"Maafkan saya Falisha, saya tidak tahu kita akan berakhir seperti ini. Sekali lagi, mohon maafkan saya." Abi sedari tadi tidak ada habisnya untuk mengucapkan kata maaf kepada Falisha.
"Pak Abi tidak apa-apa, kita semua tidak ada yang tahu hal ini akan terjadi. Tenang saja ini hanya luka ringan, Bapak fokus saja ke Leo, ya?"
Abi benar-benar tidak tahu lagi harus membalas Falisha dengan apa. Perempuan itu terlalu baik. Sedari awal bertemu Abi sudah merepotkannya. Abi tidak tahu lagi harus menaruh wajahnya dimana. Dia benar-benar malu sekarang.
Beberapa hari setelahnya, ketika Falisha sedang bersantai di depan televisi, ia dibuat terkejut dengan apa yang sedang ditayangkan di sana. Terdapat berita bahwa selebriti cukup terkenal yang juga merupakan salah satu anak politisi tanah air tersangkut kasus kekerasan. Perempuan itu diketahui pernah melakukan perundungan semasa sekolahnya dan baru-baru ini juga melakukan kekerasan terhadap salah satu aktris pendatang baru. Tak hanya satu aktris saja. Bahkan ART nya ada yang pernah disiksa dan tak diberi upah selama satu tahun bekerja bersamanya. Ya, perempuan itu adalah Cantika Arumi. Perempuan yang kemarin dengan sengaja menumpahkan kopi panas kepada Falisha.
Secepat itu?
Apakah ini pembalasan yang dilakukan Abi?
Berbagai spekulasi muncul di kepala gadis cantik itu. Falisha benar-benar merasa kejadian kemarin bukan merupakan masalah yang besar, tetapi Abi membalasnya dengan tidak main-main. Citra Cantika pasti akan langsung menurun di mata masyarakat dan tentunya hal tersebut juga akan memengaruhi sang ayah yang berkecimpung di dunia politik. Yang Falisha tahu, ayah dari wanita itu sedang akan mencalonkan diri di pemilu tahun ini. Pasti berita ini akan menghancurkan keluarga mereka.
Falisha tak mau ambil pusing. Mulai sekarang ia tak boleh meremehkan Abi. Ya, dia memang tidak ada niatan buruk dengan pria itu, tetapi ini menjadi peringatan untuknya bahwa ke depannya Ia harus benar-benar menjaga sikapnya. Ah Falisha ingat, Abi pasti membalas Cantika dengan seniat ini karena wanita itu pernah menelantarkan anaknya juga sebelumnya. Pasti banyak hal yang sudah terjadi di antara mereka hingga separah ini.
Keesokan harinya, Falisha kembali disibukkan dengan berbagai program yang akan Ia terapkan di yayasan juga sekolah inklusi yang baru saja didirikannya. Besoknya lagi ia juga harus kembali mendatangi sekolah yang berada di daerah terpencil tersebut.
"Mbak Falisha, tiketnya sudah saya pesankan ya, berangkat jam 08.00 besok pagi." Sahut Rita, asisten Falisha yang baru saja di-hire-nya beberapa waktu lalu.
"Oke, makasih ya Rit."
"Sama-sama mbak. Oh iya, siang ini Mbak Falisha mau makan apa, biar saya pesankan." Tanya Rita.
"Kayaknya nggak usah Rit, saya habis ini mau mampir ke yayasan dulu. Biar makan siang di jalan saja nanti sekalian otw ke sana."
Rita pun mengangguk paham lalu ia izin kembali ke mejanya untuk meneruskan pekerjaannya.
Tepat di jam makan siang Falisha akhirnya beranjak untuk berpindah tempat. Ia memutuskan mampir untuk makan siang di salah satu restoran langganan ibunya yang menyediakan makanan khas Indonesia. Siang ini tiba-tiba ia ingin makan nasi pecel dan es teler, kebetulan sekali restoran itu memiliki menu tersebut serta rasanya memang enak.
"Loh Nak Falisha?"
Suara teguran itu terdengar ketika Falisha sedang memasuki restoran yang ditujunya. Seorang wanita paruh baya dengan dress hijau dan rambut yang disanggul berjalan anggun mendekati Falisha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Plane
ChickLit5 tahun merantau di Kanada tanpa pulang sekalipun ke Indonesia, eh sekalinya pulang Falisha bawa bayi??? Bukan, bukan. Falisha bahkan belum menikah. Balita itu Ia temukan ketika sedang menunggu bagasi setelah turun dari pesawat. Sebuah pesawat kerta...