Episode 4

545 29 1
                                    

YUDA POINT OF VIEW

Aku masih menunggu di rumah Adit. Walaupun aku pacarnya tapi aku belum pernah ke rumahnya sama sekali. Tidak ada apa-apa sama sekali di dalam maksudku seperti lukisan di dinding atau sesuatu yang memperindah ruangan. Hanya beberapa perabotan rumah tangga yang dibutuhkan.

Dari arah atas, ada seseorang yang sedang turun. Aku melihatnya, sampai dimana seluruh tubuhnya kelihatan. Menyesal aku melihatnya, ia hanya memakai celana dalam dengan tulisan crocodile berwarna hitam. Mengacak rambutnya sebentar kemudian melihat ke arahku.

Laki-laki itu mendekatiku, kemudian duduk tepat disampingku. Aku memalingkan pandanganku ke arah lain daripada harus melihat tubuh atletisnya dan juga tonjolan di bagian celana dalamnya.

“Oh pacarnya Kaplek.” Gumamnya, kemudian meneguk minuman dari botol kaca berwarna hijau pekat. “Mana pacar lo?” Tanyanya.

“Lagi main game.” Jawabku seadanya.

“Gila itu Kaplek, pacarnya di tinggalin gitu aja.” Cowok itu menyandarkan tubuhnya di sofa, memejamkan matanya dan menelentangkan tanganya. Aku memandanginya sejenak.

Kayaknya aku kenal orang ini, tetapi aku lupa namanya siapa. Hingga matanya terbuka kembali dan memergokiku yang tengah melihatnya, karena ketahuan aku menjadi salah tingkah dan memalingkan wajahku ke arah depan.

“Nggak dingin lo cuma pakai celana pendek doang hah?” tanyanya dengan terus memandangi pahaku yang memang terlihat setengah karena aku memakai celana yang bener-bener pendek.

“Enggak, udah biasa kok.” Jawabku begitu malu-malu.

Cowok itu nganggukin kepalanya, terus menyandarkan punggungnya lagi, sumpah sih aku bener-bener grogi duduk di samping cowok yang cuman pakai celana dalam doang. Padahal aku lemah banget kalau lihat yang menggoda gitu.

“Bang Adit ayok!”

Aku menoleh ke arah sumber suara dimana ada suara perempuan yang dibuat-buat mendesah. Dia hanya memakai selimut yang membalut tubuhnya, rambutnya terurai dan berdiri di tangga.

“Lo aja sana Gi.” Ucap Adit.

“Kan Bang Ogi udah, Bang Adit aja yang belom. Ayok bang.”

Adit menyudahi acara main gamenya, dan berdiri dari tempatnya. Perempuan tadi tersenyum bangga ketika melihat Adit berdiri tetapi tidak ketika dia melewati tangga dan mendekat ke arahku.

“Pulang, udah malem. Ntar lo di cariin nyokap lo.” Aku mengangguk dan berdiri.

“Sejak kapan lo disini Bon?” tanya Adit yang melihat cowok tadi berada di sampingku.

“Dari tadi gue nemenin pacar lo njing.” Adit melewatinya gitu aja sambil memakai kaos. Kemudian berjalan keluar mengambil mobilnya di garasi.

Sempat sebelum aku ngikutin Adit, aku ngelihat ke belakang dimana cowok itu lagi megang botol sprite sambil lihatin aku. Sombong nggak sih aku nggak bilang terima kasih gitu udah di temenin kayak yang tadi dia bilang.

Aku langsung masuk ke mobilnya. Hening, di jalan tidak ada obrolan sama sekali. Kenapa begitu canggung bukankah aku dan Adit adalah sepasang kekasih.

Sesampainya di depan rumah Adit menghentikan mobilnya. Kemudian melepaskan sabuk pengamanku, jarak wajah kami sangat dekat dan detik itu Adit mengecup bibirku sekilas.

“Gue kangen banget sama lo.”

Aku menggigit bibirku, bingung mau menjawab apa karena sebenarnya aku juga begitu.

“Kenapa tadi siang diem aja waktu gue nyapa lo di bawah?” ternyata sapaan tadi siang untuk aku, kirain untuk para siswi-siswi sekolahku.

“Aku kira kamu nyapa cewek tadi.” Dia senyum kayak ngeremehin.

“Lo nggak kangen sama gue?” tanyanya lagi, aku cuma ngangguk malu aja soalnya Adit liatin muka aku terus. “Gue nanya kok nggak di jawab.”

“I-iya aku juga kangen.”

Dia tersenyum di depanku, wajahnya yang tampan membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganya.

“Nah gitu dong.” Bibirku kembali dikecup. “Sorry tiga hari nggak liat lo.”

“Nggak apa-apa, namanya juga anak kelas tiga.”

“Lo percaya sama alesan gue?” aku mengangguk. “Polos banget sih. Gue ketangkep sama polisi waktu tawuran tapi udah selesai masalahnya.”

Aku memasang wajah datarku, kenapa aku bisa percaya begitu aja sama dia.

“Minggir, mau turun.” Aku mendorong tubuh Adit. Aku segera membuka pintu mobil dan keluar.

“Yud!” panggil Adit di dalam mobil.

“Apa?”

“Besok jalan sama gue, libur kan?” aku mengangguk. “Yaudah besok gue jemput jam 10 pagi.”

Mobil Adit meninggalkan rumahku. Dia kembali ke rumahnya, setidaknya rasa rinduku terbayarkan. Aku memasuki rumah dengan senyum-senyum.

“Dek, senyum-senyum kaya orang gila ada masalah?” tanya Ibu yang udah pulang, kedua orang tuaku adalah seorang PNS yang bekerja di kecamatan.

“Nggak kok bu.”

“Ibu tadi udah beli nasi, udah makan belum?”

Pertanyaan Ibuku membuat aku tersentak kaget, bukanya tadi aku membawa dua bungkus nasi padang. Kenapa sekarang malah tidak ada. Kayaknya ketinggalan di rumahnya Adit tadi.

Setelah makan malam aku beranjak ke kamar tidur. Membuka hp sekadar melihat-lihat sosial media. Sampai aku melihat Adit yang sepertinya sedang aktif di sosmed. Aku biarkan saja, dia kan juga sering aktif kalau malam hari.

Getaran hp membuat aku segera membuka pesan. Ternyata Adit yang mengirim pesan.

[Adit]
Sombong ya nggak ngechat

[Yuda]
Baru aja buka

[Adit]
Hehe..
Udah makan malam?
Makanan lo ketinggal di mobil gue

[Yuda]
Udah, tadi Ibu yang beli

[Adit]
Yang dimobil gue makan ya?

[Yuda]
Silahkan

Tidak ada pesan lagi, mungkin Adit sedang makan malam. Tiba-tiba video call dari Adit terpampang di layar hp aku. Aku geser tombol hijau dan kulihat dia yang lagi makan.

“Kalau makan jangan sambil main game.”

“Ini udah selesai.” Aku lihat dari seberang dia lagi mengusap mulutnya.

“Belum tidur?”

“Gue tidurnya jam dua-an. Harusnya gue yang nanyo lo, kenapa belum tidur? Malah main sosmed. Lagi ganjen sama siapa heh?”

“Sama Kaplek.” Jawabku datar.

“Siapa? Lebih ganteng dari gue nggak?”

“Ganteng banget, kamu mah kalah.”

“Gemes gue sama lo bangsat. Kapan-kapan nginep rumah gue.”

“Kalau di izinin.”

“Dasar anak mami.”

“Biarin.” Aku menjulurkan lidah ke layar hp membuat Adit kesal di sana. Lalu dia mematikan video call sepihak. Tidak tau cowok kayak dia maunya apa coba. Padahal aku masih kangen mau lihat wajahnya.

Emang sih kebanyakan cowok cuek sama apapun, jadinya kalau bisa kita jangan kebaperan sama hal-hal kecil yang di lakukan sama cowok kita. Kalau nggak mau dapat masalah. Setelah Adit menutup video callnya, aku beranjak untuk tidur.

Namun, sayangnya mataku masih belum menerima. Pikiranku masih memutarkan memori Adit sampai-sampai aku senyum-senyum sendiri. Kenapa sih Adit bikin aku kayak orang gila gini, pakai pelet kali sampai aku kepikiran terus.

---

Adit, Jogja, dan Dia Season 1 [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang