YUDA POINT OF VIEW
Aku memaksa Viki untuk menginap di rumahku, karena sudah lama kami tidak tidur bersama dan ada sedikit yang ingin aku ceritakan dengan Viki. Awalnya Viki menolak, tetapi aku terus memaksa untuk tetap menginap di rumahku.
Kami sudah berada di dalam kamar tidurku. Aku yang sedang mengemasi rak buku yang berantakan sedangkan Viki duduk di atas ranjangku sambil memainkan hp miliknya. Sempat aku lihat jika Viki senyum-senyum sendiri. Sudah pasti dia sedang membalas pesan pacarnya.
“Kayak seneng banget gitu yang udah punya pacar.” Tegurku.
Viki menolehku dan tersenyum. “Hehe.. iya ini”
Aku mendekati Viki dan hendak melihat dia sedang chat dengan siapa. Tetapi Viki lebih dulu mematikan layarnya. “Lihat dong pacar kamu kayak gimana?”
Viki terlihat seperti bingung mau melihatkan kepadaku atau tidak sebelum aku menemukan tanda merah di leher sebelah kiri milik Viki. Aku menahan kepala Viki untuk melihatnya lebih dekat.
“Jangan bilang kamu udah..?” Viki mengangguk. “Gimana rasanya?”
Aku menunggu jawaban dari Viki karena aku memang sedikit kepo tentang hal itu. “Umm.. Gimana ya? Nggak bisa diungkapkan pakai kata-kata.” Jawabnya.
“Haha.. tapi jangan sering-sering Vik ntar pacar kamu malah minta tiap hari” kamipun tertawa bersama.
“Gue ke toilet bentar.”
Viki berjalan menuju ke toilet, sedangkan aku sudah duduk bersandar di atas tempat tidur sambil memainkan hp. Biasa aku sedang baca-baca komik di webtoon. Karena aku sukanya genre horror ataupun komedi membuat aku kadang ketawa sendiri.
Drttt..
Hp Viki berbunyi, karena disampingku segera aku ambil Hp Viki dan melihat siapa yang memanggil. Adit, orang yang menelfon ke hp Viki adalah Adit. Tetapi aku tidak tau dia Adit siapa. Di dunia ini nama Adit banyak bukan hanya pacarku saja.
Aku menekan tombol hijau dan menempelkan di telingaku, tangan kiriku tidak juga melepaskan hp aku yang masih sambil menggeser layar.
“Sini ke rumah gue”
Sebentar, aku seperti kenal suara tersebut. aku membenarkan posisi hp Viki ketelingaku.
“Cepet sini, gue butuh lo.” Benar ini suara Adit yang kukenal.
“Dit?” panggilku.
“Apa sayang? Gue kangen sama lo.”
“Adit, ini kamu kan? Aku Yuda.” Ada sedikit jeda di seberang sana. Aku terdiam memikirkan kemungkinan-kemungkinan besar yang aku pikirkan di kepalaku. Ini tidak mungkin terjadi.
“Y-yuda. Kok lo pake hp viki?”
Viki keluar dari kamar mandi, aku melihat dia dengan rasa kecewa yang aku tahan. Marah? Tentu, tetapi aku tidak tau apa yang harus aku lakukan.
“Siapa yang nelfon?” tanya Viki mendekatiku. Dia sempat melihat ke hp ku yang masih di tangan kiriku dan dia baru sadar kalau aku mengangkat telfonya.
“Pacar kamu?” antara pernyataan dan pertanyaan yang aku ajukan ke Viki sambil memberikan hp nya. Viki cemas ketika melihat siapa yang menelfonya. Segera dia matikan telfon dari Adit dan dia mendekatiku.
“Gue bisa jelasin Yud.” Tangan kananku digenggam oleh Viki.
“Aku lagi nggak mau nerima penjelasan.” Ucapku dan berdiri dari tempat tidurku hendak keluar dari kamar.
“Yuda! Gue jelasin dulu Yud!” teriak Viki.
“JELASIN APA? JELASIN KALAU ADIT PACAR BARU KAMU ATAU KAMU SELINGKUHAN ADIT!” teriakku menggema di dalam kamarku.
“Nggak gitu Yud”
Aku menggelengkan kepalaku kemudian mengatur nafasku “Nggak gitu tapi LO UDAH TIDUR BARENG DIA!” aku sudah tidak bisa menahan marahku. Aku lihat Viki tersentak akibat ucapanku.
“Aku mau tanya, sudah berapa lama kalian bermain di belakangku?”
Viki menundukan kepalanya, mulutnya hendak mengucap tetapi sepertinya dia tidak bisa memberi tahuku.
“Jawab Vik!”
“IYA, GUE BERMAIN DIBELAKANG LO. KARENA APA? KARENA GUE NGGAK BISA TERUS-TERUSAN PURA-PURA KALAU GUE NGGAK CINTA SAMA ADIT. GUE IRI SAMA LO YUD! GUE IRI. HIDUP LO NGGAK KAYA GUE YUD! -
-DAN SETELAH GUE KETEMU ADIT. GUE NGERASA NYAMAN SAMA DIA. DIA JUGA TAU ITU”
Viki menangis di depanku. Setelah aku mendengar ceritanya, aku sedikit lebih tenang. Aku berjalan ke arah Viki. Aku memegang kedua pundaknya untuk menenangkan dia.
“Kenapa kamu nggak cerita sama aku?” tanyaku.
“Aku nggak mau lo sakit hati”
Tanpa Viki bilang pun sekarang aku sudah merasakan sakit hati yang teramat sakit. Bayangkan jika sahabat kamu yang selalu kamu percayai untuk mencurahkan semua cerita-ceritamu ternyata itu hanya sebuah pengkhianatan. Lebih parahnya mereka telah melakukan hal yang lebih.
Tok.. Tok..
“Yud, ada temen kamu tuh diluar.”
Aku dan Viki saling memandangi satu sama lain kemudian aku berdiri dan membuka pintu kamar. “Siapa?”
“Yang dulu sering ke sini itu loh, lupa ibu.” Aku menolehkan kepalaku ke dalam dimana Viki masih menunduk sambil memeluk lututnya untuk menutupi tangisanya.
“Viki kenapa itu?” tanya ibu.
“Gapapa bu, capek mungkin.” Jawabku seadanya.
“Yaudah, jangan lama-lama kasian kalian capek langsung tidur.” Aku menganggukan kepalaku. Setelah ibu meninggalkan kamarku. Aku segera menutup kembali kamar dan berjalan keluar.
Sebelum aku benar-benar membuka pintu rumah, aku menghembuskan nafasku terlebih dahulu untuk menenangkan diri. Pintupun aku buka, di depan sudah berdiri Adit. Dia melihatku dengan penuh kecemasan.
Dia hendak menarik tanganku keluar tetapi aku menolaknya. “Aku cuma punya 5 menit.“
“Yud, gue bisa jelasin tapi nggak di sini. Ikut gue dulu.” Adit menggenggam tangan kananku.
“Sudah dijelasin sama Viki.” Ucapku datar.
Wajah Adit semakin bingung. “Gue masih sayang lo, please.” Aku belum pernah melihat Adit seperti ini. Dia bukanlah orang yang meminta-minta.
“Iya yah, ini aku mau tidur.” Aku berpura-pura jika ayah memanggilku sebab entah kenapa aku enggan melihat Adit untuk saat ini. “Maaf, kamu pulang aja.” Kutarik tanganku dan aku tutup kembali pintu rumah.
“Kok nggak disuruh masuk temenya?” tanya ibu yang tiba-tiba muncul dari kamarnya.
“Nggak penting.” Aku melewati ibu begitu saja dan segera masuk ke dalam kamar. Viki memandangiku seperti meminta penjelasan. Aku mengabaikanya. Ku ambil selimut dan berbaring memunggungi Viki, mungkin dengan tidur aku akan cepat melupakan kejadian ini.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Adit, Jogja, dan Dia Season 1 [Season 1]
Novela JuvenilKisah cinta saat masih remaja itu memang rumit. Hanya kisah cinta monyet yang tidak ada ujungnya. Yuda dan Adit, dua pasangan yang berbeda sekolah harus menjalin hubungan dibelakang. Adit dengan geng premanya, dan Yuda dengan keluguanya. Semua berub...