring di sisinya. "Kemari, otouto! Kau harus beristirahat agar cepat sehat."
Tapi Sasuke menggeleng. Dari malam sampai siang ia selalu berbaring di kasur. Tubuhnya terasa pegal jika terus berbaring.
Tatapan Itachi yang tadinya penuh sayang dan kelembutan langsung berubah tajam dan mengintimidasi. Auranya bertambah gelap, penuh otoritas.
Sebagai keturunan Uchiha, Itachi dalam mode marah berkali-kali lipat lebih mengerikan.
Sasuke meneguk ludah. Ayolah, walaupun ia juga Uchiha, tapi ia tidak akan pernah bisa mengalahkan Itachi.
Dan sampai maut menjemputnya ia kan selalu di bawah bayang-bayang kedua kakaknya.
"Sasuke." Suara yang dalam dan penuh perintah.
"Nii-sama..." Sasuke memberikan tatapan memelas. "Tubuhku pegal jika berbaring terus, aku mau duduk di sofa saja, ya?"
Mengingat adiknya baru saja sakit, Itachi berusaha menahan amarahnya. Ia memejamkan matanya dan mengangguk setelah amarahnya mereda.
"Baik, kau bisa di sofa. Tapi jangan berjalan-jalan. Dan pakai selimut ini."
Sasuke bersorak dalam hatinya. Meski sedikit jengkel akibat ulah kakaknya. Ayolah, ia sudah sehat seratus persen. Ia duduk di sofa dekat dengan jendela, cuaca siang ini sangat cerah. Sasuke membawa sebuah buku novel sejarah tentang perang berdarah antara Klan Senju dan Uchiha. Dan sampai sekarang kedua Klan itu masih bermusuhan.
Ia akan menghabiskan waktunya dengan membaca buku itu, mengingat kedua kakaknya yang sangat protektif.
Itachi mendekati Sasuke dengan membawa sebuah selimut. Ia menyelimuti kaki Sasuke, tatapannya tak pernah lepas dari dunianya. Sungguh, ia sangat tidak rela tubuh ini selalu dinikmati orang lain. Haruskah ia mengusung Sasuke ke suatu tempat?
"Nii-sama..."
Itachi tersadar, ia menatap mata Sasuke yang menatapnya bingung. Kenapa dengan kakaknya ini?
Tangan Itachi terjulur, mengusap rambut hitam sang adik, ia membawa tubuhnya bersimpuh di depan sang adik. Kenapa ada orang seindah ini? Kulit putih pucat selembut kapas, wajah tampannya, rahang yang tegas, mata hitamnya, sangat cocok sekali.
Jari jemarinya mengusap wajah Sasuke dari dahi, turun ke pipi yang sedikit bersemu merah.
Lucu sekali.
Tanpa sadar jarinya berlabuh di bibir yang pink agak pucat.
Cup.
Sasuke memejamkan matanya saat Itachi mengecup bibirnya. Kecupan itu berubah menjadi lumatan lembut, sampai tidak sadar ia sudah berbaring dengan Itachi berada di atasnya. Mengungkungnya dengan tatapan yang tertuju padanya.
Lima menit ciuman itu bertahan, ia menepuk bahu sang kakak saat persediaan oksigen semakin berkurang.
"Umm..."
"S-stop..."
Tapi bukan Itachi namanya kalau tidak usil, ia hanya memberikan persekian detik untuk mengambil udara sebelum ia kembali mencium bibir yang membuatnya candu itu.
Mereka bertukar saliva, entah air liur siapa yang sudah menetes. Sasuke menggenggam rambut Itachi. Apakah kakaknya ini ingin membunuhnya dengan ia yang kehabisan napas?
Cup.
Itachi mengakhiri ciuman panjang itu dengan kecupan di bibir sang adik. Bisa ia lihat wajah sang adik, wajah memerah, mata terpejam, rambutnya yang berantakan dengan napas yang terengah-engah, dan bibir yang membengkak.
Sungguh menggoda.
Ia ingin kembali mencium bibir itu lagi tapi Sasuke menghentikannya.
"Su-sudah. Hah... hah..."
Ia terkekeh. "Oke, maafkan aku." Ia membantu Sasuke bangkit dan merapikan rambut sang adik yang mencuat ke sana kemari.
Melihat visual sang adik yang terkena sinar matahari membuatnya kembali meneguk ludah. Tidak ingin ia berbuat lebih, Itachi menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Sasuke.
"Nii, geli..." Sasuke menggelinjang tidak nyaman saat merasakan beberapa kali Itachi mengecup lehernya.
"Ughh... sa-sakit," Sasuke meringis saat merasakan Itachi menggigit lehernya. Pasti akan merah.
Cup.
"Maaf." Gumam Itachi. Tapi ia melihat karyanya dengan bangga, leher yang pucat itu kissmark dengan warna yang mulai berubah keunguan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King
FanfictionUchiha Sasuke, Raja yang dikenal sebagai penguasa kejam dari Kerajaan Amaterasu. Dikenal dingin, tanpa ampun, dan berdarah dingin, darah Uchiha yang mengalir dalam dirinya membuatnya tak segan-segan menjatuhkan hukuman berat pada siapa saja yang men...