[CHAPTER 11]

40.8K 1.1K 34
                                    

"Maaf sampai ngerepotin kalian bertiga," ucap Kak Lizza ketika kami sedang makan malam bersama.

Ya, beneran sedang makan malam bersama, bersembilan. Ini kali pertama juga kami makan malam full member, karena semalam Kak Hani dan Kak Lizza nggak ikutan makan malam bareng. Kak Lizza-nya kerja, sementara Kak Hani makan sendirian setelah semuanya selesai makan.

Kak Lizza cerita sekaligus curhat terselubung tentang apa yang ia hadapi di rumah sakit, hal yang membuatnya sampai tidak tidur tiga hari berturut, menemani kegiatan makan malam kami, ditemani lauk topik pembicaraan. 

"Lah? Kamu kan kerjanya di rumah sakit swasta. Apa-apaan bisa disuruh-suruh juga sama orang yayasan dan donatur segala?" Kak Shakira mengomel, sambil menyantap makanannya.

"Beginian mah rumit kalau diceritain, intinya di belakang layar pasti ada aja dramanya," jawab Kak Bella.

"Kalau aku jadi kamu sih, aku pasti sudah kasih surat resign!" kompor Kak Shakira.

Inti dari pembicaraan itu adalah: Jam kerja Kak Lizza sebenarnya full 24 jam, lalu dia bakalan dapat jatah libur 2 hari. Tiga hari sekali. Tapi karena ada salah satu donatur besar rumah sakit yang demen sama Kak Lizza, dia request Kak Lizza buat stand by di sana buat jagain dia selama dia masih rawat inap. Kak Lizza yang nggak enakan pun nggak enak hati buat nolak tawaran itu dan terpaksa menerima tawaran itu.

"Kamu harus stop nggak enakan, Liz." Kak Hani ikutan menceramahi Kak Lizza.

"Uh ... ya ... Tapi bayaranku 1 jam naik jadi 3 kali lipat, kok. Dan aku juga dikasih libur 3 hari." Kak Lizza masih berusaha melihat sisi positifnya.

"BUSET! Jadi 30ribu x 3 x 24jam x 3hari?! Gilaa! Kamu ngehasilin enam juta setengah dalam tiga hari doang?!" Kak Aira heboh sampai berdiri dari duduknya. "Ih! Aku juga mau dong jadi perawat ekslusif buat Pak Donatur!"

"Ginian doang kamu cepet, disuruh jadi sugar baby om-om gamau," ejek Kak Shakira.

"Eh! Beda lho! Kalau jadi perawat ekslusif kan aku beneran dapat uang dengan hasil keringat sendiri!" balas Kak Aira.

"Jadi ani-ani juga dapat uang dari hasil keringat sendiri, di ranjang, bersama om gula." Kak Shakira menjawab, bikin mereka berdua gelut.

"Kalian berdua jangan berantem." Kak Lizza kehabisan kata-kata, sebelum menghela nafasnya lelah.

"Mungkin Pak donaturnya suka sama kamu?" tanya Kak Bella.

"Kayak di drakor-drakor, ya!" ucap Kak Shakira.

Kak Lizza menghela nafas. "Bukan Pak, tapi Ibu."

"Oh, cewek, ya. Yah, gaseru, kirain kayak drakor-drakor gitu." Kak Shakira menyayangkan.

Gue yang sedaritadi menyimak pembicaraan, menyadari Kak Hani yang tiba-tiba ngeluarin buku catatan, lalu menuliskan sesuatu di buku catatannya dengan serius. Jelas, gue gatau apakah dia memang sering nulis curhatan teman-temannya agar tidak melupakannya.

Lily tampaknya juga nyadar dengan yang gue lihat, cuma ngangkat sebelah alis sambil menyantap makan malamnya.

"Sesekali kamu jangan nggak enakan mulu, Liz," ucap Kak Bella. "Kasian banget aku ngelihat kamu ngeresep antibiotik dan vitamin mandiri. Jangan-jangan kamu juga nyuntik mandiri ya?"

"Enggak, kok!" sanggah Kak Lizza.

"Kalau kamu butuh bantuan, lain kali chat di grup aja, nanti aku telepon. Aku bisa pura-pura jadi keluarga jauhmu yang butuh kamu buat pulang," ucap Mbak Mega.

"Enggak, deh, Meg, aku takut kejadian beneran," ucap Kak Lizza.

Shannon yang daritadi makan dengan lahap, menatap ke arah Mbak Mega dengan tatapan tersinggung. "Kok kami nggak diajak ke grup chat kosan?"

"Eh?" Mbak Mega tampak kelihatan kaget. "Aku sudah invite Aruna. Kupikir nggak usah, soalnya kan kalian bertiga barengan mulu."

Shannon natap gue seolah gue habis mengkhianati dia.

"Ngapain kalian berdua masuk grup? Kan kita bareng mulu," ucap gue.

"Ya udah, gue pinjam dulu bentar," pinta Shannon, yang tampaknya bersikeras buat ngelihat grupnya.

Gue ngelihatin wajah Lily yang kelihatannya cuek-cuek aja, nggak antusias pengen masuk ke grup. Inilah alasan gue nggak undang dia di grup chat, karena gue tau anak ini masih su'udzon. Selain itu, gue dan Lily biasanya tipikal yang cuma numpang baca doang di grup, enggak kayak Shannon yang hobi banget spam stiker atau nimbrung.

Kayaknya Shannon diam-diam punya keinginan buat ngoleksi grup chat.

"Ini yang namanya Irama siapa?" tanya Shannon ketika sedang melihat grup chat dari HP gue.

Gue ikutan ngecek dan baru nyadar kalau jumlah anggota di grup lebih banyak daripada penghuni sebenarnya. Total orang yang ada di grup adalah 12, sementara kami hanya bersembilan. Dua lainnya tidak bernama, jadi Shannon tidak mempertanyakannya.

"Ira itu penghuni lama di kamar 5," jawab Kak Bella.

Gue dan kedua teman gue hanya ber-oh ria. Gue juga nggak mau ikut campur dengan nanya mengapa penghuni lama masih join grup chat, karena seperti yang kita semua tau, mereka memang mengagungkan kekeluargaan. Terlalu kekeluargaan, sampe Mbak Mega bisa menyusu kepada siapa saja yang bersedia, bak bayi yang membutuhkan asi ibunya.

"Sekarang dia lagi kerja di New York, lima bulan lagi baru balik ke Indonesia," jelas Kak Aira.

"Wah, keren banget!" ucap Lily.

"Dia ditawarin kerja pake VISA kunjungan, dia gas aja, nggak takut diculik." Kak Shakira sampai geleng-geleng kepala. "Nggak ada takut-takutnya anak itu."

"Lho, itu bukannya ilegal?" tanya Lily dengan kening berkerut.

"Iya, emang. Aku sih nggak kaget kalau suatu hari dia dideportasi balik ke sini." Kak Shakira lagi-lagi geleng kepala, diikuti oleh Kak Aira. Keduanya tampak sedikit perihatin dengan siapapun orang yang bernama Irama itu.

Kedengarannya sih dia liar banget.

"Berarti dia akrab banget sama penghuni di sini, sampai-sampai masih ada di grup," ucap Shannon.

"Iya, penghuni favorit Mega dan Hani," jawab Kak Bella.

Gue nggak mau su'udzon awalnya, tapi gue tiba-tiba aja refleks nengok ke arah Mbak Mega.

"Iyalah, Ira yang paling rutin ngasih asupan. Anaknya nggak perhitungan juga." Mbak Mega ngangguk-ngangguk dengan bangga. "Ira juga sering jadi model referensi Hani."

Gue lihat Kak Hani hanya ngangguk mengiyakan. "Dia kuat pose 12 jam, ga pake protes juga," ucap Kak Hani, sepertinya menyindir seseorang di sana.

"Iya, iya, semoga Ira cepet balik lagi ke sini." Kak Aira mengucapkan itu dengan sedikit BT, tapi untungnya tidak perlu ada adegan baku hantam di sini, karena Kak Aira langsung berceloteh riang tentang Kak Irama. "Dia udah kuanggap sahabat sih, soalnya dia yang paling sering di kosan."

"Ya, karena kalian sama-sama nganggur," timpal Kak Shakira.

"Iya, si Paling budak korporat yang bilang mau resign dari tahun lalu, tapi ga jadi-jadi," ejek Kak Aira. 

Mereka berdua ribut lagi dan harus dilerai oleh Kak Bella dan Kak Lizza, sementara kami bertiga hanya saling lihat-lihatan. Suasana makan malam memang bising sekali.

Sejujurnya gue jadi kayak ngerasa lagi makan malam di rumah sendiri.

***

Vote 1000

KOSAN MEGA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang