"Gue mau pindah!" Lily memekik pelan, memukul-mukul bantal Shannon dengan kesal. "Tapi kalau mau DP-nya balik 100%, gue harus ngasih dia meres susu gue sembilan kali lagi?!"
Gue bisa ngerasain tatapan mata Mbak Mega yang merhatiin dada Lily selama makan malam tadi. Sumpah, berasa kayak ditelanjangi hanya dari tatapannya, anjir. Gue ngerti sih sama kepanikan dan ketakutan Lily sekarang.
Saat ini kami sedang ngumpul di kamar Shannon. Alasannya sederhana: Lily nggak mau gosipin ini di kamarnya karena bakalan kedengaran Kak Hani bahwa dia sedang mengumpat membicarakan hal buruk tentang kosan ini dan pembayaran opsionalnya. Lily juga gamau gosipin masalah ini di kamar gue, karena kamar gue tepat ada di seberang kamar pemilik kosan mesum itu.
"Lagian kan tadi lo yang bilang mau," ucap Shannon.
"Ya mana gue tau susu gue bakalan diperes begitu! Kalau gue tau juga, gue ogah!" jawab Lily dengan gregetan.
Shannon mencoba menenangkannya. "Udahlah, Ly. Kan tadi juga Kak Bella bilang kalau Mbak Mega gabakalan meres susu lo tiba-tiba juga. Dia cuma bakalan ngelakuin itu kalau lo ngizin—"
"OGAH! Gabakalan ada lagi! Gue gabakalan ngizinin lagi!" seru Lily.
"Kalau kita pindah sekarang, mana bisa kita ketemu kosan murah begini lagi. Kebanyakan kos di sini itu nggak full furnish. Kita harus beli lagi perabotan dan pelengkapan kamar," ucap gue.
"Iya, iya, gue tau, Aruna!" Lily menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. "Anjirlah, nenen gue udah nggak perawan."
Gue nyenggol-nyenggol siku gue ke nenen Lily. "Enak kan, tapi?"
"Enak pala lo! Mau gue remes susu lo, biar lo ngerasain?!" tanya Lily, emosi.
Gue membusungkan dada gue dengan sengaja. "Nih, remes gue, Lily~"
"IH APAAN SIH!" Kepala gue langsung ditabok Lily.
Mengenal Lily sejak SMP, gue tau banget sama sifat Lily. Dia nggak suka sama jokes berbau dewasa gitu. Shannon sih bisa diajak bercanda gituan, kalau dia lagi lemot, tapi karena lebih sering lemot, kami jarang sih bercanda gituan. EH! Kok kesannya jadinya malah gue yang paling mesum di antara kami bertiga?!
"Jadi, begitu enam bulan kelar, kita out?" tanya gue.
"Iya lah! Sambil nyicil nanti kita nyari kosan baru," jawab Lily.
"Tapi ini baru hari pertama lho, apa nggak terlalu cepet kita menghakimi?" tanya gue lagi.
"Lo ga lihat tadi susu gue diperes di depan semua penghuni kos?! Gue malu, Aruna!" pekik Lily.
"Tapi mereka biasa aja kayaknya," ucap Shannon.
"Iya, mungkin karena mereka penghuni lama, jadi sudah terbiasa," tambah gue.
Shannon berceletuk, "Berarti ini hal yang normal di sini."
"Anjir?! Normal apaan anjir?!" seru Lily.
"Preferensi orang-orang kan beda, Ly," ucapku.
"Dan apakah gue harus menormalisasi itu?" tanya Lily.
"Ya, gue ga maksa lo buat normalisasi sih, gue pun ngerasa itu aneh, tapi karena kita ada di tempat dimana orang-orang nganggap itu normal, kita nggak boleh menghakimi mereka sih," jawab gue.
Shannon hanya mengangguk-angguk. "Aruna benar."
"Heh, Non, gue yang bener di sini!" Lily masih mendumel kesal. "Ya udah deh, gue balik aja ke kamar gue. Jangan lupa kunci kamar lo pada, takutnya malam-malam kalian juga diserang."
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN MEGA [GXG]
De Todo[WARNING!] Cerita ini mengandung Girl x Girl / Lesbian / Yuri dan 18+! Bagi yang belum cukup umur, jangan baca! *** Aruna siap menghadapi masa-masanya menjadi mahasiswi baru di usianya yang ke 17. Bersama dua sahabatnya-Lily dan Shannon-dia pun men...