16

2.2K 228 28
                                    

Plak....

"Bedebah. Aku akan membunuhmu sialan."

Masih dalam terkejutnya dari tamparan yang dilayangkan Steve, pamannya itu tiba-tiba sudah mencengkram lehernya. Freen tidak bisa menghindar, dia kalah kekuatan.

Cekikan itu terasa semakin ketat, dia tidak lagi mendapatkan oksigen yang membuat paru-parunya sangat sakit.

Namun itu tidak seberapa dibanding dengan rasa sakit yang dia berikan kepada gadis yang saat ini tak sadarkan diri akibat ulahnya.

Freen menitikkan air mata, ingin sekali dia meminta maaf untuk gadis yang dia sayangi di sana. Barangkali dia tidak lagi memiliki kesempatan hidup. Steve sudah sangat murka melihat putri kesayangannya terluka parah.

"Mati anak sialan. Kamu pantas masuk neraka." Cekikan Steve lebih kuat dari sebelumnya membuat Freen benar-benar kehilangan nafas.

Lehernya seperti dipaksa putus. Akhirnya tubuh kakunya perlahan melemah dengan pandangan yang semakin buram.

"Freen."

"Freen."

"Freen."

Wanita itu membuka mata. Rasa sakit tadi langsung lenyap digantikan degup jantungnya yang bekerja cukup keras. Dia merasakan tubuhnya basah oleh keringat. Sejenak dia sadar kejadian barusan hanyalah mimpi. Freen merasa lega luar biasa.

Dia langsung menatap gadis cantik yang tampak cemas tepat di depan wajahnya.
Kedua tangan Freen meraup tubuh Becky lalu mendekapnya erat-erat.

Becky yang tidak siap cukup terkejut dengan tindakan tersebut. Namun dia memahami, Freen pasti terguncang dengan mimpi yang dia alami.
Dielus-elusnya pelan lengan Freen untuk memberinya ketenangan, meski dia tidak yakin apakah tindakannya ini membantu atau tidak.

Setelah merasa dirinya tenang, barulah Freen melepaskan dekapannya dari Becky.

"Sudah lebih baik?"tanya gadis itu.

"Yeah. Mimpiku sangat buruk."

"Tidak perlu dipikirkan. Ayo kita lanjutkan lagi tidurnya, ini masih sangat malam." Becky menunjuk jam digital yang terletak di samping Freen.

Waktu masih menunjukkan pukul dua dini hari, terlalu pagi untuk memulai hari. Freen mencoba kembali memejamkan kedua matanya berharap mimpi mengerikan itu tidak kembali.
***

     Becky menutup kedua mata Freen dengan telapak tangannya. Perlahan dia menuntun wanita itu ke belakang rumah mereka yang sudah dia sulap menjadi tempat makan ala fine dining yang megah dan romantis. Gadis itu bahkan menyewa pemain biola untuk mengiringi makan malam mereka.

"Taraa.." seru Becky ketika dia melepaskan kedua tangannya dari mata Freen.

Sementara wanita itu menatap bingung ke arah halaman belakang rumah mereka, dia lalu menatap Becky minta sebuah jawaban.

"Kejutan," jawabnya menggantung.

"Dalam rangka apa?" Freen mencoba mengingat-ingat apakah hari ini adalah hari pening untuk mereka tapi rasanya hari ini bukanlah hari penting mereka.

"Aku hanya ingin mengajakmu makan malam secara romantis. Kita belum pernah melakukannya," jawab Becky memberi alasan.

Freen mengangguk penuh penghargaan.
"Seharusnya aku yang menyiapkan semua ini, tapi terimakasih sudah berinisiatif," ucap Freen tulus.

Dia lalu menarik kursi kemudian mempersilakan Becky menempatinya.
Semua hidangan fine dining telah tersaji di meja mulai dari makanan pembuka hingga wine yang diletakkan dalam sebuah pot berisi batu es.

PET METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang