II

27 2 0
                                    

"Makan yang banyak ya Leo, jangan malu sama Oma dan Opa oke?" Ucap Ibu Falisha kepada anak kecil yang sedang duduk di samping Falisha dengan anteng.

Meliana Ananta, istri dari Satya Putra Ananta. Seorang putri dari mantan menteri pendidikan Indonesia beberapa tahun silam yang akhirnya menikah dengan pemilik perusahaan kayu terbesar di nusantara. Sepuluh tahun bersama tidak dikaruniai anak, akhirnya mereka memutuskan untuk mengadopsi anak perempuan dari sebuah panti asuhan. Hingga saat ini usia pernikahan mereka sudah menginjak angka 30 tahun dan anak itu sudah besar. Falisha Nala Arkadewi yang saat ini namanya juga berimbuhkan Ananta di belakangnya. Tumbuh sebagai perempuan cantik dan mandiri yang akhirnya turut berkecimpung di dunia pendidikan sama seperti Meliana. Lama tinggal di Kanada, akhirnya Falisha kembali ke Indonesia dan tiba-tiba membawa seorang anak kecil yang nampak polos, tetapi tampannya bukan main.

"Enak Leo?" Tanya Satya yang melihat Leo lahap ketika disuapi oleh Falisha.

"Enak banget Opa. Leo baru kali ini makan sayur banyak karena rasanya enak sekali terus disuapi sama Aunty yang cantik dan baik." Orang-orang di meja makan itu tertawa bersama mendengar ucapan Leo. Entah mengapa semenjak bangun tidur Leo semakin lengket dengan Falisha. Bahkan anak itu baru mau makan setelah Falisha menyuapinya. Padahal ketika di bandara tadi Ia mau makan sendiri. Aneh sekali memang.

"Ini anak ya kecil-kecil sudah pintar gombal," ucap Meliana. "Oh ya Leo ingat nggak nama orang tua atau alamat rumah Leo?" Lanjutnya. Mungkin saja anak usia 3 tahun itu tidak tahu, tetapi mari kita coba dulu siapa tahu dari situ mereka mendapat pencerahan.

"Nama Bapak aku Bapak Abi, terus yang kemarin ninggalin aku di bandara itu Tante Cantika. Oma Opa diam aja ya, Tante Cantika itu namanya aja kalau mukanya sama sekali tidak cantik, sukanya pake tepung ketebalan terus bibirnya selalu diwarnai merah. Pokoknya tidak sesuai dengan namanya. Oh iya aku juga punya Eyang, namanya Eyang Sinta dan Eyang Rama. Biasanya kalau Bapak lagi kerja aku main bareng Eyang atau suster yang jaga aku." Cerita Leo panjang lebar.

Sejenak Satya berpikir dalam setelah mendengar nama-nama yang cukup familiar di telinganya. Begitupun dengan Meliana. Memang nama Rama dan Sinta sangatlah banyak di Indonesia, tetapi Rama dan Sinta yang memiliki anak bernama Abi yang mereka kenal hanya satu.

"Menurut Ayah yang dimaksud Leo itu Mas Rama mantan menteri PUPR bukan?" Tanya Meliana kepada Satya. Satya mengangguk menanggapinya, "kemungkinan besar iya Bu."

"Ayah sama Ibu kenal sama Eyangnya Leo?" Falisha bertanya setelah melihat kedua orangtuanya berdiskusi sejenak.

Satya menganggukkan kepalanya, "Ayah ingat Mas Rama beberapa waktu lalu sempat cerita kalau istrinya sedang berusaha menjodohkan putranya—Abi dengan anak Pak Danu yang kedua."

"Cantika Arumi, yah?" Tanya Falisha. Ia tahu siapa perempuan itu, Ia pernah berkenalan dengannya beberapa tahun lalu ketika menemani ke acara reuni SMA sang Ibu.

Satya mengangguk, "sebentar ya Ayah coba pastikan dulu." Satya langsung meraih ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang yang dimaksud Leo tadi.

Tak lama kemudian Satya mematikan sambungan teleponnya setelah mengobrol sebentar dengan lawan bicaranya.

"Benar, mereka sedang kebingungan mencari Leo. Ayah sudah bilang malam ini Leo biar tidur di sini saja, besok pagi keluarga mereka akan datang menjemput Leo."

Falisha dan ibunya menghela napas lega. Tak ada yang lebih melegakan dari ini. Akhirnya tertemukan juga titik terang dari hilangnya bocah lucu bernama Leo ini. Ternyata semudah itu, kenapa Falisha tadi harus berlama-lama di bandara menunggu keluarga Leo jika ternyata justru sang Ayah mengenal eyangnya Leo. Memang benar ya kata orang-orang, lu punya duit lu punya kuasa.

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang