Song Fiction : Kemanusiaan

Berjuang Untuk Hidup by cindyaldonavy

Stand Up For Love by Destiny Child's

• • •

There are times I find it hard to sleep at night
We are living through such troubled times
And every child that reaches out for someone to hold
For one moment the y become my own

Malam ini begitu sunyi dan mencekam, raut-raut kesedihan menghiasi kelamnya malam, jiwa-jiwa takut mengisi kesunyian. Malam dimana tak seorangpun dapat terlelap dalam tidurnya, malam dimana persoalan berasar tlah hancurkan kehidupan dan harapan. Anak-anak kecil yang ditinggalkan sendirian, tanpa kasih sayang, dan hangatnya pelukan. Mereka butuh kasih sayang, mereka masih butuh hangatnya dekap pelukan. Meski untuk sesaat, dapat kurasakan bahwa mereka adalah aku. Perih, pedih, sakit, kehilangan yang mencekam yang luruhkan semangat perjuangan.

"Apa harapan itu masih ada saat Tuhan telah mengambil semua dariku?" tanya seorang gadis kecil padaku.

"Apa yang Tuhan ambil bukanlah milikmu, kita semua yang milik-Nya dan Tuhan berhak mengambil apa yang dimilki-Nya." Jawabku. Terdengar naif? Memang, aku orang yang naif. Bahkan jika ini terjadi padaku belum tentu aku masih bisa bertanya seperti adik kecil ini. Tapi, aku tak ingin dia menyalahkan Tuhan karena selalu ada hal baik disetiap rencananya.

"Tapi, aku sendiri. Tuhan mengambil orang tuaku, tak ada siapapun yang akan menjagaku, apa itu kasih sayang Tuhan?" tanyanya kembali. Dia terlalu kecil dan rapuh untuk hidup sendiri, mungkin jika aku adalah dia aku hanya akan menangis dan menyesali hidupku. Tapi, aku tahu bahwa Tuhan tak akan pernah membiarkan aku sendiri.

"Sungguh kau tak sendiri sayang, kami ada disini untukumu. Bukankah semua manusia di bumi ini keluargamu? Dan jika semua manusia meninggalkanmu ingatlah bahwa Tuhan tak pernah meninggalkanmu barang sedetik." Gadis kecil itu memelukku begitu erat, dia membahasahi bahuku dengan airmatanya. Tapi, saat ia melepas pelukannya tangisnya berubah menjadi senyum keikhlasan.

Bencana yang telah terjadi memupuskan harapan dan cita, semua berujung pada jurang putus asa. Bagaimana bisa aku berdiam dan menutup mata? Sedangkan tiap detik dan tiap menitnya ku lihat banyak jiwa-jiwa yang hilang. Bagaimana aku pura-pura tak tahu dan tak mendengarnya? Apabila tiap malam aku dengar teriakan keputusasaan. Apakah kepura-puaraan kalian yang disebut keadilan?

"Semua yang kumiliku sudah lenyap, Nona. Bagaimana aku akan melanjutkan hidupku nantinya? Aku benar-benar putus asa, atau aku mati saja? Kenapa Tuhan hanya mengambil mereka? Kenapa tak ambil nyawaku juga?" Seorang ibu yang tengah menangis dihadapanku dan di depan jasad suami dan bayinya. Aku tahu ini sangat menyakitkan saat semua yang kita milki dan semua yang kita cintai telah pergi. Tapi, hidup tak berhenti sampai disini, kita harus harus bangkit dan berjuang.

"Lihatlah, Nona! Karena keserakahan mereka Tuhan murka, dan kami orang-orang kecil tak berdaya yang jadi korbannya." Kata seorang lainnya.

"Dan lihatlah mereka, Nona. Yang hanya acuhkan kami orang-orang yang papa." Sahut seorang lagi.

Dalam semua perih sakit dan rasa putus asa, aku yakin dalam hidupku akan kulihat akhir dari semua keputusasaan dan akhir dari seluruh penderitaan. Jika kita bersama-sama kali ini, maka takkan ada lagi yang tertinggal. Dan kita bersama, berjuang untuk hidup, berjuang untuk kasih, dan berjuang untuk cinta. Bangun kembali keyakinan di setiap jiwa, kukuhkan kembali kekuatan cita dan asa.

And it all starts right here
And it starts right now
One person stand for pain
And the rest will follow
For all the forgotten, for all the unloved

Dan semua dimulai dari sini, dan dimulai saat ini, kembali memulai semua dari awal lagi. Satu orang berjuang untuk luka yang dialaminya, dan yang lain akan mengikuti perjuangannya. Untuk semua yang terlupakan, untuk semua yang tak merasakan cinta. Mari kita berjuang bersama untuk hidup, berjuang untuk cinta karena kematian bukanlah akhir dari segalanya. Hidup harus tetap berjalan sebagaimana mestinya.

• END •