ADIT POINT OF VIEW
Satu tahun gue menjabat menjadi pemilik perusahan mobil milik ayah gue. Setelah kejadian 5 tahun lalu dan gue ninggalin Yuda, gue nggak pernah hidup tenang. Setiap hari gue bahkan kepikiran anak itu. Gue menyesal ninggalin dia dan milih selingkuhan gue sendiri.
Tiga tahun gue bersama Viki yang ada setiap harinya hanya saling diam satu sama lain, sekalipun bicara kami akan mengadu mulut. Setelah lulus SMK gue lanjut kuliah di Bandung. Awalnya gue nolak kuliah tetapi karna ayah gue memaksa terus masuk akhirnya gue jenuh sama pendirian gue sendiri.
Di Bandung gue juga nggak sendiri. Karena waktu itu gue masih sama Viki jadi dia ikut gue dan juga kuliah di Bandung cuma beda sekolah. Gue orang yang paling bodoh karena gue ngelepasin orang sebaik Yuda. Setelah gue nggak lagi sama dia, gue semakin uring-uringan.
Setiap malam gue pasti mabuk, nggak masuk kelas bahkan gue kembali jadi gue yang dulu. Gue yang selalu bawa cewek buat ngelampisin nafsu gue. Bahkan seminggu gue pasti bawa dua sampai empat cewek ke apartemen gue padahal gue tinggal bareng Viki.
Bukanya gue udah nggak pernah makai Viki lagi, cuma dia selalu sibuk dan kadang kalau gue ngajak dia gituan dia pasti nolak, akhirnya gue yang bawa cewek ke apartemen. Sampai di tahun ketiga dimana gue sama Viki semakin memburuk. Viki ninggalin gue, akhirnya gue hidup sendiri di situlah gue bener-bener rindu sama Yuda.
Pernah gue minta nomor hp Yuda sama kembaranya temen gue, Siska. Tapi dia nggak ngasih gue apapun tentang keberadaan Yuda. Karena dia tinggal bareng Panji, gue setiap hari bahkan sering ke apartemenya demi gue dapet info tentang Yuda. Tapi nihil nggak dapet apa-apa yang ada gue dapetin hinaan yang emang pantas buat gue.
Dan setelah gue dinyatakan lulus kuliah gue mengiyakan tawaran ayah gue buat ngelanjutin usahanya. Karena memang dimana ayah gue udah mulai sakit-sakitan jadi gue yang ngelanjutin usahanya. Beberapa bulan gue pindah ke Yogyakarta buat ngurusin cabang perusahan gue yang disana. Akhirnya perusahan bisa berkembang dengan baik, dan di sinilah gue menetap di Jogja karena satu alasan. Yaitu gue nemuin dimana Yuda berada.
Pagi ini gue ada rapat bareng perusahaan lain yang kerja sama bareng perusahaan gue. Gue bersiap buat rapat spesial gue, kenapa gue bilang spesial karena rekan bisnis gue adalah temen gue sendiri. Gue nggak tau awalnya kalau Nugroho anak orang kaya juga soalnya dulu dia sering nginep di rumah gue walaupun dari mukanya nggak miskin miskin banget.
“Selamat pagi pak. Tamu anda sudah di dalam.” Ucap sekretaris gue dan gue langsung masuk kedalam.
Gue lihat Nugroho sedang membicarakan bisnis sama asistenya dan karena kedatangan gue dia langsung menyudahi pembicaraanya.
“Lama tidak berjumpa.” Ujar gue sambil menjabat tanganya.
“Senang bertemu dengan Anda.” Nugroho memperlihatkan senyum miringnya kemudian dia merapikan jas yang di pakainya. Sempat gue lihat cincin di jari kirinya. Ternyata dia sudah bertunangan, gue seneng karena terakhir gue lihat dia sama Yuda dan itu bener-bener hal yang gue benci darinya.
Acara rapat kami berjalan dengan lancar. Bahkan didalam kami memperlakukan satu sama lain layaknya rekan bisnis. Setelah keluar ruangan gue sempet mendengar Nugroho menelfon seseorang, gue pikir itu calon istrinya karena dia menjadi pria yang lembut dari biasanya.
Gue melewatinya karena gue harus ngejemput adik gue, iya ayah gue nikah lagi dan ibu tiri gue udah punya anak yang satu tahun lebih muda daripada gue. Kenapa gue harus jemput karena hari ini ayah gue bakal operasi lagi.
Adik tiri gue seorang cewek yang kuliah di kampus yang sama dengan Yuda. Dari situlah gue selalu mengiyakan setiap permintaan adik gue buat ngejemput atau nganter kuliah. Gue bisa liat dia walaupun dari jauh.
Adik gue udah nunggu gue di depan halte. “Sorry telat tadi ada rapat.”
“Gapapa, buruan nanti kita terlambat.” Adik gue emang orang yang baik. Walaupun statusnya hanya sebagai anak tiri dari ayah gue tapi dia sayang banget sama ayah gue seperti ayah kandungnya. “Bentar kak.” Gue menghentikan mobil karena lalu dia membuka kaca mobil.
“Yuda!”
Gue membulatkan mata ketia orang yang gue sayang lagi berjalan ke mobil gue. Bahkan dia nggak berubah sama sekali, masih tetap mungil di kalangan cowok.
“Aku nggk bisa nugas, soalnya ayah aku mau operasi hari ini. Sorry ya, tapi gue udah ngerjain sebagian. Nih filenya.” Yuda sekarang berada di samping mobil gue, dia nggak tau mungkin kalau orang yang di samping temenya itu gue karena gue pakai kacamata hitam.
“Gapapa, titip salam buat ayah kamu semoga berhasil operasinya. Maaf nggak bisa dateng.” Ucapnya. Ah, suaranya masih sama kayak dulu. Gue bener-bener kangen sama dia.
“Iya santai aja. Nanti kalo mau dateng waktu kamu ada waktu aja.” Gue bergegas menginjak gas mobil setelah adik gue menutup kaca mobilnya.
“Temen lo ya?” tanya gue pada adik gue yang sedang bermain hp.
“Iya, kenapa? Naksir ya? Soalnya kak Adit jarang tuh nanyain temen aku.” Gue ketawa denger adik gue bicara, adik gue emang tau gue suka laki-laki tapi nggak semua soalnya dia cuma tau gue pernah berhubungan sama Viki doang.
“Kalo iya kenapa?” tanya gue balik.
“Wah jangan kak, susah dapetnya.”
“Belom dicoba.”
“Tapi kayaknya dia udah tunangan deh, soalnya aku lihat dia pakai cincin gitu” gue terkejut waktu adik gue bilang kalau Yuda udah tunangan. Tapi sama siapa? Seinget gue dia nggak terlalu suka sama cewek kalau misalkan cowok gue nggak yakin kalau orang tuanya setuju.
“Lo bisa kirim nomor dia ke gue nggak?”
“Bisa, tapi jangan buat mainan nanti aku yang kena.” Ujarnya.
“Santai aja, gue nggak bakal lagi ngebuat mainan.”
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Adit, Jogja, dan Dia Season 1 [Season 1]
TeenfikceKisah cinta saat masih remaja itu memang rumit. Hanya kisah cinta monyet yang tidak ada ujungnya. Yuda dan Adit, dua pasangan yang berbeda sekolah harus menjalin hubungan dibelakang. Adit dengan geng premanya, dan Yuda dengan keluguanya. Semua berub...