Sense Of Rythm ✔

[14]

Tepat pukul 9. Keluarga Alan sudah ditempat ditemani oleh Miss Ara dan kepala sekolah beserta guru bk. Malam itu nomor wali Alan dihubungi dan langsung dikirimi undangan untuk membicarakan hal ini. Ibunya izin mengajar dan ayahnya juga sama. Datang dengan masker dan topi untuk menyamarkan lebamnya. Memang sudah tersebar di grup angkatan bahkan sekolah kalau Ratu Naiad duel.

Tok.. tok..

Masuklah 3 orang, yang jelas Alan kenal betul itu salah satu komite sekolah dan yang laki laki beberapa kali lewat di sosmednya. Kalau Serena juga sama dengan hoodie dan rambut digerai.

"Maaf yaa, telat sebentar." ucap Elea mengawali, Andrew mengawali untuk bersalaman dengan keluarga lawan duel Serena dan guru guru anaknya. Faktanya memang yang sering berurusan kesekolah itu ya istrinya. Dia hanya datang kalau ada peran ayah diperlukan.

"Tidak apa ibu, berhubung sudah lengkap bisa kita mulai ya ibu, bapak." ucap Miss Ara.

"Maaf miss, Hadden kelas 10.A tolong dipanggil juga miss. Anak itu jadi saksi kunci, dia juga kan jadi wasitnya, kasih hukuman juga." potong Elea. Ia mau Hadden hadir juga, anak itu juga harus kena. Adji dan Ria hanya menatap tenang.

Mereka menyembunyikan keterkejutan kalau ternyata anak yang bertengkar dengan Alan itu cicit mantan presiden. Ayahnya petinggi militer, ibunya jangan ditanya, jelas konglomerat. Mereka saling diam, belum waktunya untuk bicara.

"Oh iya ibu, saya hubungi guru dikelas sebentar." ucapnya sebelum pergi.

"Bagaimana kalau kita bicarakan ini secara kekeluargaan pak?" ucap Elea kemudian ke kepala sekolah yang jelas sudah kenal akrab dengannya. Andrew kalau urusan melobi ini akan pasif, tapi kalau sudah dipembahasan dia yang akan tampil.

"Maksudnya bagaimana ya bu?"

"Saya maunya ini diselesaikan secara kekeluargaan saja, hanya ada keluarga saya dan keluarga nak Alan. Kewenangan sekolah hanya memberikan wejangan sesaat dan kasih hukuman. Kami ingin berbicara antar keluarga, bagaimana kalau saya pinjam ruangan setelah ini?" ucap Elea langsung. Ini ruangan santai yang biasanya akan digunakan kalau ada tamu atau kumpul komite.

"Oh baik silakan. Begini ibu bapak, Alan dan Serena akan di skors 2 hari, selain untuk efek jera hal ini juga untuk proses penyembuhan. Ini adalah tindakan yang belum pernah terjadi di area sekolah. Mungkin kalau kejadiannya diluar kami hanya akan melakukan teguran. Tapi karena ini terjadi didalam lingkungan sekolah dan banyak siswa yang tau jadi memang harus ada tindak tegas. Pemukulan atau tindak kekerasan apapun tidak diperbolehkan di lingkungan sekolah. Bagaimana kalau hal ini dianggap hal lumrah? itu bukan masa depan yang diharapkan oleh Naiad Island School." jelas kepala sekolah.

"Alan termasuk anak berprestasi dan Serena berpengaruh dan dikenal di sekolah. Kami takutkan ini akan menjadi sebuah hal yang lumrah ditiru. Pihak sekolah sangat menyayangkan hal ini terjadi pak bu." lanjutnya.

2 keluarga itu hanya diam sebelum pintu terketuk dan masuklah Hadden di susul wali kelas Alan dan Serena.

"Kami sebagai orang tua juga menyayangkan tindakan ini pak. Kami juga berharap hukuman ini akan memberikan efek jera untuk keduanya. Tapi, saya menyarankan video CCTV semalam dihapus saja. Baik dari memori card CCTV atau bahkan guru yang memiliki video itu." pinta Elea tegas. Ia tak mau hal ini akan menjadi alat untuk menyerang Serena.

Semalam Elea mendapat kan video itu langsung dari pihak sekolah. Video dimana kejadian itu terjadi, bahkan Andrew yang menonton hanya terdiam. Melihat Serena membabi buta menyerang laki laki itu dan berakhir pelukan erat menangis.

"CCTV ini saya akses pribadi bersama wakil semalam ketika mendengar kabar itu. Bahkan pihak keamanan belum sempat melihatnya ibu. Semalam langsung kami hapus untuk video bagian itu. Dan dari hp saya juga sama seperti kesepakatan. Untuk Hadden, akan dapat hukuman tambahan di perpustakaan sekolah selama seminggu." jelasnya yang diangguki Elea tenang. Sedangkan Ria dan Adji diam dan menyimak. Semuanya sudah diurusi oleh pihak kedua dan mereka hanya diam.