Helios Berlin-Buch dua tahun yang lalu...
"Apa yang terjadi dengan Becky?" tanya Freen, ekpresinyaa berubah menjadi cemas. Berharap Flo tidak membawa kabar buruk tentang gadis kecilnya.
"Becky menjadi pasien di rumah sakit Psikiatrik. Kondisinya lumayan buruk."
"A..apa, bagaimana itu bisa terjadi?" tubuh Freen bergetar mendengar apa yang Flo sampaikan. Jantungnya berdegup kencang. Ketakutan mulai menguasai dirinya.
"Maaf aku harus mengatakan ini tapi korban perilaku sadis seperti yang kamu lakukan berulang-ulang rentan mengalami gangguan mental."
Freen menunduk, dia paham betul. Tapi dia tidak pernah berpikir tentang hal ini, dia pikir Becky akan baik-baik saja karena mereka melakukannya atas kemauan sendiri tanpa paksaan.
"Apakah dia akan baik-baik saja," tanya Freen kemudian. Dia menatap Flo penuh harap.
"Semoga. Tapi kondisinya sangat buruk."
"Freen. Freen.." Flo mengguncang tubuh sahabatnya ketika tubuh wanita itu mendadak luruh seperti tak bertulang.
"Apa yang harus kulakukan?" tanya Freen dengan tergugu.
Flo memegang kedua bahu Freen, meremasnya pelan kemudian memberikan usapan-usapan kecil untuk mengambil alam bawah sadar Freen.
Dokter cantik itu mendekatkan bibirnya di telinga Freen.
"Apa kamu yakin kamu bisa sembuh dari perilaku sadismu? Jika tidak, aku khawatir akan ada korban lain. Perilaku seperti itu sangat kejam dan tidak manusiawi. Kejam, tidak manusiawi," bisik Flo namun dengan nada tajam."Becky bisa saja mati mengakhiri hidupnya akibat depresi itu. Sungguh perilakumu sangat kejam dan tidak manusiawi," ulangnya.
Dia kembali meremas bahu Freen ketika menyadari tubuh wanita itu sudah kaku menenggang. Flo lalu mengusap rambut Freen dengan gerakan pelan seolah dia sangat menyayangi temannya ini.
***Dengan tubuh gemetar Freen menyelinap ke dapur milik rumah sakit. Hari sudah malam, petugas yang berjaga sudah agak lengah. Kondisi sudah gelap hanya ada penerangan yang remang. Dia segera mengambil benda yang dia inginkan, kemudian buru-buru kembali ke kamarnya.
Freen tidak membahayakan, dia juga berperilaku normal. Hanya karena keluarga pasien yang memaksanya berada di sini. Untuk itu Freen memiliki cukup kebebasan untuk sekedar berjalan-jalan di sekitar rumah sakit. Kamarnya juga tidak pernah terkunci, pun tidak ada yang berjaga. Mudah bagi Freen untuk berkeliaran tanpa ada yang curiga. Petugas di rumah sakit pun mengenalnya sebagai wanita normal tanpa gangguan jiwa.
"Aku khawatir akan ada korban lain dari perilaku sadismu."
"Kamu kejam dan tidak manusiawi."
Kalimat-kalimat yang Flo ucapnya terus berputar di kepalanya. Freen ketakutan setelah kepergihan Flo. Dia kembali dihantui kenangan buruk di masa lalu yang sudah susah payah dia lupakan.
***
"Freen sayang, aku tahu kamu sudah Lima belas tahun tapi aku tidak mau mendengarmu memintaku berhenti menjadi pengasuhmu kepada Tuan Xanders." Marie membelai pipi Freen yang sedang berbaring ketakutan di bawah dekapan Marie."Lady, kumohon biarkan aku pergi," pinta Freen takut-takut. Tubuhnya bergetar hebat akibat pukulan-pukukan yang dilakukan Marie.
"Tentu sayang. Hari ini kamu sudah menjadi gadis baik, teruslah menjadi gadis baik agar aku tidak perlu memukulimu." Marie menyentuh bekas cambukan di dada telanjang Freen. Cambukan yang dia berikan ketika gadis kecil itu tidak berhasil menyenangkannya.
Wanita dewasa itu kemudian menjilat luka baru di pundak Freen membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Aku tidak pernah suka kamu menangis, gadis kecil. Kamu yang mengendalikan permainan ini, seharusnya kamu yang menyiksaku bukannya aku yang harus memukulimu. Itu pelajaran yang harus kamu ingat."
KAMU SEDANG MEMBACA
PET ME
FanfictionLakukan apa pun yang ingin kamu lakukan terhadapku. Aku milikmu