X

9 1 0
                                    

Sepanjang perjalanan, di dalam mobil tersebut hanya diisi dengan ocehan Leo yang menceritakan bahwa akhir-akhir ini ia mempelajari dunia astronomi. Abi yang awalnya membelikan buku tentang planet-planet, akhirnya dibuat pusing karena anaknya itu minta naik roket. Falisha yang sedari tadi menyimak cerita Leo pun hanya bisa tertawa dan juga takjub dengan pengetahuan anak kecil satu itu.

Ia pun memberi pengertian bahwa hanya antariksawan yang boleh mengendalikan roket. Oleh karena itu, Falisha pun memberitahu Leo tentang adanya profesi antariksawan atau yang lebih dikenal dengan astronaut.

"Ya udah besok kalau sudah besar Leo mau jadi astronaut saja Aunty."

"Kalau gitu belajar yang rajin ya biar bisa jadi astronaut yang hebat, oke?" Pertanyaan Falisha tersebut disambut anggukan semangat oleh Leo.

"Tapi beneran nggak bisa ya coba masuk ke roketnya sekarang Aunty?"

Falisha menggeleng gemas, "Nggak bisa, tapi Leo bisa datang ke Planetarium Skyworld kalau mau lihat eduwisata antariksa."

"Oh ya?" Tanya Leo dengan mata berbinar, "Deket nggak Aunty dari rumah?"

"Deket, nanti kalau libur sekolah kamu bisa minta sama Bapak buat ditemanin ke sana." Bukan Falisha, melainkan Abi yang menjawab pertanyaan Leo.

Falisha tersenyum dan ikut menanggapi, "Tuh bisa minta ke Bapak besok pas libur, bentar lagi Leo libur panjang kan sekolahnya?"

Leo mengangguk, "Iya bentar lagi aku libur panjang terus langsung masuk kindergarten deh, tapi Aunty mau ikut nemenin juga kan ke Skyworld?"

Abi segera menyahut sebelum Falisha menjawab, "Nggak bisa dong Leo, Aunty Falisha juga ada kesibukan sendiri. Nanti Leo sama Bapak aja ya?"

Mungkin kalau Sinta ikut di dalam mobil, Abi pasti sudah diomeli karena menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Padahal Abi hanya merasa sungkan karena selalu merepoti Falisha.

"Ya sudah kita ke sananya pas Aunty Sha lagi nggak sibuk aja Bapak." Jawab Leo sembari menyamankan kepalanya di dada Falisha karena ia mulai mengantuk.

Falisha tergelak mendengar ucapan polos Leo, ia sedari tadi hanya bisa menyimak interaksi lucu antara anak dan ayah itu sembari mengelus lembut surai Leo untuk memberikan kenyamanan pada anak itu. Dengan begitu, ia berharap Leo bisa segera menjemput alam mimpinya karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Jadwal maksimal Leo harus tidur.

Tak lama terdengar dengkuran halus yang berasal dari sosok mungil di dekapan Falisha.

Abi menoleh sekilas ke arah Falisha, "Udah tidur anaknya?"

Falisha mengecek sekali lagi ke arah mata Leo untuk memastikan bocah itu sudah benar-benar terlelap atau belum. "Iya, udah Mas."

Abi mengangguk, "Syukurlah, kalau begitu saya antar kamu dulu ya."

"Eh nggak usah Mas, setelah perempatan di depan kan rumahnya Mas Abi, langsung nurunin Leo aja biar nggak kebangun kalau harus dipindah ke car seat. Nanti baliknya saya bisa naik taksi aja biar Mas Abi nggak perlu muter kejauhan." Ya, restoran tadi memang lokasinya dekat dengan kediaman Abi.

"No, saya bakal tetap antar kamu. Lagian saya juga sudah dipasrahi Mama tadi. Justru saya yang harusnya memastikan, apakah kamu nggak keberatan kalau singgah sebentar di rumah saya?" Ia kembali menoleh ke arah Falisha ketika sedang berada di lampu merah.

Falisha menggeleng sejenak, "Nggak masalah kok Mas."

"Oke. Maaf ya, saya selalu merepotkan kamu di setiap pertemuan kita."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang