12.

298 33 0
                                    

hepiw readingss
.
.
.
.
.





Gracia dan Sean kini tengah duduk berdampingan di pinggir Danau yang luas.
Jarak di antara keduanya tak bisa dibilang sedikit namun tak juga berdekatan.

Gracia masih fokus menatap pemandangan di sekelilingnya yang masih terlihat sangat asri,
begitupun Sean ia menikmati pemandangan wajah samping Gracia yang indah.

"Lo sering kesini?"
Suara Gracia memecah keheningan diantara mereka.
Sean langsung mengalihkan pandangannya mengikuti arah pandang Gracia.

"Enggak juga.., gue di kasih tau Revan tempat ini. Katanya ini tempat kencan pertama dia sama mantan."
Jelas Sean.

Gracia ber-oh panjang sebagai jawaban.
Namun mendengar kata 'mantan' membuat Gracia mengingat Anin. Walau ia tak mencintai cowok itu, tetap saja rasa rindu itu kadang melanda. terlebih kini Anin bahkan hampir tak pernah terlihat di lingkungan sekolah.

Melihat perubahan ekspresi Gracia, Sean membuka kembali suaranya

"Kenapa?"

"Eh?, oh engga.."

"Jangan bohong. Kenapa?"

Gracia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.
Ia tak mau membahas Anin untuk saat ini. Ia mau membiasakan dirinya tanpa kehadiran Anin disekitarnya.

"Gapapa.., rasanya sepi aja..."

Sean menatap Gracia dengan tatapan teduh,
ia mengubah posisinya jadi menghadap Gracia.

"Ge..."

Gracia menoleh menatap Sean.
Beradu tatap dengan mata hitam legam cowok bermarga Natio yang di idamkan seantero SMA 48.

Sebelum kembali melanjutkan ucapannya, Sean menarik nafas panjang.

"Kesannya gue jahat banget.., senang di atas penderitaan lo yang putus sama Anin. Tapi Ge.., lo bisa coba sama orang lain. He's not good for you, masih banyak yang bisa gantiin posisi dia."

Gracia menunduk.
Ia tak kuat jika harus beradu tatap lebih lama dengan Sean.
Apalagi cowok itu menatapnya dengan dalam seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Tapi ga ada yang bisa samain rasa aman yang gue rasain ketika dia ada di sekitar gue Sean..., he loves me so much. Dan itu yang bikin gue nyaman. Iya, gue ga bisa balas cintanya buat gue. Tapi seenggaknya dengan gue yang menerima dia, kita berdua jadi untung. i feel safe and he happy with that."
Jelas Gracia tanpa mengangkat kepalanya.
Ada sedikit air yang menggenang di ujung mata indahnya.

"Ge.., listen to me."

Sean mengangkat dagu Gracia lembut.

"If no one can love you as much he loved you, there is someone can love you more than he loved you Ge."
Sean berujar dengan tulus.
Ia benar benar berharap Gracia dapat mengerti apa maksud tersendiri dari kalimatnya barusan.

Sedangkan Gracia mematung menatap Sean.
Seolah mata itu membius Gracia dan memaksanya untuk tetap membalas tatapannya.

Belum sempat Gracia menjawab, Sean sudah berdiri lalu membuka hoodie yang ia kenakan.

Sontak Gracia ikut berdiri lalu menatap bingung ke arah Sean yang kini hanya mengenakan kaos berwarna Navy polos.

"Ayo pulang, udah mau malam. Ini hoodie gue pake, dingin nanti di jalan."
Ujar Sean dan langsung berjalan menuju motornya tanpa menunggu jawaban apapun dari Gracia

"Eum.., Sean, kenapa tadi ga masuk?"
Tanya Gracia basa basi.

"Sakit."
Balas Sean sambil mengenakan helm full facenya

different at all. [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang