IV

18 2 0
                                    

"Aunty Falisha!"

Falisha yang sedang berjalan ke arah parkiran di salah satu sekolah swasta ternama di kotanya pun langsung menoleh ke belakang ketika mendengar suara anak laki-laki meneriakkan namanya. Suara anak kecil yang beberapa hari ini Ia rindukan karena mereka belum bersua kembali setelah kejadian hilang di airport itu.

"Loh Leo sekolah di sini?" Falisha bertanya sembari memeluk Leo.

"Iya Aunty, aku PAUD di sini. Sebentar lagi aku masuk TK loh." Falisha melepas pelukannya dengan Leo, tetapi tetap mempertahankan posisinya berjongkok di depan Leo yang mana tingginya hanya sebatas pinggangnya. "Nah itu Bapak udah datang jemput aku!" Leo berseru sembari menunjuk ke arah Bapaknya yang berjalan keluar dari mobil.

"Loh Falisha kamu ada di sini juga?"

"Ah iya, selamat siang Pak Abi. Kebetulan saya memang sekarang bekerja di sini."

Abi sedikit terkejut mendengarnya. Falisha anak dari seorang pengusaha ternama—Satya bekerja sebagai seorang guru?
Abi segera menghilangkan pikirannya yang judgemental itu. Mungkin bekerja yang dimaksud Falisha di sini adalah sebagai pemilik sekolah. Tidak mungkin kan dia hanya menjadi salah satu guru di sini.

"Saya memang mengajar di sini. Rencananya saya di tempatkan di jenjang SD baru mulai bekerja minggu depan sekaligus menggantikan nenek saya untuk memegang yayasan ini sekarang karena beliau ingin rehat dari bekerja."

Abi kembali dibuat terkejut. Apakah Falisha seorang peramal yang mampu membaca pikirannya.

"Ah saya nggak bisa baca pikiran tapi raut wajahnya Pak Abi kelihatan aja gitu, jadi saya jelasin deh." Ucap Falisha lalu meringis sungkan.

"Oke mulai sekarang saya akan coba kontrol raut wajah saya biar nggak gampang ketebak." Abi menanggapi dengan candaan.

"Oh iya karena kebetulan kita bertemu di sini, bagaimana kalau kamu ikut mobil saya saja atau kamu malah membawa kendaraan sendiri ke sini?"

"Iya Aunty ayo main ke rumah Leo. Kata Bapak tadi Aunty mau makan siang bareng kita kan?" Leo ikut menyahuti dengan antusias.

Falisha mengangguk mengiyakan seruan Leo. "Oke saya ikut langsung sama Pak Abi saja kalau begitu. Untungnya tadi saya ke sini diantar sopir, jadi nanti saya bisa meminta sopir untuk menjemput di kediaman Bapak saja."

Sebenarnya Abi masih ingin menanggapi untuk nantinya Falisha tidak perlu meminta sopirnya menjemput, tetapi akhirnya Abi memilih untuk menyetujui perkataan Falisha saja agar mereka bisa segera meninggalkan sekolah. Masalah mengantar pulang bisa dibicarakan lagi nanti agar lebih terkesan natural juga.

Lima belas menit kemudian akhirnya mereka bertiga sampai di kediaman Abi. Leo yang sedari tadi duduk di pangkuan Falisha masih sibuk membicarakan kegiatan sekolahnya ketika Abi sudah membukakan pintu mobil untuk Falisha. Anak itu benar-benar merasa dekat dengan Falisha padahal baru bertemu sekali dan setelahnya mereka tidak bertemu beberapa hari, tapi anak itu tidak merasa sungkan untuk membagikan segala ceritanya kepada Falisha.

"Leo sekarang ganti baju dulu ya sama suster." Pinta Abi ketika mereka sudah masuk ke dalam rumah.

"Sama Aunty saja boleh tidak, Bapak?"

"Aunty kan tamu kita jadi biarkan istirahat dan duduk dulu di sini."

"Eh nggak apa-apa Pak Abi, kalau memang diperbolehkan menemani Leo saya dengan senang hati bersedia kok."

"Yesss. Boleh ya Bapak, Leo soalnya pengen nunjukkin koleksi mainan Leo ke Aunty Sha."

Abi menghela napas, "yaudah sana jangan lama-lama ya, setelah itu kita masak bareng nanti."

Leo kembali bersorak gembira dan segera mengajak Falisha ke kamarnya yang terletak di lantai 2, tepat berada di seberang kamar Abi. Falisha segera membantu Leo mengganti seragamnya lalu mencuci tangan dan kaki. Setelah itu Leo kembali mengoceh tentang mainannya yang begitu banyak.

Tak lama suster Ayu mengetuk pintu kamar Leo dan memberitahukan mereka bahwa Abi sudah menunggu di dapur. Ketika sampai di dapur, Falisha disuguhkan pemandangan Abi yang memakai pakaian santai kaus hitam polos dan celana pendek yang berwarna senada, sedang menyiapkan bahan-bahan memasak.

Benar-benar definisi hot daddy, batin Falisha. Ia ingat ayahnya pernah mengatakan bahwa usia Abi sekitar 35an, tetapi kalau Abi mengatakan usianya masih kepala dua pun Falisha akan percaya. I mean look at his side profile, terlalu sempurna untuk seukuran bapak-bapak dengan satu anak. Bahkan Falisha tidak melihat adanya uban ataupun keriput di sana.

"Ini saya jadi boleh bantu kan ya Pak Abi?" Tanya Falisha memastikan agar tidak terjadi miskomunikasi seperti di obrolan daring semalam, tetapi juga berniat sedikit bergurau.

"Tentu boleh, astaga maafkan saya semalam. Saya bukan bermaksud tidak memperbolehkan."

Falisha tertawa, "iya saya paham kok, hanya memastikan kembali saja." Abi ikut tertawa menanggapinya.

"Bapak kita jadi masak steak sama mashed potato?"

"Iya, Leo mau request yang lain?"

Leo menggeleng, "nope, tapi tadi Aunty bilang mau masakin puding yang enak kayak yang Leo makan pas ke rumah Aunty kemarin."

"Ah iya, kebetulan tadi saya bawa bahannya." Falisha menunjukkan tote bag yang dibawanya. "Cuma saya izin pinjam alat masaknya ya Pak Abi?"

"Iya pakai saja tidak perlu izin, anggap saja dapur sendiri."

Setelahnya mereka bertiga fokus dengan masakan masing-masing.

Tak banyak hal yang terjadi setelahnya, selain mereka melanjutkan makan siang bersama ditemani dengan obrolan-obrolan ringan yang tentunya didominasi oleh Leo. Leo yang sangat aktif sempat mengajak Falisha bermain bersama sampai Ia ketiduran beberapa jam kemudian. Abi tadi hanya sempat menemani sebentar karena setelahnya Ia berpamitan untuk mengerjakan beberapa hal di ruang kerjanya.

"Oh udah tidur anaknya?" Tanya Abi yang baru saja masuk ke kamar Leo dan langsung disuguhkan pemandangan anaknya yang tidur nyenyak di pelukan Falisha.

Falisha bergerak pelan tanpa suara agar tidak membangunkan Leo yang baru saja terlelap.

"Iya Pak Abi. Saya izin untuk pulang terlebih dahulu apakah nggak papa?"

"Nggak papa biar saya antar saja. Mungkin Leo bisa menangis saat bangun karena tante favoritnya sudah pulang, tapi nggak masalah dia mudah diberi pengertian kok."

Falisha mengangguk, "ya sudah kalau begitu, nanti tolong sampaikan maaf saya ke Leo ya kalau dia sudah bangun."

"Iya. Ya sudah ayo saya antar kamu pulang."

"Saya nggak mengganggu waktu kerja Bapak kan?"

"Tenang saja, saya memang sudah biasa kerja remote begini apalagi kalo Leo lagi rewel. Jadi nggak perlu sungkan sama saya."

Falisha mengangguk kembali lalu mereka pun segera bergegas pergi. Selama perjalanan pulang, di dalam mobil Falisha dan Abi mengobrol seru terkait pekerjaan mereka masing-masing. Sekitar satu jam perjalanan mereka akhirnya berhasil menembus kemacetan dan sampai di rumah Falisha dengan selamat.

"Sekali lagi, terima kasih Pak Abi sudah mengundang saya dan mengantarkan saya pulang. Maaf kalau banyak merepotkan."

"Tidak merepotkan sama sekali, saya malah yang harusnya berterima kasih karena kamu sudah bersedia meluangkan waktu untuk menemani Leo bermain."

Falisha mengangguk, "sama-sama, hati-hati di jalan Pak Abi."

Setelah berpamitan Abi segera melajukan mobilnya kembali untuk pulang.

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang