3

3.9K 289 38
                                    

Becky mengerutkan keningnya ketika Freen mengetuk beberapa kali dinding polos di dalam kamarnya. Dinding itu tiba-tiba terbuka membentuk sliding door, menampakkan ruangan yang gelap.

Becky tidak pernah tahu jika ada ruangan lain di kamar Freen sekali pun dia sudah menguasai seluruh isi kamar ini.

"Ayo," ajak Freen.

Dengan ragu, Becky mengikuti sepupunya.
Freen menyalakan lampu membuat ruangan yang luasnya dua kali kamar utama menjadi terlihat.

Pandangan gadis itu memindai isi ruangan tersebut. Ruangan yang di dominasi warna hitam pekat dan merah menyala itu terlihat sangat aneh. Ada banyak benda-benda yang asing tersusun rapi. Ranjang king size dengan cover merah cerah. Ada tiang besi berbentuk X di sisi lain. Ada meja kaca besar, ada sofa ukuran besar dari kulit, ada berbagai pernak-pernik seperti tali, cambuk, tongkat dan masih banyak benda yang Becky tidak tahu apa namanya.

"Ini ruangan apa?" tanyanya kemudian.

"Ini ruang penyiksaan."

Jawaban Freen cukup membuat Becky terkejut. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang, membayangkan Freen adalah seorang psikopat yang mengeksekusi korbannya di ruangan ini.

"Ini adalah alasannya," ucap Freen yang langsung mengembalikan kesadaran Becky dari pikiran liarnya.

"Aku memiliki kelainan sexual. Aku dominan sadistic."

"Ha?"

Freen mendekatkan wajahnya ke milik Becky.

"Aku tidak bercinta, aku menyiksa," bisiknya yang membuat Becky bergidik ngeri.

Dia tidak lagi melihat sosok lembut di wajah Freen, melainkan sosok asing yang dingin dan menakutkan.

"Aku suka melihat parterku tersiksa, aku suka menghukum dan memukul," lanjutnya.

Becky harus menahan nafasnya ketika wajah Freen hanya berjarak beberapa inchi saja dari miliknya.

"Kamu pernah melakukannya?"

"Pernah."

"Dengan siapa kamu melakukannya." Becky mendadak kehilangan rasa takutnya, dia merasa cemburu membayangkan Freen bersama orang lain.

"Aku menyewa seseorang untuk menjadi slaveku."

"Mengapa kamu tidak memintaku saja."

"Aku tidak bisa menyakiti orang yang kucintai."

"Kamu mencintaiku?" Becky memastikan, senyum kecil tersungging di bibir cantiknya.

"Aku tidak bisa mengelak, yeah aku mencintaimu sejak lama."

Senyum Becky semakin lebar, dia mengalungkan lengannya di leher Freen.

"Aku tahu," ucapnya dengan nada yang manja.

"Kalau begitu jadikan aku milikmu."

"Tidak semudah itu. Aku tidak ingin menyakitimu." Freen menurunkan lengan Becky dari lehernya.

"Aku tidak takut apa pun, ingat."

"Aku bisa saja mematahkan tulangmu dan merusak kulitmu."

"Apa separah itu?" Becky sedikit goyah.

"Terakhir, aku membuat tulang selangka partnerku retak."

Becky meringis ngilu membayangkannya.

"Tidak bisakah kamu membuat pengecualian untukku. Kamu mencintaiku, kan?"

"Di ruangan ini kamu tidak akan lagi menemukan diriku seperti kamu biasa mengenalnya. Aku berubah, iblis dalam diriku yang mengambil kendali. Aku tidak memiliki belas ampun."

PET METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang