Bagian 2 : Menyelamatkan Mu

122 27 1
                                    

| Bagian 2 |

Picture : Mayland

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Picture : Mayland

•••

Mayland hanya sebuah kota kecil yang asri. Berada di wilayah selatan sehingga iklimnya tropis. Masih banyak hutan dimana-mana, jadi sepanjang yang Askar lihat hanya ada sedikit rumah-rumah masyarakat yang berdiri ketika taksi yang dinaikinya keluar dari wilayah bandar udara. Tak banyak yang ingin berkunjung ke Mayland sepertinya selain di hari-hari besar, atau untuk alasan spiritual dan tujuan utama liburan demi melepaskan diri dari sesaknya perkotaan yang padat.

"Aku nggak pernah suka rural area, mungkin karena aku anaknya serba cepet. Aku suka transportasi yang memudahkan aku buat kemanapun yang ku mau, nonton konser juga misalnya, atau bisa dapat makanan yang ku suka kapanpun, tinggal klik-klik sedikit di handphone, semuanya langsung ada di depan mata. Semua itu nggak bisa ku dapatin dengan gampang di luar kota. Aku butuh sinyal juga, ponsel di jaman sekarang itu segalanya, aku akan dapat banyak informasi dari sana. Pokoknya aku harus up to date walaupun nggak semua orang bisa tau updatean aku."

Askar masih teringat jelas dengan interview Bhumi Baya ketika ia menjadi Brand Ambassador merk pakaian mahal Laiote. Sebagai anak yang terlahir dari keluarga old money Bhumi Baya tentu tidak berpengalaman dengan kerasnya hidup di luar gelembungnya. Ia terbiasa dikukung dalam dunia yang diciptakan kedua orang tuanya, hidup serba ada, banyak hal yang sulit diraih orang lain bisa ia gapai dengan mudah. Bhumi Baya itu persis seperti pangeran dalam negeri dongeng, maka tak heran rekan-rekan agensinya memanggilnya dengan sapan tuan muda dari Teranesia.

Anehnya saat Askar sampai di Vihara terbesar di Mayland itu dan melihat bagaimana kehidupan Bhumi Baya yang tak pernah ia bayangkan sepuluh tahun kebelakang, Askar terkesiap hingga tak berani melangkah lebih dekat menemui pria itu. Bhumi Baya yang ia kenal begitu glamor dengan brand-brand mewah, sekarang begitu sederhana dengan kain seadanya, tak ada sapuan riasan sedikitpun disana, membuat kulitnya yang sudah putih begitu pucat.

Namun sedikit banyak yang Askar pahami, senyuman Bhumi Baya hari ini terasa seperti senyuman di hari dimana mereka pertama kali bertemu, begitu tulus, begitu lepas, seperti tak ada lagi beban yang menggantung pundaknya.

Seberat itu kah membahagiakan manusia-manusia itu, Bhumi Baya?

Sesulit itu kah memikul ekspektasi semua orang?

Seerat itu kah mereka mencekik mu dengan pikiran-pikiran dan harapan yang mereka gantungkan kepadamu?

Sesakit itu kah? Hingga kamu akhirnya bisa sembuh di tempat yang kamu sendiri tak pernah harapkan untuk tinggal?

Askar mengurungkan niatnya. Ia memilih duduk di anak-anak tangga yang sebelumnya membawanya menuju puncak tertinggi Vihara. Termenung disana dan mulai berfikir bahwa mungkin ia menang harus pulang karena Bhumi Bayanya terlihat hidup sebagai manusia yang utuh di tempat ini.

LONSDALEITE (ChanBaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang