AUTHOR POINT OF VIEW
Hari ini Yuda ada bimbingan belajar, menjadikan dia harus pulang lebih sore. Yuda tidak lupa untuk memberi tau Adit yang tadi pagi bilang akan menjemputnya. Kasian jika tidak diberi tahu, awalnya Adit akan menunggu di tempat les sampai Yuda selesai belajar. Tetapi Yuda menolak Adit supaya tidak menunggunya.
Karena tidak ada kegiatan menjemput Yuda, Adit memanggil teman-temannya agar pesta di rumahnya. Seperti biasa mereka akan mabuk-mabukan dengan menyewa perempuan untuk melayani nafsu mereka.
Di rumah Adit sudah penuh dengan beberapa botol dan makanan ringan. Bahkan sekarang ruangan dalam sudah tidak berwujud sama sekali. Semua yang ada di dalam telah terhanyut oleh alkohol yang mereka minum.
Tok.. Tok..
Pintu rumah Adit terbuka, memperlihatkan Viki yang membawa makanan di tanganya. Dia tidak tau jika sedang ada pesta di dalam. Jadi ketika Viki masuk, dia terkejut melihat banyak anak laki-laki yang sedang bermabuk-mabukan bahkan beberapa dari mereka hanya bertelanjang dada dan bahkan ada yang hanya memakai celana dalam saja.
“Eh lo Vik, duduk dulu. Sorry berantakan.” Ucap Adit setelah melihat Viki yang berdiri tidak jauh dari dia.
Empat hari yang lalu Viki selalu mampir ke rumah Adit dengan membawakan makanan. Tetapi tidak bersama Yuda, dia selalu sendiri ke rumah Adit. Bahkan Viki sering sampai larut malam. Adit tidak pernah mempermasalahkan itu karena toh dia juga sendiri di rumah ini.
“Lagi pesta ya?” tanya Viki. Pandanganya tidak pernah keluar dari Adit. Dia terlalu menggoda baginya, walaupun ini yang kedua kalinya Viki melihat Adit bertelanjang dada tetapi tetap saja membuat Viki tergoda.
“Iya, biasalah anak cowok.” Dihisapnya rokok diantara sela jari-jari Adit. Keringat membanjiri bagian dada milik Adit sehingga membuat Viki menelan ludahnya kasar.
“Lo tadi jemput Yuda nggak? Soalnya tadi gue ada tugas terus pulang duluan.” Viki menghidupkan suasana supaya tidak hening.
“Udah dua hari gue nggak ketemu. Katanya lagi sibuk buat ujian masuk kuliah.” Adit masih tetap menghirup batang rokok yang sudah mulai memendek.
“Iya sih dia sibuk belajar.”
“Lo mau minum nggak? Tapi nggak usah deh lo nggak cocok mabuk-mabuk kek gue.” Tawar Adit mengingat wajah Viki yang begitu imut sudah bisa dia tebak.
“Boleh gue coba.”
Adit terkejut, ternyata Viki juga pernah minum-minum seperti ini. Lalu diambilnya dua botol dan menuangkanya di atas gelas.
“Gue nggak tau kalo lo ternyata doyan minuman kek gini juga.” Ucap Adit disela-sela ia meminumnya. “Kalau Yuda gue nggak ijinin, selain dia emang nggak pernah. Gue nggak mau kalo ntar dia ketagihan ntar gue di kebiri sama bokapnya.”
Viki tertawa kecil. Ia memang pernah meminumnya dulu, karena terpaksa dilakukan oleh kakak kelasnya. Tetapi hanya sekali itu saja, dan sekarang Viki mencobanya lagi.
“Gue jarang minum kayak gini. Ini juga udah lama nggak minum.”
Adit mengangguk-ngangguk. Sepertinya Adit sudah mulai mabuk, sebab ia sudah menghabiskan banyak botol tadi bareng temen-temenya. Hingga matanya sudah begitu berat untuk dibukanya.
Viki masih sadar betul. Dilihatnya Adit yang bersandar di kursi. Viki berencana untuk memindahkan Adit ke tempat tidurnya daripada dia harus tidur di kursi.
Segera Viki mengangkat tubuh Adit yang lumayan berat dan di titahnya menuju kamar diatas. Dengan begitu susah payah akhirnya sampai di kamar Adit. Ini pertama kalinya Viki masuk ke kamar Adit.
Setelah menelantangkan Adit di kasur, tidak lupa Viki membersihkan beberapa minuman yang tumpah di badan Adit. Jantungnya bertedak lebih cepat, ini akan menjadi pertama kalinya Viki menyentuh tubuh telanjang Adit. Masa bodoh mengingat dia adalah pacar sahabatnya.
Viki perlahan mengusap tumpahan minuman tersebut. Hingga membuat Adit terbangun walaupun masih sayup-sayup. Tiba-tiba Adit mencengkram tangan Viki yang sedang mengusap dadanya.
“Lo suka sama gue kan Vik?”
Viki tersentak mendengar ucapan Adit. Darimana Adit tau apalagi dia masih dalam keadaan mabuk.
“JAWAB VIK!” Bentak Adit membuat Viki menundukan kepalanya.
“I-iya Dit. Maaf kalo selama ini gue suka sama lo”
Adit tertawa seprti orang gila karena pengaruh alkoholnya. “Kenapa lo dateng waktu gue butuh Yuda hah?”
Cengkeramannya mulai menguat membuat Viki meringis kesakitan. “S-sakit Dit. Lepas!”
Adit tidak melepaskan cengkeramanya, malahan dia membanting Viki sehingga tubuhnya sekarang yang mengurung tubuh Viki dari atas.“Kenapa lo jahat sama sahabat lo sendiri Vik?!” Adit terus menyudutkan Viki.
“KARENA GUE SUKA SAMA LO DIT! GUE IRI SAMA YUDA YANG SERING DAPET PERHATIN LEBIH DARIPADA GUE! YUDA SERING NGEREBUT KEBAHAGIAAN GUE! DAN SEKARANG GUE EGOIS, GUE JUGA MAU DIPERLAKUKAN SEPERTI LO MEMERLAKUKAN YUDA!”
Adit terdiam, melihat Viki yang mulai mengeluarkan air matanya. Tangan Adit dengan cekatan menghapus air mata Viki yang mulai menetes.
“Lo bisa dapat orang yang lebih baik dari gue. Gue terlalu mencintai Yuda.”
Viki menyerang bibir Adit dengan cepat. Sedangkan Adit hanya terdiam di atas sana. “Biarkan gue miliki lo malem ini Dit.”
Dengan agresifnya Viki melumat bibir Adit. Membuka bajunya sendiri hingga hanya menyisahkan bagian celana saja. Adit tidak melawan sama sekali. Dia terlalu mabuk untuk melawan, dan dia sedikit merasa panas untuk malam ini. Hingga tidak sadar jika Adit membalas lumatan Viki sehingga sekarang dialah yang mendominasi lumatan tersebut.
Menghiraukan manusia yang melihat kegiatan mereka.
“Bangsat!”
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Adit, Jogja, dan Dia Season 1 [Season 1]
Teen FictionKisah cinta saat masih remaja itu memang rumit. Hanya kisah cinta monyet yang tidak ada ujungnya. Yuda dan Adit, dua pasangan yang berbeda sekolah harus menjalin hubungan dibelakang. Adit dengan geng premanya, dan Yuda dengan keluguanya. Semua berub...