Bagian 18 : Cerita

167 20 8
                                    

| Bagian 18 |

"Kamu beneran nggak papa, Kak? Setelah ketemu Mbak Aquila, kamu jadi lebih banyak diam gini loh."

Keduanya masih berada di halaman parkir restaurant tempat pertemuan Aquila dan Altair, namun belum ada pergerakan dari kursi pengemudi karena Cassiopeia masih diam, memejamkan mata sebentar. Bhumi tampak cemas dengan tabiat pria yang lebih tua darinya itu, memutuskan meraih dahi Cassiopeia untuk memeriksa kondisi tubuhnya.

"Jadi demam loh panas dalam mu tadi, Kak. Minggir deh, gantian aku yang nyetir."

"Nggak usah, Ya. Biar aku aja. Kamu duduk bentar disana ya? Aku cuma mau merem sebentar."

"Lagian kamu tuh mau ngobrolin apa sih sama Mbak Aquila sampai maksain diri sendiri begini." omel Bhumi sembari memeriksa isi tasnya dengan dahi berkerut dalam. "Masih ada lain hari lagian."

"Tapi dia kan nggak sering di New York, Yaya." Cass tersenyum, menyenderkan kepalanya di kursi dengan sorot lembut. "Kamu manyun-manyun gitu kaya bebek tahu nggak?"

"Duh, masih bisa bercanda lagi." wajah cantik Bhumi tampak tak berminat meladeni keusilan Cassiopeia. "Sini diusap-usap dulu kepalanya pakai minyak kayu putih." Bhumi langsung bergerak meraih dahi Cass yang sudah dipenuhi keringat dingin. "Mual nggak kamu?"

Cass menggeleng. Matanya masih setiap merekam tiap detail pergerakan Bhumi dan raut khawatir yang tidak bisa disembunyikannya. "Sakit tenggorokan aja, sulit nelan. Kayaknya aku mau pilek juga makanya jadi sakit kepala gini. Badan ku sakit-sakit semua."

"Kamu tuh minum es terus pasti!" omel Bhumi lagi yang membuat Cass terkekeh pelan. Dia mengusap rambut halus Bhumi yang makin memanjang tanpa diberi krim penata rambut. Bhumi Baya yang biasa-biasa saja, bukan penyanyi bersuara emas yang berdiri di atas panggung untuk para penggemarnya.

"Kamu bawel banget. Kayak Bunda."

"Kalau Bunda mu tahu pasti kamu lebih diomelin ini. Tadi disuruh minum obat dulu sebelum berangkat nggak mau." Bhumi memutar bola matanya sebal yang justru terlihat menggemaskan di mata Cassiopeia. "Sakit banget ya, Kak? Kita gantian aja, ya? Aku anterin kamu ke apartemen, terus nanti mobilnya aku bawa buat pulang ke hotel. Aku punya SIM Internasional, Kak. Jangan ngeyel deh. Aku nggak mau kita berdua malah jadi kenapa-napa nanti di jalan."

Cass diam lama memandang Bhumi dengan wajah lesu. Bhumi yang melihat gelagat aneh Cass pun mulai duduk rapi kembali dikursinya dan memandang pria itu dengan sabar. "Apa?"

"Panggil Mas dulu coba."

"Hah?"

"Mas Cass, gitu." kata Cassiopeia. "Kamu bisa manggil semua orang Mas even they're probably younger than you cuma karena alasan tata krama. Tapi aku malah dipanggil Kak. Why tho?"

"Seriously, Kak? In this situation banget? Kamu ngelindur ya?" Bhumi tak habis pikir.

"Yaudahlah, aku nggak akan bergerak dari kursi ini. Biarin kita berdua nginep di mobil semalaman."

"Biaya parkirnya mahal loh! Kamu ngerjain aku banget ya?"

"Uangku banyak, it's okay."

"Dih!" Bhumi mendengus, ia cemberut total karena kelakuan Cass, sekalipun matanya masih melirik pria yang juga ogah-ogahan menatapnya itu.

LONSDALEITE [ChanBaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang