[CHAPTER 9]

42.2K 1K 25
                                    

Pukul empat sore, gue yang nggak bisa tidur memutuskan buat nungguin kepulangan Kak Bella di ruang tamu depan. Namun, tak kusangka akan mendapatkan ketukan pintu dari luar. Gue nggak nyangka bakalan dapat tamu dadakan kayak begini. Sebagai penghuni kos yang resmi, apakah gue boleh membukakan pintu? Apakah hanya Mbak Mega yang boleh membukakan pintu buat tamu?

Gue jelas nggak tau jawabannya karena tidak pernah ada aturan khusus yang ngejelasin tentang itu, tapi, apa yang bisa diharapin dari Mbak Mega saat ini? Dia pasti masih sibuk meminum susu segar langsung dari sumbernya.

"Iya, sebentar."

Gue pun membuka pintu, menemukan seorang cewek berjaket merah membawa sebuah kardus kecil di tangannya. Dia natap gue dengan tatapan aneh, gue pun ikut natap dia dengan bingung.

"Eh ... kenapa ya?" tanya gue.

"Ada paket," jawab cewek itu, tampak memeriksa keadaan di dalam kos, seperti tengah memeriksa sesuatu.

Gue sempat curiga kalau ni cewek mau maling, dan sudah hampir bersiap-siap menutup pintu. Kalau saja dia nggak segera menjelaskan keadaannya.

"Paket atas nama Kak Shakira, untuk pembayarannya COD ya, Kak," katanya. "Nominalnya tiga ratus delapan belas ribu rupiah."

Oh, beneran Mbak Kurir ternyata. Gue sempat su'udzon, soalnya jarang banget lihat pengantar paketnya cewek kalau di rumah gue dulu.

Gue langsung keingat sama masalah terberat yang gue hadapi saat ini.

Alamak, ini gue musti ngambil duitnya dari Mbak Mega. Artinya gue harus membuka kamar itu dan melihat pemandangan itu lagi. Gue harus nyiapin mental dan kuat-kuatin diri gue.

"Tunggu sebentar ya, Mbak, saya ambilkan uangnya dulu—" Gue sudah nyaris nutup pintu, sebelum akhirnya cewek itu menahan pintu, mencegah gue buat nutup pintu. "Kenapa, Mbak?" tanya gue dengan judes.

"Kakak pasti penghuni kos yang baru, ya?" tanya cewek itu.

"Terus kenapa?" tanya gue lagi.

"Nama saya Indah, kurir langganan sini, memang selalu nganterin paket Kak Shakira dan beberapa paket anak kosan sini," jelasnya.

LAH, TERUS KENAPA?! Gue beneran kesel banget, karena gue bukan hanya harus menghadapi keadaan di balik pintu kamar nomor tujuh, tapi juga harus ngurusin orang nggak sopan kayak gini.

"Kak Mega-nya mana ya? Biasanya dia yang bayarin paket COD anak kosan."

"Iya, ini saya lagi mau nyamperin Mbak Mega, biar bisa ngambil uang COD-nya," jawab gue, beneran kesal. "Mbak Indah tunggu sebentar di luar ya."

Mungkin kesannya gue yang nggak sopan ya, padahal gue cuma gadis yang baru tamat SMA, tapi sikap Indah juga nggak sopan sih, masak nahan gue biar ga nutup pintu, seolah pengen nyelonong masuk gitu aja.

"Hmm ... oke deh, Kak. Bilangin ke Mbak Mega ya, kalau saya datang," pesan Mbak Indah sebelum gue nutup pintu.

Memangnya mengapa Mbak Mega harus tau banget kalau dia datang ke kosan? Orang-orang mah biasanya pentingin yang penting paketnya nyampe. Ada-ada saja.

Gue sudah berjalan di depan kamar nomor tujuh—Kamar Kak Aira. Gue menghela nafas panjang, menenangkan diri agar ritme jantung gue nggak terlalu berdebar kencang. Setelah gue meyakinkan diri, akhirnya gue memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar itu.

Tok ... tok ... tok.

"Masuk aja." Kedengaran suara Kak Hani yang menjawab.

KOSAN MEGA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang