Satu

577 53 6
                                    

💚 Kamis, 13 Jum'at 2024 💚

****

Aku terbangun ketika ada yang mengguncang tubuhku. Mataku terbuka menemukan sosok perempuan berambut pendek dengan mata yang sayu.

"Zayyan-ah. Ibu akan pergi bekerja, ya. Jangan keluar rumah, hari ini cuaca panas. Ibu sudah memasak untuk mu." ucapnya.

Sebenarnya aku tidak mengerti apa yang Ibuku katakan. Hanya saja, aku memahami dari gerakan tangannya.

Aku pun mengangguk.

Perempuan bermata sayu itu tersenyum tipis dan berjalan pergi keluar dari kamar ku yang kecil.

Aku pun ikut bangun dan keluar, dimana sudah ada sarapan pagi di meja. Aku melihat ibuku tengah bersiap-siap pergi.

Perempuan itu melihat ke arah ku, dan lagi-lagi mengerakkan tangannya padaku.

Aku terdiam. Matanya mengisyaratkan lain.

"Zayyan-ah, maafkan ibu."

"Jika ada apa-apa kirim pesan dan telepon ibu, ya."

Perempuan itu pun pergi, meski aku tak merespon.
Aku terdiam melihat lauk sederhana di meja makan itu.

Aku hanya bisa menghela napas. Sesaat kemudian aku memilih untuk mengambil kemeja bermotif kotak-kotak kecil berwarna hijau tua.

Meski panas, aku harus memakainya.

Aku hanya mencuci muka ku dengan terburu-buru di tempat cuci piring.
Aku juga tidak lupa mengambil ponsel ku yang berada di kamar beserta earphone berwarna hitam yang selalu terpasang.

Aku buru-buru keluar dari rumah, aku tidak bermaksud membuang-buang makanan ku, hanya saja aku ingin mengetahui sesuatu.

Aku menaiki tangga untuk keluar dari rumah ku. Aku Sangat miskin dan kekurangan, tinggal di Seoul adalah sesuatu yang berat.
Ibuku hanya bisa menyewa basemen yang sebenarnya harganya juga tidak murah.

Aku keluar dari sebuah apartemen sederhana, yang kebanyakan semuanya juga bukan orang kaya. Namun, di seberang sana, tepat di depan apartemen yang aku tinggalin, aku melihat apartemen mewah dan tinggi.

Dahulu, aku sempat tinggal disana.

Aku tidak ingin terus berlarut. Aku berjalan pergi menuju tujuan ku. Aku menempelkan earphone ke telinga ku dan memasukkan ponsel ku ke kantong celana depan ku.

Benar kata ibuku, hari ini terasa lembab dan panas.

Aku pergi menaiki bus untuk menuju tempat ibuku bekerja.
Tidak lama aku tiba dan turun, melihat keramaian area itu.

Aku pergi menuju tempat ibuku bekerja, ibuku bekerja di sebuah restoran makanan. Ibuku melakukan semua pekerjaan yang bisa dirinya lakukan. Itulah mengapa matanya terlihat sayu, dan kulit putihnya mulai menghitam.

Aku terdiam. Melihat ibuku tengah bicara dengan seorang laki-laki berjas rapi itu.

Aku tidak mampu mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun, pemikiran dan kecurigaan ku beberapa hari ini membuat ku penasaran.

Mata || Zalesing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang