Buryam

174 19 0
                                    

Sebelum menginjakkan kaki di tempat tujuannya, yaitu Gramedia. Fhatin memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. Mengingat bahwa ia hanya sarapan 1 donat ketika berada di toko kue tadi.

Akibat terlalu malas untuk berpikir, tak menunggu lama Fhatin memutuskan untuk memilih menu bubur ayam sebagai asupan pagi ini. Segera ia melipirkan dan memarkirkan sepedanya di samping gerobak bubur ayam tersebut.

"Mang bubur 1 ya." Ucap Fhatin pada mamang buryam tersebut.

"Siap neng."

---------------------

"Ini neng pesanannya." Ucap mamang tersebut menghampiri tempat duduk Fhatin.

"Makasih ya mang." Balas Fhatin dengan sopan.

Fhatin menikmati makanannya dengan sangat santai, karena memang tujuannya hari ini hanya ke Gramedia dan tidak ada tujuan lain setelahnya. Jadi ia bisa bebas menikmati harinya ini dengan tidak terburu-buru seperti hari-hari biasanya.

Di tengah-tengah kegiatan makannya, tiba-tiba saja Fhatin mendengar sedikit keributan antara penjual buryam dengan 2 anak kecil yang mungkin merupakan adik kakak.

----------------------

"Haduh dek disini gak menerima pengemis, udah sana kalian minta ke yang lain atau kalo nggak mamang usir paksa kalian ya." Ujar mamang tersebut sedikit meninggikan suaranya.

"Saya bukan mau mengemis mang, saya hanya ingin beli bubur." Ucap anak kecil itu memelas.

"Emang kamu punya uang berapa mau beli bubur saya, HAAAH?" Balas mamang buryam itu tetap meninggikan suaranya.

"5000." Jawab anak itu.

"Halah uang kamu aja kurang itu, 5000 mana cukup buat beli bubur saya. Udah sana pergi."

"Eh mang ada apa ini?" Tanya Fhatin menghampiri tempat yang saat ini menjadi sorotan orang-orang akibat keributan yang terjadi.

"Ini neng ada pengemis gatau diri." Jawab mamang tersebut angkuh.

"Eh kok ngomongnya gitu mang? mereka masih kecil loh." Balas Fhatin.

"Kamu mau beli bubur dek?" Tanya Fhatin lembut pada kedua anak kecil itu.

"Iya kak."

"Yaudah mang bikinin 2 buat mereka, saya yang bayar." Ucap Fhatin pada mamang tersebut dengan muka datarnya.

Sedangkan mamang tersebut hanya diam tidak berani mengelak. Ia hanya menganggukkan kepalanya sembari tangannya bergerak meracik bubur untuk kedua anak kecil itu.

"Sini dek duduk sama kakak." Ajak Fhatin menggandeng tangan mereka.

"Kamu namanya siapa dek?" Tanya Fhatin ketika mereka bertiga sudah duduk bersama.

"Nama saya Hanif kak, ini adek saya namanya Anggun."

"Umur berapa kalian?" Tanya Fhatin lagi.

"Saya umur 9 tahun, kalo adek saya 6 tahun." Jawab Hanif lagi.

"Kalian cuma berdua disini?"

"Sama nenek kak, tapi nenek lagi sakit." Bukan Hanif yang menjawab, melainkan adik perempuannya. Ya, Anggun.

"YaAllah, sakit apa nenek dek?"

"Sakit batuk kak udah lama, sekarang tambah parah." Jawab Hanif lagi.

"Udah dibawa ke rumah sakit belum?" Tanya Fhatin.

"Kita gaada uang kak, buat beli bubur aja gak mampu apalagi buat bawa nenek ke rumah sakit." Jawab Hanif berusaha tegar.

"YaAllah dek, yaudah gini kakak anter kalian pulang aja ya, sekalian kita bawa nenek kamu ke rumah sakit." Ucap Fhatin memberi tawaran.

"Emangnya gapapa kak?" Tanya Anggun.

"Gapapa sayang, udah sekarang kalian makan dulu aja ya." Ujar Fhatin.

"Makasih banyak ya kakak baik." Balas mereka berdua dengan senyum manisnya.

"Sama-sama dek, panggil kak Fhatin aja ya." Pinta Fhatin.

"Eh iya kak Fhatin."

Fhatin benar-benar terenyuh akan cerita Hanif & Anggun. Ia sangat prihatin dengan kehidupan mereka berdua. Anak kecil yang seharusnya pergi bermain dan bersenang-senan dengan teman sebayanya, malah harus merasakan pahitnya kehidupan di dunia fana ini. 

Bahasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang