15

2.4K 235 35
                                    

Sudah setengah jam Freen mengurung Becky dalam dekapannya. Mereka baru kembali dari rumah sakit. Pada akhirnya Becky memilih tetap di German, dia akan menghadapi ini seorang diri.

Meminta bantuan pada keluarganya bukan keputusan yang bagus. Itu hanya akan menyiksa Freen. Jadi lebih baik dia tetap seperti ini. Toh Freen sendiri juga sudah bertekad ingin sembuh.

"Kamu sangat wangi," bisik Freen. Wanita itu mengendus-endus rambut belakang Becky.

"Terimakasih. Tapi aku lapar," jawab Becky. Sebenarnya dia lelah berada di posisi ini.

"Haruskah aku memasak untukmu?" tanya Freen.

"Tidak sayang, lebih baik kamu istirahat. Emm aku akan memesan makanan untuk kita."

"Baiklah, terimakasih sayang."

Becky tersenyum seraya melepaskan diri dari dekapan Freen, meski enggan wanita itu terpaksa membiarkan Becky turun dari ranjang untuk mengambil ponsel.

"Kamu mau makan apa, Babe?" tanya Becky sembari menarik turunkan jemarinya di layar ponsel.

"Kejutkan aku," jawab Freen singkat. Dia sedang tidak berselera sehingga tidak memiliki ide tentang sebuah hidangan.

"Aku akan mengejutkanmu dengan porsi besar Schnitzel dari Steinnheil," seru Becky bersemangat.
Dia lalu menarik tangan Freen agar wanita itu turun dari ranjang untuk segera bersiap-siap.
***

     "Pakai jubahmu," perintah Freen.

Wanita itu membuang muka seraya duduk di ujung kasur. Dia menunduk gusar sambil meremas rambutnya.

Sementara Becky menatap sedih sang kekasih. Sudah dua minggu sejak pulang dari rumah sakit Freen menolak menyentuhnya secara sexual, meski Becky terus membujuknya.

Freen takut menyakiti Becky jadi lebih baik mereka menjalani hubungan tanpa sex. Tapi Becky tidak setuju, mereka wanita dewasa dan dia ingin Freen sembuh bukan dengan menghindari.

Tidak menyerah begitu saja, Becky terus menggodanya meski selalu mendapat penolakan. Freen bahkan tidak terkesan walaupun Becky telanjang bulat di depannya. Sampai suatu ketika Becky menyakinkan Freen agar mereka melakukannya sebagai latihan untuk Freen mengendalikan emosinya.

Hingga akhirnya Freen setuju dengan gagasan Becky dan sesuai kesepakatan, saat ini mereka akan melakukannya.

"Freen," panggilnya lirih.

"Kumohon menyingkirlah. Aku tidak bisa," sahut Freen masih enggan menatap Becky.

Gadis cantik itu mendekat, sengaja tidak memakai jubahnya. Dia duduk di sebelah Freen. Menangkup pipi sang kekasih memaksanya untuk menatap dirinya.

"Kita tidak bisa selamanya menghindar. Kita harus menghadapinya," ujar Becky lembut lalu memajukan wajahnya. Dia mengecup sudut bibir Freen lalu melumatnya ketika Freen tidak memberikan reaksi apapun. Namun ketika Becky mencoba memasukkan lidahnya, Freen mendorong tubuh Becky dengan kasar. Wanita itu berdiri menatap marah gadis yg terjerembab ke lantai.

"Sudah kubilang aku tidak bisa," bentaknya lalu meninggalkan Becky begitu saja.

Gadis itu mencelos menatap kepergihan Freen, hatinya hancur namun sebisa mungkin dia menahan air matanya agar tidak keluar.

Menarik selimut dengan kasar untuk menutupi tubuh telanjangnya, Becky menggigit bibirnya kuat-kuat agar butir bening yang mendesak di pelupuk mata tidak keluar. Dia tahu ini tidak akan pernah mudah, tapi dia tidak akan menyerah.

       Setelah berpakaian, Becky menyusul Freen di belakang rumah. Wanita itu mematung di tempatnya berdiri dengan pandang kosong, menatap kebun mini milik mereka.
Becky melingkarkan kedua lengannya di pinggang Freen lalu meletakkan dagunya di bahu sang kekasih.

PET METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang