Episode 11

502 26 6
                                    

VIKI POINT OF VIEW

Untuk kali ini saja aku menginginkan Adit karena setelah ini aku tau jika Adit pasti tidak akan lagi melihat wajahku. Maka dari itu aku akan memilikinya malam ini.
Aku tau jika Adit tidak sepenuhnya mabuk. Apakah dia membalas perasaanku. Dia terus mengukungku, melumat mulutku dengan begitu kasarnya hingga salivaku menetes.

Maafkan aku Yuda. Aku juga mencintainya.
Dengan gerakan cepat, Adit menurunkan celanaku hingga aku sekarang telanjang bulat. Bibirnya tidak pernah menjauh dari setiap inchi dari tubuhku. Bagian dada dan leherku sudah penuh dengan ruam-ruam merah akibat hisapanya.

Aku tau betul Adit benar-benar sedang ereksi di bawah sana. Terasa celana pendeknya yang sudah mengembung dan digesek-gesekan ke bagian pantatku. Dihisapnya dada bagian kiriku membuatku menggeliat merasakan kenikmatan yang Adit berikan.

“Ahh.. Ditt.. Stop”

Bukanya semakin perlahan, Adit semakin agresif menghisapku. Dia menarik hisapanya. “Lo suka gue kan hah? Lo mau gue lakuin ke lo kan?”

“JAWAB ANJING!”

Aku bergetar mendengar teriakanya, ini pertama aku melihat Adit seperti ini. “I-iya”

“Malem ini lo milik gue.” Dilumatnya kembali bibirku hingga aku benar-benar merasakan bibirku yang mulai membengkak.

Adit menurunkan celananya, terlihat miliknya yang sudah menjulang ke depan begitu besar dan panjang. Aku menelan ludah, walaupun ini bukan pertama bagiku tapi aku baru melihat punya Adit yang begitu besar.

Tanpa penetrasi sama sekali, penis Adit digesek-gesekkanya ke pantatku dan tanpa aba-aba penis tersebut masuk ke lubang analku dengan satu hentakan saja. Aku berteriak merasakan sengatan sakit di bawah sana. Rasanya pantatku seperti robek.

Dengan kasarnya Adit menarik masukkan penis miliknya. Sampai ranjang miliknya berbunyi berdenyit-denyit.

“Ahh.. Anjing lo! Ahh” Adit terus mendesah di atasku. Merasakan lubangku yang berdenyut-denyut melahap penisnya.

Dua jam sudah Adit berhubungan badan denganku. Hingga aku sudah orgasme tiga kali tetapi dia sama sekali belum mengeluarkanya.

“Gue keluar. Ahh.. Anjing!” Desahnya ketika cairan penisnya keluar didalam. Aku sedikit menggodanya dengan mengeratkan otot-otot analku.

“Bajingan. Lo emang jago ngewe.” Adit jatuh di sampingku. Menidurkan tubuhnya setelah pergumulan panas malam ini. Jam sudah menunjukan jam satu dini hari. Tetapi suhu disekitar tubuh terasa panas. Aku mendekatkan tubuhku dengan Adit. Menarik selimut dan menyandarkan kepalaku di atas dadanya. Kami tertidur dengan aku memeluknya dan dalam keadaan telanjang bulat.

Ini akan menjadi kenangan yang tidak akan aku lupakan sama sekali. Aku rasa tangan kanan Adit meraih bahuku. Dia memelukku, kemudian mencium keningku.

ADIT POINT  OF VIEW

Gue bangun sekitar pukul tujuh pagi. Kepala gue masih berkunang-kunang. Ketika gue buka mata, Viki masih disamping gue. Dia meluk dada gue saat tiduran.

Gue sadar kalau tadi malem gue ngelampiaskan nafsu gue sama Viki. Karena gue juga udah lama nggak ngeluarin nafsu gue sama orang. Kalaupun Yuda, dia nggak bakal mau gue pun juga nggak mau maksa dia. Karena gue bener-bener cinta sama Yuda.

Terus entah kenapa ketika Viki datang dikehidupan gue, sebenarnya gue udah ngerasa kalau dia bakal suka sama gue. Siapa yang bakal nolak gue. Karena ke sini Viki sering ke rumah gue dengan alasan bawa makanan, tapi gue tau dia lagi deketin gue.

Setiap ke rumah gue, dia sering pakai celana pendek doang. Karena gue orang yang sangean, siapa yang nggak ngaceng kalau liat paha mulus. Kalau sama pacar gue Yuda, gue kadang nggak bisa nahan. Alhasil gue palingan main sendiri.

Gue bangun dari tempat tidur gue, memakai celana pendek gue. Gue duduk di pinggir ranjang, nyalain rokok. Rokok buat gue itu bisa ngelampiaskan emosi. Karena itu gue nggak bisa kalau nggak ngerokok.

“Dit..” Gue dengar Viki bangun. Tapi gue nggak balikin badan, karena gue masih kalut sama pikiran gue.

“Udah bangun lo?”

“Umm.. G-gue m-mau minta maaf”

“Lo nggak salah. Gue yang ke bawa nafsu. Jadi lo jangan bilang sama Yuda.” Ketika gue ngucapin nama itu, gue rasa kaya bajingan yang nggak guna banget. Gue rasa gue udah berkhianat sama dia.

Gue matiin rokok terus gue buang ke tempat sampah. Gue balikin badan, Viki duduk menyandar tempat tidur. Selimutnya masih dipakai disana.

“Mandi sana. Gue antar lo pulang.” Dia nurut waktu gue bilang suruh mandi. Dia berdiri dan turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi tanpa baju sama sekali. Terlihat bongkahan pantat yang tadi malam gue hajar begitu menggoda.

Penis gue menegang lagi. Sial, Viki menggoda banget kalau nggak pakai baju. Gue langsung berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Gue masuk tanpa permisi, Viki yang lagi mau nyalain kran terkejut karena gue tiba-tiba meluk dia sambil ngisap punggung dia.

“Dit.. Akh.. Mau ngapain?” tanyanya.

“Diem aja!” tanpa penetrasi gue masukin penis gue ke lobang anal Viki. Gila, seret banget lobangnya

Gue goyangin pantat gue, lama-lama gue percepat karena gue mau keluar. “Akh..Akh.. “ Desah Viki yang langsung buat gue tambah terangsang. Penis gue mulai membesar di dalam sana, dalam hitungan detik gue udah keluar di dalem lobang anal Viki. Beberapa cairanya keluar karena saking banyaknya.

“Cepet mandi. Ntar lo telat sekolah” Ucap Gue.

Gue sama Viki mandi bareng di dalem. Karena gue males ngomong, acara mandi gue cuma diem nyuekin Viki yang sesekali liatin ke arah gue. Gue selesai mandi duluan dan langsung keluar kamar mandi ninggalin Viki yang masih membasuh badanya.

---

Adit, Jogja, dan Dia Season 1 [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang