Setelah selesai makan, kami bertiga ngumpul di ruang tamu. Kak Hani balik ngerjain komiknya, Kak Lizza juga langsung balik ke kamar buat lanjutin tidurnya, sementara Kak Bella sedang skincare malam di kamarnya.
Mbak Mega masih di dapur buat beres-beres. Gue udah nawarin diri buat membantu, tapi Mbak Mega bilang dia lebih suka ngerjain semuanya sendiri. Dan lagipula jika ada aku, katanya dia bisa hilang fokus. Apa gue nggak langsung ngibrit lari waktu ngelihatin dia natap ke arah dada gue? Hiiiiiih!
"Paket apaan tuh?" tanya Kak Aira, waktu ngelihat Kak Shakira lagi unboxing paketnya.
"Ada deeeh," jawab Kak Shakira.
Kak Aira tampak kesal. "Perasaan ini udah tanggal tua dan belum waktunya gajian deh, kok masih bisa pesan paket? Jadi ani-ani ya kamu?" todong Kak Aira.
"Iya, jadi ani-aninya Mega." Kak Shakira ketawa.
"Hoo, pantesan."
Gue, Lily dan Shannon cuma bisa saling liat-liatan. Gue bisa ngelihat teror dari mata Lily yang emang tampak panik, tapi situasi justru berbanding terbalik ketika gue ngelihat Shannon.
"Ani itu siapa sih?" tanya Shannon. "Dari kemarin kalian omongin dia mulu."
Gue speechless. Oke, gue tau Shannon anaknya emang oneng dan polos, tapi kok bisa sih dia sepolos ini?! Gue dan Lily mungut dia dimana kemarin? Mau gue balikin ke sana.
Kak Aira dan Kak Shakira saling lihat-lihatan, lalu natap ke arah gue dan Lily, seolah bilang kalau itu bukan ranah mereka untuk menjelaskan, dan minta gue dan Lily yang menjelaskan hal itu pada Shannon. Heh, yang ngomong siapa, yang disuruh jelasin siapa.
"Itu ... oh! Penghuni lama di Kosan ini! Ada yang namanya Ani," celetuk Kak Aira.
Shannon diam selama beberapa saat, lalu akhirnya membalas, "Oke." Meskipun gue tau, kayaknya ni anak masih bingung dengan konteks.
Kak Shakira yang tegang dengan situasi yang dapat mengotori kesucian Shannon pun unboxing barangnya dengan cepat, lalu ngeluarin buat kasih tunjuk ke Aira. "Ini nih yang aku beli, Ay."
Kami bertiga ngelihatin salah satu merk moisturizer yang memang sedang populer di aplikasi Tiktok (mon maap gabisa sebut merk). Intinya merk itu sedang viral dan digandrungi oleh anak-anak remaja putri yang menginginkan kulit sebening kaca. Belakangan juga produk itu mulai berseliwuran di toko offline kayak di mall. Gue dan Lily saling lirik, saling bertelepati dalam hati, memikirkan hal yang sama.
"Ih! Ini bukannya mahal?! Aku pernah lihat di Guardian! Aku minta dikit dong!" Kak Aira tampak bersemangat ngelihatinnya.
Shannon langsung berceletuk, "Oh, itu produk—"
Gue dan Lily langsung bekep mulut dia agar Shannon jangan sampai bocor.
"Kenapa?" tanya Kak Aira dan Kak Shakira berbarengan.
"Nggak! Gapapa!" ucap gue dengan cepet.
"Kak Shakira, nanti minta testimoninya dong. Produk ini sudah ada di keranjang kuningku dari kemarin, tapi ragu buat checkout, soalnya mahal banget," ucap Lily.
"Sip!" Kak Shakira mengacungkan jempol, tampak sangat bangga dengan pencapaiannya karena berhasil membeli produk skincare mahal yang memang sulit banget buat dimiliki. Pasalnya, moisturizer itu sering banget sold out dan harus nunggu sebulanan buat pre-order.
"Shak! Aku boleh dong minta dikit kalau malam!" rengek Kak Aira.
"Enak aja! Aku dapatin ini setelah—" Kak Shakira menghentikan kata-katanya, begitu ngelihatin kami bertiga masih menyimak pembicaraan mereka. "—bekerja susah payah sampai jiwaku rasanya tersedot keluar hingga habis."
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN MEGA [GXG]
Random[WARNING!] Cerita ini mengandung Girl x Girl / Lesbian / Yuri dan 18+! Bagi yang belum cukup umur, jangan baca! *** Aruna siap menghadapi masa-masanya menjadi mahasiswi baru di usianya yang ke 17. Bersama dua sahabatnya-Lily dan Shannon-dia pun men...