aLIEz by akaringocchi

90 8 0
                                    

aLIEz (Aldnoah.Zero ED Theme) - Hiroyuki Sawano sung by mizuki
English Translyrics by Amanda Lee

Pantulan seorang pengecut yang menyanyikan dan mengoarkan himne pemberontakan dengan mengenakan keangkuhan dari kepala hingga kaki tercermin dengan jelas di hadapan Sang Pangeran. Sepasang mata yang menatapnya balik meningatkannya pada bayang-bayang kebanggaan yang terukir jelas sebelumnya. Menutup pintu almari mengakhiri sesi tatap-menatap antara Sang Pangeran dengan pantulannya, menyembunyikan semuanya dengan rasa malu dalam cermin menyedihkan yang bersatu dengan bagian dalam pintu almari.

Menutupi semua luka hatinya dengan pakaian kerajaannya yang gagah, tak membiarkan goresan-goresan itu menguasai pikirannya. Sang Pangeran menjadikannya definisi dari kemenangan besar dengan secercah kekuatan yang dimilikinya. Perasaan ragu menangis membanjiri otak Sang Pangeran, namun ia sekuat tenaga menolak hatinya untuk goyah dan tenggelam di dalamnya. Memasang seluruh perjuangannya hingga tak bersisa.

"Ayahanda," Sang Pangeran menyahut setelah menutup pintu besar ruang singgasana dan memberikan hormat dengan membungkuk, dihadiahi tatapan tidak suka oleh Sang Raja.

"Ada apa? Bukankah saya sudah menyuruhmu untuk tetap di dalam kamar?" tanya Sang Raja, terdengar kilatan marah dalam nadanya.

Sang Pangeran berlutut, menundukkan kepalanya dengan sangat rendah, membuat beberapa pengawal yang berada di dalam ruangan tersebut bertanya-tanya. Seolah-olah saat ini Pangeran sedang menjatuhkan harga dirinya.

"Sekali lagi. Untuk terakhir kalinya. Saya, Pangeran Claude Valden Cliff, atas nama kemanusiaan memohon kepada Baginda Raja Aegeus Valden Cliff untuk membatalkan deklarasi perang ini." Seluruh mata di dalam ruangan itu membulat sempurna, tidak percaya pada pendengaran masing-masing bahwa Sang Pangeran sedang berlutut dan memohon kepada Sang Raja untuk menghentikan peperangan.

"Kita sudah pernah membahas hal ini sebelumnya secara pribadi," Sang Raja bersuara, menatap darah dagingnya yang masih saja berlutut, "keputusanku adalah mutlak."

Kali ini Sang Pangeran yang membulatkan kedua bola matanya. Otaknya berusaha mengontrol badannya yang sudah bergetar dan ingin mengamuk.

"Bukankah Baginda selalu mengajarkan kepada saya mengenai perdamaian? Apa itu tak bisa dilakukan?" Sang Pangeran menundukkan kepalanya lebih dalam, membuat Sang Permaisuri iba dan ingin turun dari singgasananya untuk memeluk anaknya. Namun ide itu tentu saja akan membuat Sang Raja semakin murka.

"Perang dilakukan untuk mencapai sebuah perdamaian," ucap Sang Raja. Penasihat Kerajaan kemudian mendekati Raja dan membisikkan sesuatu, beriringan dengan itu Sang Permaisuri menyambut uluran tangan Sang Raja dan turun dari singgasana bersamanya, "sudah saatnya."

Seluruh pengawal dan staff kerajaan dalam ruangan itu pun langsung mengikuti langkah Sang Raja.

"Sekarang menepilah. Kembali ke kamarmu dan renungkan kembali. Saya ada deklarasi penting yang harus dilakukan."

Sang Pangeran berdiri, matanya bersitatap dengan pandangan Sang Raja yang terlihat kecewa padanya dan pandangan Sang Permaisuri yang terlihat nanar seraya mereka berjalan mendekatinya menuju pintu, diikuti para pengawal dan staff kerajaan yang berada dalam ruangan itu.

Bersamaan dengan menutupnya pintu. Sang Pangeran kembali menjatuhkan diri di atas lututnya, mengacak rambutnya frustasi. Seolah telah gagal mempertahankan nyawanya.

Sendiri dalam ruang singgasana. Samar-samar ia mendengar riuh suara rakyat yang berkumpul di depan istana untuk mendengarkan deklarasi Sang Raja.

Sang Pangeran sudah mengetahui deklarasi apa yang akan disampaikan oleh Sang Raja. Dan kini ia berharap tidak pernah mengetahui dan mendengar deklarasi tersebut.

"Saya, Raja Aegeus Valden Cliff, antara Kerajaan Valden dan Kerajaan Erihill, mendeklarasikan perang."

「I SAY CRIER
I SAY LIAR
I SAY RISE IN HELL
I stand gazing down at death as they say ...

「WAR
I'LL WAGE WAR
I HATE WAR
They say fight for peace but what is that? 」

■□■

Sang Pangeran kembali menatap pantulan bayangannya di cermin. Masih sosok yang sama pengecutnya dengan keangkuhan yang berlumurkan keinginan untuk memberontak. Tanpa diinginannya setetes air mata jatuh menggenangi pipinya. Merasa putus asa, kesal dan tidak berguna karena telah gagal mencegah sebuah peperangan. Meskipun ia sudah mengangkat perisai, melindungi diri dari hunusan pedang yang menuju padanya, namun tulang-tulang kakinya masih saja membuatnya terjatuh menatap tanah. Sang Pangeran masih tidak percaya pada tatapan dan air mata yang terpantul dalam cermin itu.

"Cermin ini rusak." Lagi-lagi Sang Pangeran menutup pintu almari, berlari dari cermin menyedihkan yang memperlihatkan semua rasa penyesalannya.

Menyesal telah menaruh kepercayaan pada Sang Raja. Hatinya yang naif terlalu yakin bahwa ayahnya tidak akan mendeklarasikan perang. Kalau saja Sang Pangeran sudah menawarkan perdamaian jauh sebelum konflik antara kedua kerajaan itu meluas dan menimbulkan perpecahan, akankah peperangan tidak terjadi?

Suara teriakan, decitan pedang, tangisan dan peperangan tak henti-hentinya menggema. Nyawa berjatuhan. Harta berampasan. Air mata bergelimangan. Darah berhamburan.

「There's no end to this, can't you see that? 」

Baju perang terbaik sudah melekat pada badan Sang Pangeran. Sebuah pedang terpajang dengan berani di pinggangnya. Kuda putih yang elok berdiri di depannya. Koar-koar peperangan terus menggerogoti inderanya. Kemanusiaan miliknya yang kemarin diperjuangkan mati-matian kini sudah dibuangnya menjadi angan tak tercapai semenjak terlontarnya sebuah permintaan dari mulutnya sendiri yang berada di luar akalnya.

「A cowardly façade weaves into my voice
As I call for war, blinded by this far-fetched noble cause

「Although I had a choice, I believed the lies
But it's all a dream, ending when I open up my eyes 」

"Ayahanda, izinkan saya ikut berperang."

「I SAY CRIER
I SAY LIAR
I SAY RISE IN HELL
I stand gazing down at death as they say ...

「WAR
I'LL WAGE WAR
I HATE WAR
They say fight for peace... Does it exist?」

「Leben, was ist das?
Signal, Siehst du das?
Rade, die du nicht weisst
Aus eigenem Willen」

「My hand, can you reach it?
My cry, can you hear it?
Can you, can you help me?

Wake me from this nightmare

• END •

Song Fiction : KemanusiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang