"Gabisa tidur ya, kalian?" tanya Shannon tiba-tiba waktu kami lagi duduk di ruang makan, menyantap sarapan.
Gue kaget setengah mati. Kenapa Shannon yang biasanya lemot bisa tau? Apa jangan-jangan Shannon juga menyaksikan kejadian itu semalam?
"I-iya, gue masih butuh adaptasi di tempat baru," jawab gue.
"Gue juga," jawab Lily.
"Untung kita baru masuk ke kampus bulan depan. Nanti siang kalian masih bisa tidur siang, deh," ucap Shannon sambil menyantap nasi goreng buatan Mega. "Masakan Mbak Mega enak, ya."
Mbak Mega yang ada di ruang tamu ternyata bisa mendengar obrolan kami. "Terima kasih, Non."
"Sama-sama, Mbak," jawab Shannon dengan entengnya.
Gue ngelirik Lily yang menyantap nasi goreng itu dalam diam. Biasanya Lily yang paling cerewet di antara kami, tapi gue rasa Lily masih trauma karena kejadian semalam. Mungkin diam dan tak menceritakan kejadian yang gue lihat kemarin malam adalah hal terbaik. Bisa-bisa Lily ngajak pindahan detik ini juga, kalau sampai tau apa yang terjadi.
Katanya, pagi tadi sudah ada sesi sarapan untuk para kakak-kakak yang bekerja: Kak Bella dan Kak Shakira. Gue sempat keluar buat ke kamar mandi dan nolak tawaran Mbak Mega buat sarapan bareng mereka karena gue ingin sarapan dengan Lily dan Shannon.
Dari yang gue lihat, Kak Shakira tampak bersikap biasa saja, seolah kejadian semalam tidak beneran terjadi. Gue jadi bertanya-tanya, apakah Kak Bella tau soal ini?
"Kak Aira sama Kak Hani belum sarapan ya?" tanya Shannon ketika dia sampai di ruang tamu. Dia bahkan dengan santuy-nya duduk di samping Mbak Mega.
"Oh, mereka biasanya makannya agak siang, biar hemat biaya makan," jawab Mbak Mega.
Tak lama kemudian, pintu kamar nomor tujuh terbuka. Kak Aira keluar dengan tank top dan celana pendek. Gue nyaris aja melotot ngeri, karena gue refleks ngelirik ke arah Mbak Mega buat melihat reaksinya—persis seperti dugaan gue, Mbak Mega lihatin Kak Aira yang berjalan membelakangi kami, karena dia berjalan ke arah dapur dan kamar mandi.
"Tumben bangun agak pagi," komentar Mbak Mega.
"Aku lapar."
Tiba-tiba aja Mbak Mega berdiri dari duduknya. "Mau nasi goreng?" tanyanya.
"Mau," jawab Aira.
Gue yang panikan juga akhirnya ikut Mbak Mega berjalan ke arah yang sama. Lily dan Shannon tampak kebingungan, tapi gue ngasih kode ke mereka kalau gue pengen ke kamar mandi. Namun, tak sesuai dugaan gue, semuanya berjalan cukup normal. Mbak Mega hanya datang ke dapur untuk mengambil nasi goreng untuk Aira, bukan untuk menggaulinya.
Sumpaaaah, kenapa kesannya jadi gue yang mesum karena berpikir yang aneh-aneh?!
Saat gue keluar dari kamar mandi, gue ngelihat Mbak Mega duduk di seberang Aira, menemaninya makan. Gue jalan ke arah dapur, pura-pura ingin meminum air karena kehausan.
"Aira, uang bulananmu sudah telat tiga bulan lho." Mega mengingatkan.
"Aku langsung nyicil begitu uang dari Hani turun ya. Semalam aku pose buat dia hampir lima jam. Mana AC-nya dingin banget. Kayaknya bentar lagi aku masuk angin," jawab Aira.
"Kupikir udah selesai komiknya, ternyata belum, ya?" tanya Mega.
"Komiknya itu harus update dua kali sebulan dan kata Hani sudah mau selesai, kok," jelas Aira, sambil mengangkat sendoknya, lalu menyadari sesuatu. "Ini tanganku keseleo deh kayaknya, gara-gara pose kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN MEGA [GXG]
Random[WARNING!] Cerita ini mengandung Girl x Girl / Lesbian / Yuri dan 18+! Bagi yang belum cukup umur, jangan baca! *** Aruna siap menghadapi masa-masanya menjadi mahasiswi baru di usianya yang ke 17. Bersama dua sahabatnya-Lily dan Shannon-dia pun men...