14

2K 213 26
                                    

Freen menghampiri Becky dengan senyum lebar mengerikan tersinggung di bibirnya. Dia duduk di tepi ranjang tempat Becky di ikat selama tiga hari, sejak kejadian gadis itu kepergok sedang menelphone Flo.

"Hi, kamu sudah jadi gadis baik. Aku akan memberimu hadiah," ucap Freen.

Dia menyentuh pipi Becky lalu mengelusnya secara perlahan.
Wanita itu mengeluarkan kunci dari dalam sakunya.

"Aku tahu kamu tersiksa dengan kondisi seperti ini. Aku akan segera menyingkirkan besi ini." Freen menyentuh pergelangan tangan Becky yang memerah akibat gesekan borgol.

"Pasti sangat sakit," desisnya kemudian menatap manik gadis yang dia cintai.

"Tolong lepaskan, aku akan menjadi gadis baik," pinta Becky dengan nada sehalus mungkin.

"Tentu," jawabnya.

Freen segera memasukkan kunci tadi lalu memutarnya membuat borgol yang mengikat tangan Becky langsung terbuka. Tidak ada perlawanan apapun dari Becky, Freen lalu membuka borgol yang satunya.
Dia tersenyum lebar melihat gadisnya tampak begitu senang.

"Terimakasih," ucap Becky dengan suara parau.

"Bolehkah aku memelukmu, aku sangat merindukan kekasihku ini," sambungnya.

Freen merentangkan kedua tangannya, menyambut tubuh gadis kecilnya.
Becky memeluk erat tubuh Freen, mengendus dalam-dalam aroma tubuhnya. Freen tidak lagi wangi seperti biasanya. Mereka sama-sama dalam keadaan kacau. Becky tahu selama tiga hari ini Freen tidak membersihkan tubuhnya, bahkan tidak mengganti pakaiannya. Wanita itu menghabiskan waktunya hanya duduk bengong di samping tempat tidur mereka. Tidak merasa terganggu oleh apapun, sekalipun Becky terus berteriak minta untuk dilepaskan. Selama itu pula Becky juga tidak pernah mandi, Freen hanya melepaskannya ketika dia membutuhkan toilet. Tapi meskipun tubuh mereka bau nusuk, siapa yang peduli.

Tangan Becky mengusap lembut punggung Freen tanpa henti, hingga dia merasakan tubuh dalam pelukannya sudah tidak sekaku di awal.
Secara perlahan Becky mengubah posisi mereka, dia membaringkan tubuh Freen sambil terus memberinya usapan-usapan yang membuat Freen terbuai.

Klek..

Freen menoleh mendengar bunyi borgol yang dikunci. Amarah wanita itu langsung meledak. Dia menatap tajam Becky yang masih duduk di atas perutnya.

"Lepaskan Becky, apa yang kamu lakukan." Freen berteriak tidak terima. Kedua tangannya sudah terikat, posisi mereka terbalik.

"Lepaskan, lepaskan, sialan."
Freen terus meronta mencoba untuk melepaskan diri.

"Sssttt, aku tidak akan menyakitimu. Tenanglah, Freen." Becky mencoba menenangkan wanita itu yang terus berteriak dengan gerakan brutal.

"Freen, kumohon, tenanglah, aku hanya ingin kita bicara." Becky menangkup wajah Freen yang sudah memerah.

Gadis kecil itu menangis menyaksikan Freen yang tampak begitu menderita dan terluka.

"Lepaskan. Lepaskan. Kumohon lepaskan."

Freen tidak mau tenang. Rontaannya semakin kuat membuat Becky menjadi panik namun dia hanya bisa menangis tapi takut untuk melepaskan.

"Freen, kumohon tenanglah," Becky menindih tubuh Freen lalu memeluknya.

"Aku tidak akan menyakitimu, tenanglah, kumohon tenanglah," bisiknya memohon berharap Freen mau berenti meronta.

"Jangan pukul aku. Jangan pukul, aku akan melakukannya, aku bisa melakukannya dengan baik. Kumohon, Madam."

Tubuh Becky menegang, dia menegapkan tubuhnya seraya turun dari tubuh Freen.
Menatap wajah kekasihnya yang tampak begitu ketakutan, bola matanya berputar-putar seolah waspada.

PET METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang