17🔞

600 62 6
                                    

Jaemin menunggu di altar agak gelisah kala wanita yang beberapa detik lagi menjadi istrinya ini, tengah digandeng ayahnya menuju altar untuk diserahkan kepada Jaemin yang akan menjadi suaminya.

Y/n tersenyum dibalik veil nya yang nampak menerawang. Manis sekali, pasti lebih terlihat cantik saat Jaemin membukanya nanti.

Samar tapi masih terlihat jelas olehnya. Ketika mata wanita itu bukan tertuju padanya, melainkan pada pria lain yang datang ke pernikahan mereka bersama istri dan anaknya.

Isi pikiran wanita itu pun berkhayal pada halusinasinya sendiri bagaimana jika yang menunggunya itu bukanlah Jaemin.

Tepat sekali saat Jaemin menggenggam tangannya sebelum mengucapkan janji pernikahan. Jaemin berbisik padanya, pelan sekali di mana hanya Y/n yang dapat mendengarkannya.

"Suami mu ini Na Jaemin, bukannya pria lain yang dari tadi kau lihat."

Y/n mencubit pelan punggung tangan Jaemin, menyamarkan rasa keterkejutannya. Dia tak menyadari Jaemin memperhatikannya sejak tadi. "Memangnya siapa yang aku lihat? Aku hanya melihatmu."

Pembacaan janji pernikahan diucapkan keduanya dengan khidmat.

Sama sekali tak terlihat jika unsur adanya pernikahan ini karena perjodohan sepihak yang Jaemin usul pada keluarga wanita yang sebenarnya belum memiliki perasaan apa pun padanya.

Tapi dengan siapa pun hati wanita itu masih tertaut, sekarang ini tetap dia pemenangnya 'kan. Walau agak jengkel juga karena bayangan visualisasi yang Y/n pikirkan di altar tadi, terus bersarang di otak Jaemin.

Tak pernah dirinya semenyesal ini punya kemampuan bisa melihat isi pikiran orang lain.

Kalau bisa memilih, sepertinya lebih enak jadi orang normal seperti Jeno saja. Atau minimal, bisa melihat masa lalu seperti yang sering Chenle guyonkan mengenai kelebihannya itu. Asalkan jangan bisa mendengar isi hati orang lain layaknya Renjun. Itu lebih parah lagi.

"Istriku dulu juga sempat dijodohkan orangtuanya," ujar Haechan di tengah obrolan mereka yang membahas pernikahan Jaemin.

"Tak usah kau ceritakan," timpal Renjun, "satu perusahaan tau hal itu. Sampai detik ini masih jadi buah bibir yang membuat kupingku pengang tiap mendengarnya."

Tapi masih juga Haechan bicarakan, "untung saja istriku membangkang orangtuanya. Jadi dia tidak menuruti perintah orangtuanya. Coba kalau iya-iya saja seperti istrinya Jaemin." Maniknya mengerling meledek satu temannya yang percintaannya masih abu-abu, "pasti aku masih terjebak dihubungan tidak jelas, iya 'kan, Renjun?"

"Jangan ribut dipernikahan temanmu sendiri," Mark menahan Renjun yang maju selangkah ingin memukul Haechan.

Jaemin tak merespon. Jeno yang paling dekat dengan Jaemin pun menyadari arah dari pandangan temannya itu.

Di mana kepala Jaemin tertuju jelas pada Y/n yang bercengkrama dengan teman-teman sekolahnya.

"Apa ada yang menganggu pikiranmu?" tanya Jeno.

Tak kunjung mendapat sahutan dari yang ditanya, Jeno memanggil, "Jaemin."

Jaemin tersentak. Menyinggungkan senyum kecil pada teman-temannya yang berkumpul bersamanya. "Tidak ada, sih."

Sebisa mungkin untuk tidak menimpali di dalam hati agar temannya itu tak bisa mendengar kebenaran yang dia rasakan.

Jangan berpikiran yang buruk. Sekarang Y/n sudah menjadi istrinya, apa lagi pria yang dulu disukai Y/n sudah menikah dan memiliki anak.

Tak mungkin keduanya berbuat gila 'kan.

***

Y/n keluar dari toilet kamar hotel. Dia mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.

Blue Sky » Jaemin X YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang