Episode 26

284 25 1
                                    

YUDA POINT OF VIEW

Sekarang aku berada di kediaman orang tua Mas Nugroho. Pertemuan ini sudah pasti akan terjadi seiring berjalannya waktu. Karena aku dengan Mas Nugroho sudah terikat satu sama lain maka tinggal memutuskan pernikahanya saja. “Karena sebentar lagi saya memindahkan semua tanggung jawab perusahaan dan isinya kepada Nugroho. Jadi ayah mau pernikahan kalian segera dilaksanakan.”

Kulihat Mas Nugroho masih terdiam sembari melihat ke arah ayahnya. Tangan kirinya masih menggenggam tangan kananku. Semakin berjalanya waktu genggaman tersebut semakin erat. Aku kira Mas Nugroho pasti sedang tegang mendengar ucapan ayahnya.

“Untuk semua akomodasi pernikahan kalian di luar negeri bakal diurus asisten ayah. Kalian hanya memastikan saja tanggalnya dan persiapannya.” Lanjut ayah.

Aku sebenarnya juga senang sebab sebentar lagi aku bakal menikah. Walaupun bukan dengan Adit tapi aku mengerti jika Mas Nugroholah yang menjadi pendampingku. Orang yang dewasa dan baik untuk segalanya.

“Aku nggak bisa.” Aku menoleh ke arah Mas Nugroho dengan raut wajah terkejut setelah mendengar balasanya. Aku tidak menyangka Mas Nugroho bakal ngucapin itu. Sebab Mas Nugroho pernah bilang kalau dia tidak sabar mau cepat-cepat nikahin aku. Tapi kenapa dia berbanding terbalik sekarang.

“Mas?” aku panggil Mas Nugroho tapi dia tidak melihat ke arahku sama sekali.

“Kenapa?” ayahnya Mas Nugroho juga terlihat terkejut mendengarnya.

Mas Nugroho tidak kunjung menjawab pertanyaan ayah. Sesaat aku rasakan genggaman tangan Mas Nugroho semakin mengerat. Ada sesuatu yang aneh denganya, seperti bukan Mas Nugroho yang biasa aku kenal selama ini.

“Aku masih sibuk” jawabnya.

“Kamu bisa ambil cuti, biar nanti Mas Egi yang ngurus kerjaan kamu” Ujar ayah Mas Nugroho.

“Aku masih bisa sendiri, dan nanti aku bicarakan ini sama Yuda.” Entah tidak tau kenapa Mas Nugroho seperti menghindar dari pertanyaan yang bakal ayahnya lakukan. Untung Mas Nugroho orangnya pandai membaca situasi dan menyamankan obrolan dengan orang lain.

“Yasudah kalau kamu masih butuh waktu. Tapi segera hubungi ayah kalau sudah siap.” Ayah Mas Nugroho meninggalkan kami duluan.

Aku dan Mas Nugroho masih duduk di sofa milik orang tuanya. Sampai aku tetap diam, aku takut kalau bicara dulu buat mengajak pulang membuat Mas Nugroho kesal.

“Kita pulang.” Ajaknya.

Aku mengiyakan ajakan Mas Nugroho, sembari jalan keluar dengan tangan masih di gandeng Mas Nugroho. Sampai kami masuk ke dalam mobil barulah Mas Nugroho melepaskanya. Dia menyetir mobil menuju rumah dengan keadaan hening.

Sampainya di depan gedung, kami segera masuk ke dalam. Sungguh aku merasa bingung dan aneh dengan tingkah laku Mas Nugroho yang berubah mendadak begitu saja. Biasanya dia bakal ngegoda aku atau mencoba bercanda.

Entahlah, aku kira Mas Nugroho lagi sakit jadi mau ngurangin bicara aja. Kamipun berjalan ke dalam sampai Mas Nugroho berhenti mendadak di depan pintu. Ternyata Adit ada di samping pintu apartemen kami.

“Mau ngapain disini?” tanya Mas Nugroho meninggikan nada bicaranya.

“Gue mau minta penjelasan sama lo.”

Aku lihat Adit sedikit serius dengan ucapanya. Sebenarnya ada apa, aku juga tidak tau, Mas Nugroho dan Adit seperti menyembunyikan sesuatu dariku, apalagi mereka hanya saling terdiam.

Mas Nugroho menarikku untuk masuk kedalam. “GUE BUTUH PENJELASAN DARI LO!” teriak Adit yang juga ikut masuk ke dalam apartemenku.

“KALO LO UDAH TAU NGAPAIN NANYA HAH!?” Mas Nugroho meluapkan emosinya di depan Adit. Aku menghampirinya dan mencoba menenangkan Mas Nugroho agar tidak berlanjut dengan hal-hal yang tidak aku inginkan.

“Lo seenaknya mau ngelepas orang  yang gue sayang selama ini HAH!? LO HARUSNYA BELAJAR DARI GUE!” Adit menarik kerah baju milik Mas Nugroho membuat aku terkejut dengan tindakanya.

“Dit, lepasin!” ucapku sambil menarik lengan Adit supaya melepaskan cengkeramanya di kerah milik Mas Nugroho.

Perlahan Adit ngelepas cengkeramanya dari Mas Nugroho. Mereka mencoba menenangkan dirinya masing-masing. “Bisa kan ngomong baik-baik” ujarku.

Mereka saling melihat satu sama lain. Memandangi dengan tajam membuatku jengah dengan kelakuan mereka. Sampai aku dorong mereka buat duduk di sofa dulu supaya lebih tenang.

“Jadi ini sebenarnya ada apa?” tanyaku pada mereka. Tidak ada yang menjawab sama sekali. Mas Nugroho pun seperti menjauh dari pertanyaanku. “Dit?” panggilku.

Adit membuang nafasnya berat sebelum berbicara. “Gue nggak berhak buat ngomong ini sama lo. Ini urusan kalian.”

Jawaban Adit membuatku bertanya-tanya kepada Mas Nugroho yang menundukan kepalanya sekarang. Dia tampak frustasi dengan tekanan yang terus memojokanya. Aku menggerakan bahunya buat memastikan dia baik-baik saja.

“Maafin Mas.” Ujar Mas Nugroho tiba-tiba.

“Mas nggak salah kenapa minta maaf.” Balasku.

“Mas salah ngambil keputusan ini.”

“Keputusan apa?” tanyaku. Aku sempat menoleh ke arah Adit dan kemudian menoleh ke arah Mas Nugroho yang sekarang menampakan wajahnya kepadaku. Tanganku ditarik dan digenggam olehnya.

“Mas batalin nikah kita.”

Kaget itu hal pertama yang aku lakukan setelah mendengar penuturan Mas Nugroho sekarang. Aku tidak percaya dengan ucapanya sama sekali sehingga aku hanya memandanginya dengan rasa kecewa.

“Mas tau ini bakalan nyakitin kamu setelah sekian lama kita lakukan bersama. Tapi kamu lihat di depan kamu, orang yang kamu sayang udah kembali. Tugas Mas sudah selesai.” Ujar Mas Nugroho.

Aku menggelengkan kepalaku, aku benar-benar tidak bisa menerima ucapan Mas Nugroho begitu saja. Air mataku tiba-tiba keluar begitu saja tanpa aku kendalikan. Membuat tangan Mas Nugroho begerak buat menghapusnya.

“Kamu nggak boleh nangis ok? Ini keputusan yang baik buat kamu. Mas tau kalau Mas jahat ngelakuin ini, tapi kamu harus tau. Dihati Mas hanya ada kamu.” Ujarnya.

---

Adit, Jogja, dan Dia Season 1 [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang