Gue, Shannon dan Lily sedang duduk di sofa ruang tamu. Shanon dan Lily nontonin berita gosip artis yang sedang mamerin rumahnya, sementara gue lebih sibuk mainin HP.
Jam sudah menunjukkan pukul lima lewat. Dan, goooshhh, pintu kamar tetangga nomor empat belum kunjung terbuka.
Gue sudah penasaran berat, pengen ketemu dengan orang-orang yang berbincang di dalam sana. Gue belum bilang soal hal yang tadi gue denger ke Shannon dan Lily, takutnya gue yang su'udzon duluan.
Mbak Mega sudah keluar dari kamarnya sejak tepat pukul lima. Katanya dia bakal nyiapin makan malam. Kami bertiga sudah memberikan tawaran untuk membantu, tetapi Mbak Mega menolak dengan halus, mengatakan bahwa dia bisa lebih fokus (?) jika mengerjakannya sendirian. Hmm, gue gatau Mbak Mega takut teralihkan perhatiannya tentang apa, tapi mungkin dia tipikal yang ngerjain apa-apa sendirian.
"Hm, gue mandi duluan kali ya." Lily beranjak dari sofa setelah mulai bosan.
"Sip," jawab gue pendek.
Lily masuk kembali ke kamarnya selama beberapa saat, sementara Shannon kemudian mengakhiri siaran televisi dan menekan ponselnya yang sudah berdering sejak tadi, membalas chat. Daddy dan Mommy-nya pasti udah ngespam chat nanyain keadaan Shannon. Gila sih anak itu, terakhir dia ga jawab chatnya, para bodyguard-nya sampai datang ke sekolah, anjir.
"Non, lo yakin gabakalan homesick, kah?" tanya gue, basa-basi.
"Iya, kan gue bareng kalian berdua," jawab Shannon dengan tenang, tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Kenapa?"
"Gapapa deng," ucap gue.
Keadaan ekonomi gue-Lily dan Shannon bisa dibilang agak berbeda. Keluarga Shannon bisa aja beli satu rumah tepat di samping kampus buat Shannon seorang. Gue jadi ingat, dulu keluarga Shannon pernah beli satu rumah yang ada di kompek perumahan di dekat sekolah kami hanya karena sekolah dan perumahan itu nggak ngizinin sembarang orang buat parkir bebas. Mereka beli rumah itu cuma buat parkir doang. Gila banget ga tuh.
Nggak lama kemudian, Lily keluar dari kamar dan pergi ke kamar mandi di Kosan Mega.
Sebelumnya, gue udah cek kamar mandinya. Hanya ada tiga dan semuanya cukup bersih, alat mandinya juga sudah lengkap. Mbak Mega bilang sistem rebutan, siapa cepat dia masuk duluan. Lily yang suka bebersih diri pasti bakalan milih buat masuk duluan agar bisa membersihkan dirinya secara menyeluruh.
Tiba-tiba saja gue mendengar suara pintu terbuka. Gue yang tadinya nyandar letoy di sofa, langsung duduk dengan tegak, bersiap menghadapi siapapun yang datang. Sementara Shannon masih santuy nyandar sambil balesin chat dari bo-nyok-nya yang terus berdatangan.
Muncullah seorang wanita dari balik pintu. Dia pakai seragam kantor, rambutnya disanggul rapi dan aroma parfum mulai menyeruak masuk ke dalam kosan begitu dia membuka pintunya. Dia juga langsung tersenyum begitu ngelihat gue dan Shannon.
"Oh! Penghuni baru, ya?" Wanita itu langsung buru-buru melepas sepatu hak tingginya, lalu langsung menghampiri kami berdua dan duduk di sofa bersama kami.
"I-iya, Mbak," jawab gue.
Shannon masih sibuk balesin pesan, tapi sesekali dia sambil senyum dan ngangguk-ngangguk juga.
Gue yang merasa kurang sopan, langsung ngulurin tangan kanan gue. "Namaku Aruna, Mbak, penghuni kamar nomor 1."
"Namaku Bella, penghuni kamar nomor sepuluh," ucapnya.
"Oh ... Uh, ini Shannon, penghuni kamar nomor dua. Maaf ya, dia kalau lagi ngelakuin sesuatu memang nggak bisa multitalent. Nanti dia baru bisa ngomong lagi setelah selesai ngabarin orangtuanya," ucap gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN MEGA [GXG]
Aléatoire[WARNING!] Cerita ini mengandung Girl x Girl / Lesbian / Yuri dan 18+! Bagi yang belum cukup umur, jangan baca! *** Aruna siap menghadapi masa-masanya menjadi mahasiswi baru di usianya yang ke 17. Bersama dua sahabatnya-Lily dan Shannon-dia pun men...