16.

346 58 12
                                    

                Calon istrinya itu, menjawab pertanyaan Jaemin tadi dengan kebohongan penuh.

Mencoba merangkai banyak kata yang terdengar masuk akal, lengkap dengan matanya yang terus menatap Jaemin seolah apa yang dikatakannya adalah kebeneran. Bagus juga wanita itu yang belajar sedikit tentang psikologi menyangkut tingkah laku seseorang yang sedang mengatakan kebohongan.

Sayangnya, dia tidak tau satu hal. Kalau Jaemin bisa melihat visualisasi yang orang lain pikirkan hanya lewat tatapan mata. Dan Y/n tipikal memikirkan apa yang sebenarnya terjadi ketika sedang berbohong.

Jadi Jaemin tau semuanya.

Bahwa tadi calon istrinya itu bertemu diam-diam dengan Hendery.

Tapi tak ada untungnya juga dia berdebat mengenai ini. Bukannya yang lebih penting mencari tau lebih jauh mengenai hubungan keduanya di masa lalu?

"Aku tidur di kamar mu ya?" Jaemin menarik bawah piyama Y/n ketika wanita itu hendak masuk ke kamarnya.

Mata wanita itu memicing curiga. "Kan ada kamar tamu. Tidur di kamar tamu saja."

Jaemin menggeleng. "Aku 'kan sedang sakit. Masa kau tega, sih?"

"Kau hanya dipukul Jeno sedikit, bukannya dibuat sekarat," desis Y/n, "sana tidur sendiri saja. Sinyal bahayaku mengatakan kau mau berbuat yang tidak-tidak karena orangtuaku sedang pergi."

Jaemin mendengus geli. Terulang kembali Y/n yang memikirkan adegan dewasa yang pernah mereka lakukan. "Untuk apa aku berbuat sesuatu yang membuatmu kenikmatkan itu? Toh sebentar lagi kita menikah, setiap hari juga bisa," candanya.

Y/n menutup telinganya, wajahnya memerah. "Cukup! Jangan berbicara kotor seperti itu lagi ya, mesum."

"Aku tidak mesum. 'Kan kau sendiri yang membayangkan reka ulang adegan di hotel."

"Sudahlah, aku malas berdebat denganmu!"

Y/n membuka pintu kamar, bergerak cepat masuk ke sana. Namun gerakan Jaemin yang lebih cepat, berhasil membuatnya ikut masuk ke kamar Y/n.

"AAAA!"

Tidak.

Bukan Y/n yang berteriak karena kaget Jaemin ikut masuk ke kamarnya.

Teriakan itu berasal dari Jaemin yang terkejut setengah mati, hampir saja rohnya keluar dari tubuh ketika berhasil masuk ke kamar Y/n.

"A-apa-apaan ini semua?!" pekiknya menunjuk interior kamar Y/n.

Satu rak penuh merchant menyangkut boygrup yang di idolakannya itu. Sudah termasuk album, lightstick, juga perintilan lain tak penting yang hanya menghabiskan gaji bulanan saja.

Photocard? Poster? Jangan ditanya berapa jumlahnya, sepertinya sebelas dua belas dengan kamar stalker.

Beberapa hal itu bisa Jaemin toleransi. Kecuali hal gila yang membuatnya tak habis pikir ini.

Ranjang dengan bedcover foto Junkyu, serta sarung bantal pada gulingnya seolah ketika tidur memeluk guling tersebut sama seperti memeluk Junkyu. Jangan lupakan beberapa standee Junkyu yang sebesar ukuran manusia normal yang terdapat di sudut ruangan seakan memperhatikan orang yang sedang tidur di ranjang abnormal itu.

"Kau bisa tidur di tempat seperti ini?!"

Jaemin pasti tidak bisa tidur nyenyak semalaman ini karena terbayang musuhnya yang terus menatapnya lewat standee itu.

Belum lagi membayangkan jika standee itu dimasuki iblis kemudian bergerak sendiri layaknya di film-film horror. Conjuring contohnya. Hanya saja ini standee, bukan boneka Anabel.

Blue Sky » Jaemin X YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang