[CHAPTER 4]

63.7K 1K 102
                                    

Kami semua mengipas-ngipasi Mbak Mega yang pingsan setelah bergotong-royong membawanya ke tengah-tengah ruang tamu. Gue sampai harus bawa minyak kayu putih gue, karena ternyata di sini nggak ada yang tau Mbak Mega naruh minyak kayu putihnya dimana!

Di sela-sela menunggu Mbak Mega bangun, ada satu lagi penghuni kos yang pulang, namanya Kak Shakira—mereka semua meminta kami bertiga untuk memanggil mereka semua dengan sebutan 'Kak'.

Anehnya, Kak Shakira yang baru pulang waktu itu, tampak tidak kaget melihat Mbak Mega pingsan. Padahal, gue baru pertama kali melihat orang pingsan lho!

Kami menggunakan waktu pingsan Mbak Mega untuk berkenalan. Mereka juga langsung menjelaskan seluk-beluk dari Kosan Mega—seharusnya Mbak Mega yang menjelaskan ini, tapi apa boleh buat, dia sedang tak sadarkan diri.

Kamar nomor 1, gue—Aruna, seorang calon maba jurusan akuntansi. Gue punya keingintahuan yang tinggi, tapi gue ga kepoan, kok! Kata Lily aku pelit (padahal dia juga sama saja). Anak bontot di antara 3 bersaudara, tapi gue nggak manja atau adikable, kok!

Kamar nomor 2, Shannon, calon maba jurusan hubungan internasional (HI). Dia putri tunggal dari pasangan kongromerat yang namanya sering banget muncul di majalah bisnis. Dia yang paling tua di antara kami bertiga, tapi aku dan Lily nganggap dia kayak adik.

Kamar nomor 3, Lily, calon maba jurusan managemen. Lily seorang kakak sulung dari dua bersaudara. Dia nggak terlalu akur sama adiknya, seingat gue, tapi menurut gue sih mereka berdua cukup dekat. Lily ini radar antenanya kenceng banget, memungkinkan dia buat mengetahui gosip apapun lebih cepet.

Dan kami bertiga adalah bestie!

Kamar nomor 4, Kak Hani. Dia adalah seorang komikus web komik online, katanya. Dan alasan Kak Aira ada di dalam kamarnya dengan pakaian seperti itu karena dia telah membayar Kak Aira untuk menjadi referensi posenya.

Gue nggak bakal nanya komik macam apa yang dia gambar sehingga membutuhkan referensi cewek seksi berpakaian lingerie. Kak Hani nggak terlalu banyak omong, dan gue rasa dia juga ga berminat ngasih tau judul web komik yang sedang digarapnya.

Kamar nomor 5 masih kosong.

Kamar nomor 6, Mbak Mega, pemilik kosan yang sedang pingsan saat ini. Mereka semua bilang, ini bukan pertama kalinya Mbak Mega mimisan dan pingsan begini, gue jadi agak khawatir dengannya.

Kamar nomor 7, Kak Aira, orang yang menjadi referensi gambar pose lingerie Kak Hani. Katanya, dia seorang model pemula. Gue harus mengakui kalau Kak Aira punya wajah cantik dan porsi tubuh yang seksi dan menarik. Sayang sekali, dia belum terlalu terkenal dan malah lebih sering dapat tawaran menjadi simpanan orang.

"Enak aja jadi ani-ani Om-Om! Aku masih perawan ting-ting! Mau bayar berapa miliar buat keperawananku?!" seru Kak Aira dengan menggebu-gebu saat Kak Bella sedang menjelaskan tentang kalimat di paragraf sebelum ini.

Kamar nomor 8, Kak Shakira, karyawan kantoran yang baru pulang jam tujuhan, padahal jarak kantornya cukup dekat—iya, Mbak Mega sudah pingsan hampir dua jam-an. Kami semua sepakat buat panggil ambulance jika dia masih belum sadarkan diri setengah jam lagi.

"Ga mau tau! Pokoknya akhir tahun nanti, setelah THR cair, aku mau resign!" ucap Kak Shakira dengan berapi-api.

"Terus mau ngapain nanti? Jadi pengangguran juga kayak Aira?" tanya Kak Bella.

"ENAK AJA! Aku bukan pengangguran, ya!" balas Kak Aira dengan menggebu-gebu.

Kamar nomor 9, Kak Lizza, dia seorang perawat yang kerja di rumah sakit dekat kosan Mega dan jam kerjanya tergantung shift. Katanya Kak Lizza ini yang jam kerjanya paling membingungkan, karena dia sudah tidak kembali ke kosan Mega selama tiga hari berturut-turut.

KOSAN MEGA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang