11

2.5K 223 29
                                    

   "Aku menyetujui hubungan kalian bukan berarti membiarkan kalian bebas terang-terangan di depan publik. Kalian harus menyembunyikan hubungan itu," ucap Jason berapi-api.

Pria itu sebenarnya masih belum mempercayai apa yang terjadi kepada keluarganya. Dia masih belum bisa mengenyahkan pikiran-pikiran aneh tentang saudara yang saling jatuh cinta. Dan lagi, sesama wanita.

"Iya." Freen menjawab dengan singkat.

"Dan Tuan Wales sudah menanyakan tentang perjodohan kalian. Sejujurnya saya bingung harus memberikan jawaban apa."

"Aku akan menemui mereka."

"Apa yang akan kamu katakan kepada mereka?" tanya Jason setelah dia beberapa saat.

"Akan aku pikirkan," Freen menjawab dengan singkat seraya melirik arloji di pergelangan tangan.

"Aku ada urusan, apa masih ada yang ingin Papa bicarakan?" tanyanya.

"Tidak ada."

"Kalau begitu aku pergi dulu."

"Oh Freen?" Jason memanggil sebelum putrinya membuka pintu.

"Emm jangan terlalu keras kepada Becky."

Dahi Freen mengkerut, tidak paham maksud kalimat sang ayah.
Ditatap sang putri, pria itu seperti sedang gugup. Dia meremas jemarinya dengan gerakan kikuk.

"Well, kalau kamu seorang pria, aku akan memberimu nasehat, jangan lupa memakai pengaman tapi."

"Untuk apa memakai pengaman. Aku tidak bisa membuat Becky hamil."

"Ah sudahlah, sana pergi," usir Jason, mendadak dia merasa merinding dengan percakapan yang dia mulai sendiri.

Freen yang melihat sikap aneh ayahnya hanya menggeleng dengan satu alis terangkat. Kemudian memutuskan untuk segera pergi. Tak ingin berlama-lama bersama sang ayah atau dia akan ikut menjadi aneh.
***

     Flo mengetuk pintu kamar tempat Becky sedang di rawat. Dia menunggu beberapa saat sebelum memutuskan untuk membuka pintu. Dokter cantik itu tersenyum melihat Becky menatapnya.

Mereka saling mengenal tapi tidak dekat, hanya beberapa kali bertegur sapa saat tidak sengaja bertemu. Itu pun saat ada Freen.

"Hi Becky, bagaimana kondisimu saat ini?" Flo menarik kursi lalu duduk di samping ranjang yang Becky tempati.
Becky yang melihatnya menjadi bingung dan agak heran.

"Aku mengunjungimu bukan sebagai doktermu," Flo memberi penjelasan saat melihat ekspresi tanda tanya di wajah Becky.

"Aku ingin bicara," lanjutnya.

"Tetaplah berbaring, aku tidak masalah." Flo menahan tubuh gadis itu agar tidak banyak bergerak. Dia tahu tubuh Becky masih lemah, dia akan mengalami kesulitan dalam posisi duduk.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Becky akhirnya membuka suara.

"Maaf, ini privasi sebenarnya tapi aku harus mengatakannya."
Flo berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

"Kamu bukan orang pertama yang menjadi korban penyimpangan sexual Freen. Tapi kamu yang melakukannya berkali-kali. Tidak seperti partner sebelumnya yang hanya melakukannya sekali."

"Lalu?" Becky menukas dengan tidak sabar. Dia tidak suka dengan percakapan yang bertele-tele. Kenapa tidak langsung saja ke intinya.

"Aku rasa penyimpangan yang dialami Freen sudah termasuk penyakit mental. Aku tidak tahu apa yang dia alami sampai dia seperti ini. Kurasa kamu harus membujuknya untuk ke psiakter."

Becky terdiam. Ucapan dokter ini sama dengan artikel yang sempat dia baca. Tapi bukan itu yang Becky pikirkan, melainkan apa yang pernah Freen alami sampai wanita yang dia cintai seperti itu.

PET METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang