5

4.6K 273 17
                                    

Becky belum pernah merasa segugup ini menghadapi Freen. Setelah dia menandatangi perjanjian itu tiba-tiba dia melihat Freen berubah, seperti orang asing yang tidak Becky kenal.

Dan saat ini, dia sudah berada di ruang penyiksaan. Dia baru saja mandi sekaligus mengeringkan rambut. Freen menyuruhnya membersihkan tubuh dan mencuci rambut, kendati rambutnya tidak kotor sama sekali. Namun sekarang dia tidak lagi memiliki hak untuk membantah perintah Freen.

"Aku sudah selesai," ucapnya yang hanya terdengar seperti gumaman.

Becky melihat Freen membalikkan tubuhnya menghadap ke arah dirinya. Gadis itu sudah berganti pakaian berwarna serba hitam. Kaos lengan panjang press body, celana leather ketat dan rambut yang disisir rapi lalu dikucir kuda membuat penampilan Freen berubah. Di tambah lagi, Freen menebalkan eyeliner di garis matanya, membuat tatapannya semakin tajam dan aura dominannya semakin tegas.

Becky semakin gugup, kini dia mempertanyakan kembali keputusannya. Jangan-jangan dia benar-benar akan menyesal.

Freen melangkah mendekat, ketukan sepatunya terdengar begitu keras di telinga Becky, seolah sedang mengejek kerja jantungnya yang saat ini mulai kepayahan.

"Kamu akan mati..selamat datang di neraka.."

Becky seperti bisa mendengar suara ejekkan dari suara sepatu milik Freen.

"Berdiri di sana," perintah Freen sambil menunjuk ke arah tengah ruangan yang kosong.
Becky langsung menuruti perintah Freen, tak ingin membuat wanita itu memerintahnya dua kali.

"Menghadap ke sini," perintah Freen lagi. Becky langsung memutar tubuhnya.

"Sekarang lepaskan jubahmu."

Tidak ada angin, suhu ruangannya pun hangat tapi mendengar perintah Freen barusan, Becky merasakan tubuhnya merinding. Kali ini dia tidak langsung melaksanakan perintah Freen. Gadis itu mencengkram jubah mandinya sembari menatap Freen yang berdiri sambil menyedekapkan kedua tangannya.

"Lepaskan." Suara itu membuat Becky menggigil oleh kegugupan. Kedua tangannya turun untuk melepas simpul jubahnya lalu perlahan menurunkan kain itu dari tubuhnya.

Becky menggigit bibirnya untuk menghalau rasa gugup. Entah pergi kemana keberanian dan rasa percaya dirinya yang dia miliki. Saat ini dia merasa sangat malu dan intim. Freen menatap tubuh polosnya tanpa berkedip dan itu membuat pusat dirinya di bawah sana berkedut. Becky langsung merapatkan kedua kakinya lalu menutupi dadanya saat Freen berjalan mendekat.

"Tubuhmu menggigil, apa kamu kedinginan?" tanya Freen.

Becky menggigit pipi bagian dalamnya, itu tadi bukan pertanyaan rasa peduli yang sering Freen tanyakan kepada dirinya ketika Becky merasa tidak nyaman. Itu tadi pertanyaan yang tidak ada empatinya. Becky benci mendengarnya. Namun gadis itu memilih menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Aku bertanya padamu," sahut Freen dingin.

"Iya." Becky menjawab dengan degup jantung yang meningkat.

"Aku akan segera membuatmu hangat," ucap Freen yang mana malah memancing pikiran liar Becky. Pusat miliknya kembali berkedut tidak nyaman.

"Dengarkan aku baik-baik, aku tidak ingin ada suara sekecil apa pun yang keluar dari mulutmu sebelum aku memerintahmu bersuara atau ketika aku bertanya. Paham?" tanya Freen.

"Paham."

"Bagus. Jika kamu melanggar, aku akan memukulmu 15 kali. Mengerti?"

"Iya."

Gadis baik." Freen menyeringgai.

Wanita itu melangkah menjauh, dia mengambil botol kecil di salah satu rak lalu kembali mendekati Becky.

PET METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang