Y/n menaikan sebelah alisnya saat melirik Jaemin yang menunjukan gelagat gugup sejak tadi. Berkali-kali melirik penampilannya lewat kamera ponselnya sendiri. Seolah dia sedang ingin melakukan kencan buta, padahal hanya ingin menjemput orangtua Y/n yang baru pulang dari luar negeri.
"Kau bisa diam tidak?" kesal Y/n pada akhirnya, "berhenti melihat penampilanmu dalam 5 menit sekali karena tidak ada perubahan apa pun Na Jaemin!"
"Aku gugup bertemu dengan orangtuamu."
"Selama kau memakai baju, kau masih tergolong sopan," balas Y/n asal, "lagi pula kau hanya bertemu orangtuaku. Bukannya bertemu calon mertuamu."
Y/n mengeluarkan uang di tas jinjingnya, dia menggeser Jaemin yang menutupi vanding machine di belakang tubuh pria itu.
"Kau mau beli apa?"
"Kopi. Aku mengantuk."
Begitu kopi keluar dari vanding machine, Jaemin langsung mengambilnya dan menaruh kaleng kopi tersebut di punggungnya seakan tidak memperbolehkan Y/n meminum kopi tersebut.
"Berikan kopiku." Tangan Y/n mencoba meraih kopi yang ada ditangan Jaemin. Tapi pria itu tidak membiarkannya.
"Kau tidak boleh minum kopi. Yang aku baca, kopi itu bisa menyebabkan dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak jantung juga akan meningkat."
"Hah?" Y/n mengerutkan dahinya, "sudah sepuluh tahun lebih aku mengkonsumsi kafein dan kau bisa lihat sendiri aku masih hidup sampai sekarang."
"Jaemin benar Y/n, kau harus mengurangi kafein mulai sekarang." Suara seorang wanita mengintrupsi.
Keduanya menoleh ke sumber suara, orangtua Y/n yang mereka tunggu sejak tadi sudah sampai di bandara dan menghampiri mereka.
Berbeda dengan Y/n yang sudah pernah bertemu dengan orangtua Jaemin. Pria itu sama sekali belum pernah bertemu dengan orangtua Y/n, Jaemin langsung menyalami keduanya dan membantu ayah Y/n mendorong trolley yang berisi barang bawaan.
Sementara Y/n masih memberdebatkan perihal kafein. "Sejak kapan eomma dan appa jadi ikut membenci kafein?"
Ayahnya menjawab, "sejak membaca beberapa artikel tadi di pesawat."
"Artikel apa sih yang kalian baca?" gerutu Y/n.
Di saat Jaemin lengah, Y/n mengambil kembali kaleng kopi itu. Namun ibunya merampas kaleng tersebut dan langsung membuangnya ke tempat sampah.
Y/n mengerucutkan bibirnya kesal.
"Nanti akan eomma buatkan jus buah untukmu."
Jaemin membungkukan sedikit tubuhnya. "Terimakasih sudah membantuku, eomoni."
Y/n mendelik ke Jaemin mendengar panggilan pria itu untuk ibunya. Terlebih ibunya tampak tidak masalah juga.
Kedua orangtuanya berjalan mendahului mereka. Y/n langsung berceletuk. "Sejak kapan kau memanggil ibuku, eomoni?"
"Seperti yang kau lihat, sejak tadi," balas pria itu tanpa masalah, tidak mempedulikan keheranan Y/n.
Selama beberapa hari kehidupannya diganggu oleh Jaemin, Y/n seperti sedang mengumpulkan puzzle mengenai kenapa pria itu terus mendekatinya. Dan pikirannya pun langsung tertuju pada perjodohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky » Jaemin X You
FanfictionPart of Fantasy Series. WARNING! Rating 22+ Mature Content🔞 Not Children *** Jaemin bisa melihat apa yang orang lain bayangkan dalam pikiran mereka. Hidupnya tidak pernah datar karena kemampuan khususnya itu, terlebih ketika dirinya bertemu dengan...