Dino

8.2K 732 59
                                    

"Eum, boleh mampir ke sana bentar gak?" lirih Caine sambil menunjuk salah satu toko boneka yang ada di sana.

Saat ini Rion dan Caine tengah berada di salah satu mall yang ada di kota. Keduanya sengaja mampir setelah melakukan transaksi, ide Rion sebenarnya. Ia ingin menghabiskan waktu lebih lama berduaan bersama Caine. Anak-anak ia larang ikut agar tidak mengganggu acara kencan ini.

"Boleh dong, apa sih yang engga buat kamu" gombal Rion sambil tersenyum menatap Caine, keduanya berjalan beriringan memasuki toko yang Caine maksud.

Caine yang tadinya memeluk lengan Rion, kini dengan cepat melepaskannya ketika melihat boneka yang menarik perhatiannya. Rion hanya bisa tertawa melihat Caine dengan gemasnya berlari mendekati rak boneka yang ada di sana.

"Mau yang mana sayang?" tanya Rion sembari merangkul pinggang Caine dari samping, pegawai yang tadinya hendak menghampiri mereka kini mengurungkan niatnya.

"Aduh bingung, banyak banget pilihannya" jujur saat ini Caine sangat bimbang, jika boleh serakah ia ingin semua boneka dino yang ada di rak.

"Ya udah beli aja semua, aku yang bayar" ucap Rion, tak masalah baginya mengeluarkan banyak uang jika itu untuk si cantik.

"Ih, nanti mau ditaruh di mana? Ga muat dong kamarnya" meski Caine sangat tergiur dengan tawaran itu, tapi ia masih cukup sadar untuk tidak serakah.

"Besok aku bikinin ruangan khusus buat boneka kamu deh" memang apa yang diucapkan Rion tidak pernah bisa ia tebak.

"Beli satu aja, nanti kalo kebanyakan takut gak keurus" ucapan Caine disetujui oleh Rion, sama seperti dirinya yang suka tidak diurus karena kehadiran anak-anaknya.

"Yang ini?" tanya Rion pada Caine, dia mengambil beberapa boneka untuk dipilih yang paling bagus dan menunjukkannya.

"Iya itu aja" seru Caine girang, tangannya mengadah bersiap untuk menerima boneka itu. Tanpa sadar dirinya tersenyum sangat lebar saat Rion memberikan boneka itu.

Selesai membayar boneka dino, keduanya memutuskan untuk mampir ke salah satu restauran kesukaan Caine. Mereka menghabiskan waktu dengan makan dan berbincang, hingga tak terasa sudah hampir malam. Ponsel Rion berdering tanda ada panggilan masuk, wajahnya berubah kesal saat membaca nama kontak.

"Ape?" serunya malas saat menerima panggilan tersebut. Sedangkan Caine hanya menatap Rion sambil tertawa, menurutnya ekspresi Rion saat ini sangat lucu.

"Balik kapan woy, mami gue lu culik ya, dasar tua" meski Rion tak me-loud speaker panggilan, tapi Caine masih bisa mendengar suara Echi.

"Dih, bini gue, suka suka gue lah. Kaga mau balik gue" jawab Rion kesal, dirinya sangat jengah ketika waktu berduaannya harus diganggu oleh anak-anak sialan itu.

"WEY KAGAK BISA DONG. BALIK ATAU GUE SUSUL" mendengar teriakan Echi buat Rion menjauhkan ponselnya, telinganya sedikit berdengung karena suara si anomali ungu itu.

"Iye iye ini mau balik, ganggu banget si. Dah, gud bai" dengan segera Rion mengakhiri panggilan tanpa mendengar balasan dari Echi.

Kini dirinya menatap Caine dengan tatapan sedih, ia masih ingin kencan lebih lama lagi. Sedangkan Caine hanya bisa tertawa melihat tingkah Rion. Tangannya meraih wajah Rion dan mengusap pipinya pelan.

"Masih ada waktu kok, nanti kita jalan-jalan lagi deh berdua. Toh nanti malem juga kamu tidur melukin aku" benar juga ucapan Caine, senyuman Rion langsung cerah saat memikirkan rencana berlibur berdua saja dengan Caine.

"Ya udah ayok pulang" ajak Rion pada Caine, setelah membayar makanan yang dipesan. Rion dan Caine memutuskan untuk segera pulang sebelum teror dari anak-anak semakin menjadi.

Keluarga Mapia [TNF] [RionCaine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang