VIII

10 2 3
                                    

Falisha menepati janjinya, di waktu pagi menuju siang hari ini perempuan itu sudah berada di kediaman Abi. Falisha sempat pulang ke rumah terlebih dahulu hanya untuk mandi saja dan langsung tancap gas ke rumah Abi. Sesuai permintaan Leo kemarin, ia datang membawa oleh-oleh dan ada juga bricks, mainan favorit Leo.

"Apa kabar Falisha, maaf saya selalu merepotkan kamu," Abi menyambut Falisha dengan raut wajah bersalah.

"Nggak repot sama sekali kok Pak Abi."

"Eh Falisha udah datang," tiba-tiba datang Sinta—ibu dari Abi.

Falisha segera menyalami wanita paruh baya itu.

"Pagi Tante, maaf baru datang sekarang padahal Pak Abi sudah menghubungi saya kemarin."

"Aduh nggak usah minta maaf, harusnya Tante yang minta maaf. Oh iya, kamu kalau manggil Abi nggak usah pakai 'pak' kasihan dia jadi kelihatan makin tua." Ucap Sinta bergurau.

"Oh iya maaf Tante kebiasaan."

"Nggak apa-apa, ya sudah ayo masuk."

Sembari melangkahkan kakinya masuk, Falisha justru bingung harus memanggil Abi dengan sebutan apa setelah ini.

Duh, manggil apa ya, mas? kak? atau langsung sebut nama aja?

Ya sudah, pikirkan nanti saja kalau memang Falisha butuh memanggilnya.

Falisha pun segera masuk ke kamar Leo dan mengecek suhu badan anak tersebut. Dahinya masih terasa hangat.

"Kemarin sore anaknya udah dicek dokter dan diminumin obat, syukurnya pagi ini demamnya sedikit menurun. Tapi ya gitu, nafsu makannya masih belum balik Sha."

Sinta memberikan penjelasan kepada Falisha, "Ini aja tadi baru bisa bobok anteng sebelum subuh."

"Terakhir mau makan kapan Tante?" Tanya Falisha dengan raut khawatir terpampang di wajahnya.

"Semalem cuma 3 sendok habis itu minum obat, tapi jam 2 pagi tadi sempet muntah. Terus semingguan ini emang anaknya susah makan, padahal Leo jarang rewel soal makanan, iya kan Bi?" Sinta melempar pertanyaan ke putranya yang berdiri di dekat pintu memperhatikan interaksi kedua wanita di depannya.

Abi menganggukan kepala.

"Saya udah kasih segala alternatif, tapi anaknya cuma mau minum susu aja, itu juga semalam dia mau makan karena kamu bujuk lewat telpon."

Falisha mengangguk paham. Ia kemudian memikirkan solusi yang mungkin bisa membantu Leo kembali nafsu untuk makan, meskipun ia bukan expert di bidang ini.

Falisha pun izin menggunakan dapur di kediaman Abi untuk menyiapkan makanan agar ketika bangun nanti Leo mau diajak sarapan, ya meskipun ini lebih cocok disebut brunch karena sebentar lagi sudah memasuki waktu makan siang. Abi sempat mengatakan bahwa ia tak tega membangunkan Leo karena anak itu baru tertidur selama 4 jam.

Falisha mengolah bahan makanan yang ada, menurutnya semua kunci terletak di tampilan yang menarik. Ia teringat saat kecil dulu pernah dibuatkan ibunya semacam bento box agar Falisha mau makan sayur. Semoga Leo juga bisa terbantu dengan itu. Falisha pun menata hasil masakannya semenarik mungkin, ia bahkan membentuk nasinya menjadi seperti tokoh kartun favorit Leo.

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang