"Setelah berdiskusi, dan demi kebaikanmu, dalam seminggu ini kau tidak memiliki jadwal apa pun. Latihanmu hanya dilakukan tiga kali seminggu," kata Shisui tegas, nadanya tak terbantahkan.
Sasuke menatap kedua kakaknya dengan mata lebar, hampir tidak percaya. "NII-SAMA!!" pekiknya, protes keras meluncur dari bibirnya. "Apa-apaan ini? Bukankah kemarin kau sudah menyetujuinya, Shisui-Nii? Aku bukan pajangan yang hanya boleh duduk diam di sini!" Suaranya menggema di ruangan, memantulkan perasaan frustrasi yang semakin membengkak dalam dirinya.
Shisui tetap tenang, meskipun ada kilatan tajam di matanya. "Kau masih dalam masa pemulihan, Otouto. Kami tidak akan mengambil risiko lagi," jawabnya, nada tegasnya tak mengizinkan ruang untuk perdebatan.
Sasuke, yang merasa haknya direnggut begitu saja, tak dapat menahan diri. Tubuhnya menegang, mencoba melawan keputusan yang telah dibuat kakaknya. Namun, Itachi, yang berdiri di dekatnya, segera mendekapnya erat. Pelukan Itachi, meskipun lembut, memiliki kekuatan yang luar biasa; seakan tak ada ruang bagi Sasuke untuk kabur dari kenyataan ini.
"Sudahlah, Otouto," bisik Itachi lembut di telinganya. "Ini untuk kebaikanmu." Meski kata-katanya penuh kasih, Sasuke bisa merasakan dinding yang tak kasat mata berdiri antara dirinya dan kebebasan yang diinginkannya.
Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Sasuke menggertakkan gigi. "Kebaikan apa yang kalian maksud? Aku bukan orang lumpuh yang tak bisa melakukan apa pun! Aku... aku bisa melakukannya sendiri," suaranya melemah, namun kekerasan dalam hatinya tidak pudar sedikit pun.
Shisui hanya memandangnya dengan tatapan dingin dan penuh wibawa, tak terpengaruh oleh wajah memelas adiknya. Dalam pikirannya, keputusan ini adalah yang terbaik. Sasuke terlalu keras kepala untuk menyadari bahwa batas-batas yang diletakkan ini semata-mata untuk kesehatannya. Shisui tidak ingin adiknya jatuh sakit lagi, apalagi karena keteledorannya sendiri. Meski penyebabnya karena Itachi sendiri, tapi mungkin karena hal ini ia bisa 'menjaga' adiknya lagi.
Mereka sedang berada di kamar Itachi, sebuah ruangan yang megah namun terasa terlalu sempit dengan emosi yang memanas di dalamnya. Setelah insiden Itachi mencekik Sasuke, sang kakak tidak membiarkan adik mereka pergi ke kamarnya sendiri. Itachi menariknya masuk ke ruangannya dan tidak mengizinkan siapa pun untuk mengganggu. Beruntung, Raja dan Ratu sedang bepergian ke kerajaan lain, sehingga tidak ada yang perlu memberi penjelasan atau menghadapi pertanyaan tak diinginkan.
Shisui, yang mulai muak dengan protes berulang Sasuke, meraih rahang adiknya dengan satu tangan yang kuat namun penuh kontrol. "Dengar, Sasuke," desisnya, suara lembut namun mengancam. "Turuti kemauan kami, atau kupastikan kau benar-benar lumpuh selamanya!" Nada bicaranya bergetar dengan keseriusan yang tak bisa diabaikan, membuat jantung Sasuke berdebar lebih cepat.
Sasuke terdiam seketika, bibirnya bergetar tanpa sepatah kata pun keluar. Ia tahu ia sedang berada di wilayah berbahaya—Shisui adalah kakak yang penuh kasih, tetapi ketika sudah mengambil keputusan, tidak ada yang bisa mengubah pikirannya. Jika ia ingin sesuatu terjadi dengan cara tertentu, maka cara itu pasti akan terjadi.
Menunduk, Sasuke mencoba menerima situasinya. Meski hatinya penuh perlawanan, ia tidak punya pilihan lain.
Melihat adiknya akhirnya tunduk, Shisui menghela napas panjang, merasa lega. "Istirahatlah," katanya lebih lembut sekarang, mengusap rambut Sasuke dengan sentuhan penuh kasih sayang. Kemudian, tanpa ragu, Shisui menunduk untuk mengecup bibir merah muda Sasuke. Itu adalah tanda kepemilikan, sekaligus kasih yang terbalut dalam cara yang rumit.
Shisui menatap Itachi dengan tatapan penuh arti, seolah memberi kode kepada saudaranya untuk memastikan Sasuke tetap aman. "Aku harus mengurus kerajaan. Itachi, jaga dia dengan baik," ucapnya sebelum meninggalkan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King
FanficUchiha Sasuke, Raja yang dikenal sebagai penguasa kejam dari Kerajaan Amaterasu. Dikenal dingin, tanpa ampun, dan berdarah dingin, darah Uchiha yang mengalir dalam dirinya membuatnya tak segan-segan menjatuhkan hukuman berat pada siapa saja yang men...