Hanif, Anggun & Nenek

165 15 2
                                    

Selesai sudah Hanif dan Anggun menghabiskan makanannya, kini tujuan Fhatin selanjutnya adalah mengantarkan mereka serta membawa nenek mereka untuk berobat ke rumah sakit.

"Ayo dek ikut kakak ngambil motor dulu di depan." Ajak Fhatin.

"Iya kak."

Setelah berhasil mengambil motor tersebut, segera Fhatin menaiki motornya, diikuti oleh dua anak kecil yang juga bergantian menaiki motor milik kakak Fhatinnya itu.

"Udah siap?" Tanya Fhatin memastikan.

"Sudah kak."

"Oke let's goooo."

Beruntungnya jalanan hari ini sedang bersahabat dengan Fhatin, sehingga perjalanan dari warung bubur ayam tadi ke rumah mereka berdua hanya membutuhkan waktu 15 menit.

"Yang ini rumahnya?" Tanya Fhatin masih mengendarai motornya sembari menunjuk salah satu rumah yang berada di dalam gang.

"Bukan kak, yang sebelahnya." Ujar Hanif.

"Oh oke oke"

-------------------------

"Assalamualaikum" salam Fhatin ketika memasuki rumah tersebut. Rumah kecil yang mungkin hanya memiliki satu ruangan berbentuk persegi. Bagian atasnya hanya tertutup oleh beberapa genteng yang Fhatin yakini pasti rumah ini sering bocor jika sedang musim hujan. Tidak ada sofa, meja dan lain sebagainya. Hanya ada tikar yang diatasnya terdapat nenek-nenek sedang tidur. Sepertinya itu nenek Hanif dan Anggun yang katanya sedang sakit.

"Langsung masuk aja kak, nenek tidur kayanya." Ujar Anggun

"Nenek, bangun dulu yuk." Ucap Hanif menepuk pelan lengan neneknya.

"Eh udah gausah dibangunin dek gapapa."

Fhatin mendekat ke tempat tidur nenek Hanif dan Anggun. Ia meletakkan telapak tangannya pada dahi nenek itu, guna mengecek apakah wanita tua itu juga demam.

"Astaghfirullah panas banget dek, dari kapan ini demamnya?" Sontak Fhatin melepaskan tautan tangannya pada dahi wanita tua itu karena memang suhu tubuhnya benar-benar sangat panas.

"Saya gatau kak." Jawab Hanif.

"Yaudah yaudah kita langsung bawa ke rumah sakit aja ya, kakak pesenin grab dulu."

Fhatin segera mengeluarkan ponselnya guna membuka aplikasi tersebut dan memesankan mobil untuk mereka.
Kini tujuan awalnya untuk pergi mencari buku seketika hilang begitu saja. Fhatin berpikir, tak apa mencari buku bisa kapan saja, namun menolong nenek ini serta adik-adik kecil ini tidak dapat ditunda.

Bahasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang