"JAHAT BANGET, ANJIR??!!" seru Kak Shakira sambil memukul tangannya di meja.
"Ini nggak bisa dibiarin. Besok aku juga bakalan bantuin kamu, Ay," janji Kak Bella. Kebetulan, besok hari Sabtu dan perbankan juga tidak beroperasi.
"Aku juga bakalan bantuin kamu," ucap Kak Shakira dengan sungguh-sungguh. "Tapi bego banget sih kamu, kok bisa dikibulin begitu?!"
"Yaaa, aku kan ga main IG, Shak!" Kak Aira menolak disalahkan. "Lagian waktu aku lagi mood ngecek, lihat followers banyak dikata itu beli followers. Lihat like dan komen banyak juga dikata itu beli. Bingung aku, apa-apa bisa dibeli pake duit zaman sekarang."
"Aduh, maaf ya, padahal aku punya instagram, tapi aku ga pernah buka karena sibuk," cicit Kak Lizza yang kebetulan juga sedang pulang malam ini.
"Aduh, Liz, Liz. Kamu bisa tidur aja syukur, boro-boro buka IG," canda Kak Aira. Hebatnya dia, masih bisa bercanda setelah situasi berat semacam ini menimpanya—dikhianati oleh teman, ditipu oleh teman. "Terima kasih ya, teman-teman. Aku gatau bisa ngapain kalau nggak ada kalian."
"Mungkin kamu harus terima kasih duluan sama tiga penghuni baru ini. Kalau nggak ada mereka, kamu bakal diperbudak tanpa tau kebenarannya sampai kapanpun," ucap Kak Shakira.
"Terus ini nantinya mau dibawa kemana? Kamu pernah tanda tangan kontrak, kan? Kalau ke ranah hukum, kayaknya susah," ucap Kak Bella.
"Aira, kamu masih simpan semua chat kalian?" tanya Kak Hani.
"Masih, Han. Tapi memangnya itu bisa dijadiin bukti buat kepolisian?" tanya Kak Aira.
"Kasih sanksi sosial aja. Kita viralkan kebusukannya," sahut Kak Hani.
Kak Hani ini jarang bicara, tapi sekalinya dia bicara bisa nyelekit dan nusuk banget. Tapi, setelah seminggu sekosan sama Kak Hani, gue tau pasti kalau Kak Hani adalah orang yang baik dan peduli terhadap penghuni kosan yang lain.
Keadaan sudah malam dan mungkin ini juga kali pertama sejak makan malam terakhir minggu lalu, kami berkumpul bersama di ruang tamu untuk mendiskusikan sesuatu. Biasanya semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing, tetapi ketika ada yang menghadapi masalah, mereka semua tidak ragu mengulurkan tangan untuk membantu.
"Besok dia datangnya pagi-pagi juga Ra, kayak biasa?" tanya Mbak Mega.
Kak Aira mengangguk.
"Kalau gitu, mending kita semua tidur sekarang, biar bisa gebrek dia pagi-pagi," usul Mbak Mega.
Kami semua sepakat, kembali ke kamar masing-masing untuk memulai misi kami besok hari.
***
Ini pertama kalinya gue bangun pagi-pagi sejak kepindahan gue di kosan ini. Gue paksain juga Lily dan Shannon buat bangun dengan cara telepon mereka via WA, tapi mereka berdua masih betah di kamar, sepertinya lupa dengan perasaan semangat menggebu-gebu yang mereka rasakan malam tadi.
"Dua anak bayi itu belum bangun ya?" tanya Kak Bella sambil menghela nafas.
"Belum, kak," jawab gue. Gue iyain aja mereka berdua emang kayak anak bayi.
"Yaudah, aku bantuin kamu buat bangunin mereka. Bukain pintu kamarnya, Meg."
"Oke, bentar, aku cari dulu kunci duplikatnya."
ANJAY, KOK KAK BELLA TAU KALAU KAMI SELALU NGUNCI PINTU TIAP MAU TIDUR?
Kayaknya tau sama sepanikan gue, Kak Bella tersenyum jahil bak pembaca pikiran. "Tau dong, kan kalian anak bayi yang masih polos."
Dia baca pikiran gue lagi, anjir!
"Kami bukan anak bayi," bantah gue.
"Hahaha, bercanda kok. Biasa sih penghuni baru memang pasti ngunci kamar mereka. Takut diserang Mega." Kak Bella mengedipkan matanya, ternyata beneran paham sama situasi. Gue asumsiin kalau dulu Kak Bella juga ngelakuin hal yang sama ketika masih menjadi penghuni baru di kosan.
"Kalau mereka gabisa bangun, gapapa kok, kita aja udah rame," sahut Kak Aira, mencegah agar Kak Bella jangan mengganggu tidur Lily dan Shannon.
"Hani aja bangun lho, demi bantuin Aira. Gapapalah, biar makin rame." Kak Shakira malah ngompor-ngomporin.
Kak Lizza mengucek-ngucek matanya, baru saja dipaksa bangun oleh Kak Bella dengan mudah, pasalnya dia tidak mengunci pintu dan menjadi sasaran pertama Kak Bella. "Udahlah, biarin aja mereka tidur lagi. Kasian kan...."
Namun, apapun yang diucapkan oleh para pembelanya, pada akhirnya Mbak Mega tetap ngasih kunci keramat itu kepada Kak Bella, lalu digunakan Kak Bella buat membuka kunci kamarnya. Kak Bella mulai dulu dari kamar Shannon. Tapi ternyata, pintu kamar Shannon tidak terkunci, sehingga Kak Bella langsung masuk ke kamarnya dengan leluasa.
"SELAMAT PAGI, SHANNON!" seru Kak Bella keras-keras.
Shannon masih tidur, tetapi dia juga masih bisa menyahut dengan jelas, "Hm ... Met pagi."
"Non! Jadi nggak mau ikut gebrek Anna-Anna itu?" tanya gue.
"Ini masih jam enam pagi, lho ...."
"Iya, nanti dia datangnya jam 6.30."
Shannon pun mau tidak mau akhirnya bangun. Wajahnya cemberut, tetapi entah kenapa Kak Bella tampak kegirangan, bak melihat anak bayi baru bangun dan kesel. Gue pun keluar dari kamar Shannon, kini ke kamar Lily yang pintu kamarnya sedang dibuka oleh Kak Shakira.
"Ini kenapa sih tiap ada penghuni baru, doyan banget ngunci pintu kamar?" tanya Kak Shakira, sedikit mengomel.
"Sendirinya dulu juga sama," celetuk Kak Aira.
KLIK. Pintu kamar Lily akhirnya terbuka. Belum lagi pintu kamarnya terbuka sepenuhnya, tiba-tiba kami mendengar suara Lily jejeritan dari dalam kamar.
"TUNGGU! BENTAR, BENTAR, BENTAR! JANGAN DIBUKA DULU!"
Gue langsung ingat kalau anak ini tidur pasti selalu ngelepasin semuanya. Aka bugil, atau tanpa sehelai benangpun. Tampaknya begitu mendengar suara klik, alarm tanda bahayanya langsung nyala, sampai-sampai dia langsung bangun.
Sayangnya, Kak Shakira nggak sempat membatalkan aksinya. Kak Shakira langsung mendorong pintu kamar selebar-lebarnya, bikin situasi sudah heboh pagi itu. Lily berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut tebalnya dan agak kepayahan menangkap selimut yang merosot. Setidaknya, meskipun tubuhnya terekspos hampir sebagian besar, Lily berhasil melindungi dan menutupi bagian-bagian pribadinya. Masih hanya aku dan Shannon yang tahu bentuk asli puncak susunya.
"KELUAR!" seru Lily dengan galak, sambil melempar bantalnya ke arah pintu keluar.
Kena pas di muka Kak Shakira, bikin dia buru-buru menarik pintu kembali dan menutupnya rapat-rapat. Nggak pake lama, kedengaran lagi suara klik, tanda Lily telah mengunci kembali pintunya.
"Buset galak amat dia," ucap Kak Shakira.
"Iya ... dia emang galak," jawab gue apa adanya, ngerasa sedikit bersalah juga kepada Lily karena gue lupa sama kebiasaan malamnya, atau kepada Kak Shakira yang kena timpuk bantal.
"Tapi susu Lily gede bener ya," oceh Kak Shakira sambil memperagakan kedua tangannya yang seolah ingin meremas Lily. "Mega pasti diam-diam berdoa, berharap Lily mau ngambil opsi pembayaran lain. Iya, kan Meg?"
Baru noleh ke Mbak Mega, kami semua ngelihat dia udah mimisan lagi.
Kak Lizza langsung buru-buru ngambil tissue dan memberikan pertolongan pertama mengatasi mimisan. Memang, malaikat banget Kak Lizza ini.
"Haduh, pagi-pagi jadi pengen susu murni ...." kata Mbak Mega ketika Mbak Lizza sedang menekan hidung Mbak Mega.
"Sorry, Meg, kita semua sekarang bangun buat ngelabrak Anna, bukan buat jadi sarapanmu," tolak Kak Shakira.
"Di saat-saat kayak gini, aku jadi kangen sama Irama," ucap Mbak Mega dengan sedih.
Dan masih di tengah-tengah kehebohan di pagi hari, jujur, gue mulai sering pusing mulu menghadapi situasi ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN MEGA [GXG]
Random[WARNING!] Cerita ini mengandung Girl x Girl / Lesbian / Yuri dan 18+! Bagi yang belum cukup umur, jangan baca! *** Aruna siap menghadapi masa-masanya menjadi mahasiswi baru di usianya yang ke 17. Bersama dua sahabatnya-Lily dan Shannon-dia pun men...